Tampilkan postingan dengan label cerita ngentot. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerita ngentot. Tampilkan semua postingan

Rabu, 25 September 2013

Cerita Dewasa Ngentot - Kakak Iparku Paksa Aku buat Ngesex dengan dia

Cerita Dewasa Ngentot - Kakak Iparku Paksa Aku buat Ngesex dengan dia

 

Cerita Dewasa Ngentot - Kakak Iparku Paksa Aku buat Ngesex dengan dia - Saya seorang pria berumur 40 tahun . Istri saya satu tahun lebih muda dari saya . Secara keseluruhan kami keluarga bahagia dengan dua anak yang manis-manis . Yang sulung , perempuan kelas II SMP (Nisa) dan bungsu laki-laki kelas 3 SD . Saya bekerja di sebuah perusahaan telekomunikasi . Sedangkan istri saya seorang wanita karier yang sukses di bidang farmasi . Kini dia menjabat sebagai Distric Manager . Kami saling mencintai . Dia merupakan seorang istri yang setia . Saya sendiri pada dasarnya suami yang setia pula . Paling tidak saya setia terhadap perasaan cinta saya kepada istri saya . Tapi tidak untuk soal seks . Saya seorang peselingkuh . Ini semua karena saya memiliki libido yang amat tinggi sementara istri saya tidak cukup punya minat di bidang seks . Saya menginginkan hubungan paling tidak dua kali dalam seminggu . Tetapi istri saya menganggap sekali dalam seminggu sudah berlebihan . Dia pernah bilang kepada saya , “ Lebih enak hubungan sekali dalam sebulan . “  Tiap kali hubungan kami mencapai orgasme bersama-sama . Jadi sebenarnya tidak ada masalah dengan saya .

Rendahnya minat istri saya itu dikarenakan dia terlalu terkuras tenaga dan pikirannya untuk urusan kantor . Dia berangkat ke kantor pukul 07 .30 dan pulang lepas Maghrib . Sampai di rumah sudah lesu dan sekitar pukul 20 .00 dia sudah terlelap , meninggalkan saya kekeringan . Kalau sudah begitu biasanya saya melakukan onani . Tentu tanpa sepengetahuan dia , karena malu kalau ketahuan .

Selama perkawinan kami sudah tak terhitung berapa kali saya berselingkuh . Kalau istri saya tahu , saya tak bisa membayangkan akan seperti apa neraka yang diciptakannya . Bukan apa-apa . Perempuan-perempuan yang saya tiduri adalah mereka yang sangat dekat dengan dia . Saya menyimpan rapat rahasia itu . Sampai kini . Itu karena saya melakukan persetubuhan hanya sekali terhadap seorang perempuan yang sama . Saya tak mau mengulanginya . Saya khawatir , pengulangan bakal melibatkan perasaan . Padahal yang saya inginkan cuma persetubuhan fisik . Bukan hati dan perasaan . Saya berusaha mengindarinya sebisa mungkin , dan memberi kesan kepada si perempuan bahwa semua yang terjadi adalah kekeliruan . Memang ada beberapa perempuan sebagai perkecualian yang nanti akan saya ceritakan .


Perempuan pertama yang saya tiduri semenjak menikah tidak lain adalah kakak istri saya . Oh ya , istri saya merupakan anak ketiga dari lima bersaudara . Semuanya perempuan . Istri saya sebut saja bernama Yeni . Kedua kakak Yeni sudah menikah dan punya anak . Mereka keluarga bahagia semuanya , dan telah memiliki tempat tinggal masing-masing . Hanya saya dan istri yang ikut mertua dua tahun pertama perkawinan kami . Setiap minggu keluarga besar istri saya berkumpul . Mereka keluarga yang hangat dan saling menyayangi .

Mbak Maya , kakak istri saya ini adalah seorang perempuan yang dominan . Dia terlihat sangat menguasai suaminya . Saya sering melihat Mbak Maya menghardik suaminya yang berpenampilan culun . Suami Mbak Maya sering berkeluh-kesah dengan saya tentang sikap istrinya . Tetapi kepada orang lain Mbak Maya sangat ramah , termasuk kepada saya . Dia bahkan sangat baik . Mbak Maya sering datang bersama kedua anaknya berkunjung ke rumah orang tuanya -yang artinya rumah saya juga- tanpa suaminya . Kadang-kadang sebagai basa-basi saya bertanya , “ Kenapa Mas Wid tidak diajak ? “  “ Ahh malas saya ngajak dia , “  jawabnya . Saya tak pernah bertanya lebih jauh .

Seringkali saat Mbak Maya datang dan menginap , pas istri saya sedang tugas luar kota . Istri saya dua minggu sekali keluar kota saat itu . Dia adalah seorang detailer yang gigih dan ambisius . Jika sudah demikian biasanya ibu mertua saya yang menyiapkan kopi buat saya , atau makan pagi dan makan malam . Tapi jika pas ada Mbak Maya , ya si Mbak inilah yang menggantikan tugas ibu mertua . Tak jarang Mbak Maya menemani saya makan .

Karena seringnya bertemu , maka saya pun mulai dirasuki pikiran kotor . Saya sering membayangkan bisa tidur dengan Mbak Maya . Tapi mustahil . Mbak Maya tidak menunjukkan tipe perempuan yang gampang diajak tidur . Karenanya saya hanya bisa membayangkannya . Apalagi kalau pas hasrat menggejolak sementara istri saya up country . Aduhh , tersiksa sekali rasanya . Dan sore itu , sehabis mandi keramas saya mengeringkan rambut dengan kipas angin di dalam kamar . Saya hanya bercelana dalam ketika Mbak Maya mendadak membuka pintu .

“ Kopinya Dik Andy . “  Saya terkejut , dan Mbak Maya buru-buru menutup pintu ketika melihat sebelah tangan saya berada di dalam celana dalam , sementara satu tangan lain mengibas-ibas rambut di depan kipas angin . Saya malu awalnya . Tetapi kemudian berpikir , apa yang terjadi seandainya Mbak Maya melihat saya bugil ketika penis saya sedang tegang ?

Pikiran itu terus mengusik saya . Peristiwa membuka pintu kamar dengan mendadak bukan hal yang tidak mungkin . Adik-adik dan kakak-kakak istri saya memang terbiasa begitu . Mereka sepertinya tidak menganggap masalah . Seolah kamar kami adalah kamar mereka juga . Adik istri saya yang bungsu (masih kelas II SMU , sebut saja Rosi) bahkan pernah menyerobot masuk begitu saja ketika saya sedang bergumul dengan istri saya . Untung saat itu kami tidak sedang bugil . Tapi dia sendiri yang malu , dan berhari-hari meledek kami .

Sejak peristiwa Mbak Maya membuka pintu itu , saya jadi sering memasang diri , tiduran di dalam kamar dengan hanya bercelana dalam sambil coli (onani) . Saya hanya ingin menjaga supaya penis saya tegang , dan berharap saat itu Mbak Maya masuk . Saya rebahan sambil membaca majalah . Sialnya , yang saya incar tidak pernah datang . Sekali waktu malah si Rosi yang masuk buat meminjam lipstik istri saya . Ini memang sudah biasa . Buru-buru saya tutupkan CD saya . Tapi rupanya mata Rosi keburu melihat .

“ Woww , indahnya . “  Dia tampak cengengesan sambil memolesi bibirnya dengan gincu . “ Mau kemana ? “  tanya saya . “ Nggak . Pengin makai lipstik aja . “  Saya meneruskan membaca . “ Coli ya Mas ? “  katanya . Gadis ini memang manja , dan sangat terbuka dengan saya . Ketika saya masih berpacaran dengan istri saya , kemanjaannya bahkan luar biasa . Tak jarang kalau saya datang dia menggelendot di punggung saya . Tentu saya tak punya pikiran apa-apa . Dia kan masih kecil waktu itu . Tapi sekarang . Ahh . Tiba-tiba saya memperhatikannya . Dia sudah dewasa . Sudah seksi . Teteknya 34 . Pinggang ramping , kulit bersih . Dia yang paling cantik di antara saudara istri saya .

Pikiran saya mulai kotor . Menurut saya , akan lebih mudah sebenarnya menjebak Rosi daripada Mbak Maya . Rosi lebih terbuka , lebih manja . Kalau cuma mencium pipi dan mengecup bibir sedikit , bukan hal yang sulit . Dulu saya sering mengecup pipinya . Tapi sejak dia kelihatan sudah dewasa , saya tak lagi melakukannya . Akhirnya sasaran jebakan saya beralih ke Rosi . Saya mencoba melupakan Mbak Maya .

Sore selepas mandi saya rebahan di tempat tidur , dan kembali memasang jebakan untuk Rosi . Saya berbulat hati untuk memancing dia . Ini hari terakhir istri saya up country . Artinya besok di kamar ini sudah ada istri saya . Saya elus perlahan-lahan penis saya hingga berdiri tegak . Saya tidak membaca majalah . Saya seolah sedang onani . Saya pejamkan mata saya . Beberapa menit kemudian saya dengar pintu kamar berderit lembut . Ada yang membuka . Saya diam saja seolah sedang keasyikan onani . Tidak ada tanggapan . Saya melihat pintu dengan sudut mata yang terpicing . Sialan . Tak ada orang sama sekali . Mungkin si Rosi langsung kabur . Saya hampir saja menghentikan onani saya ketika dari mata yang hampir tertutup saya lihat bayangan . Segera saya mengelus-elus penis saya dengan agak cepat dan badan bergerak-gerak kecil . Saya mencoba mengerling di antara picingan mata . Astaga ! Kepala Mbak Maya di ambang pintu . Tapi kemudian bayangan itu lenyap . Lalu muncul lagi , hilang lagi , Kini tahulah saya , Mbak Maya sembunyi-sembunyi melihat saya . Beberapa saat kemudian pintu ditutup , dan tak dibuka kembali sampai saya menghentikan onani saya . Tanpa mani keluar .

Malamnya , di meja makan kami makan bersama-sama . Saya , kedua mertua , Mbak Maya , Rosi dan kakak Rosi , Mayang . Berkali-kali saya merasakan Mbak Maya memperhatikan saya . Saya berdebar-debar membayangkan apa yang ada di pikiran Mbak Maya . Saya sengaja memperlambat makan saya . Dan ternyata Mbak Maya pun demikian . Sehingga sampai semua beranjak dari meja makan , tinggal kami berdua . Selesai makan kami tidak segera berlalu . Piring-piring kotor dan makanan telah dibereskan Mak Jah , pembantu kami .

“ Dik Andy kesepian ya ? Suka begitu kalau kesepian ? “  Mbak Maya mebuka suara . Saya kaget . Dia duduk persis di kanan saya . Dia memandangi saya . Matanya seakan jatuh kasihan kepada saya . Sialan . “ Maksud Mbak May apaan sih ? “  saya pura-pura tidak tahu . “ Tadi Mbak May lihat Dik Andy ngapain di kamar . Sampai Dik Andy nggak liat . Kalau sedang gitu , kunci pintunya . Kalau Rosi atau Ibu lihat gimana ? “  “ Apaan sih ? “  saya tetap pura-pura tidak mengerti . “ Tadi onani kan ? “  “ Ohh . “  Saya berpura-pura malu . Perasaan saya senang bercampur gugup , menunggu reaksi Mbak Maya . Saya menghela nafas panjang . Sengaja . “ Yahh , Yeni sudah tiga hari keluar kota . Pikiran saya sedang kotor . Jadi . . “  “ Besok lagi kalau Yeni mau keluar kota , kamu minta jatah dulu . “  “ Ahh Mbak May ini . Susah Mbak nunggu moodnya si Yeni . Kadang pas saya lagi pengin dia sudah kecapekan . “  “ Tapi itu kan kewajiban dia melayani kamu ? “  “ Saya tidak ingin dia melakukan dengan terpaksa . “  Kami sama-sama diam . Saya terus menunggu . Menunggu . Jantung saya berdegup keras .

“ Kamu sering swalayan gitu ? “  “ Yaa sering Mbak . Kalau pengin , terus Yeni nggak mau , ya saya swalayan . Ahh udah aahh . Kok ngomongin gitu ? “  Saya pura-pura ingin mengalihkan pembicaraan . Tapi Mbak Maya tidak peduli . “ Gini lho Dik . Masalahnya , itu tidak sehat untuk perkawinan kalian . Kamu harus berbicara dengan Yeni . Masa sudah punya istri masih swalayan . “  Mbak Maya memegang punggung tangan saya . “ Maaf Mbak . Nafsu saya besar . Sebaliknya dengan Yeni . Jadi kayaknya saya yang mesti mengikuti kondisi dia . “  Kali ini saya bicara jujur . “ Saya cukup puas bisa melayani diri sendiri kok . “  “ Kasihan kamu . “

Mbak Maya menyentuh ujung rambut saya , dan disibakkannya ke belakang . Saya memberanikan diri menangkap tangan itu , dan menciumnya selintas . Mbak Maya seperti kaget , dan buru-buru menariknya . “ Kapan kalian terakhir kumpul ? “  “ Dua atau tiga minggu lalu , “  jawab saya . Bohong besar . Mbak Maya mendesis kaget . “ Ya ampuun . “  “ Mbak . Tapi Mbak jangan bilang apa-apa ke Yeni . Nanti salah pengertian . Dikira saya mengadu soal begituan . “  Mbak Maya kembali menggenggam tangan saya . Erat , dan meremasnya . Isi celana saya mulai bergerak-gerak . Kali ini saya yang menarik tangan saya dari genggaman Mbak Maya . Tapi Mbak Maya menahannya . Saya menarik lagi . Bukan apa-apa . Kali ini saya takut nanti dilihat orang lain . “ Saya horny kalau Mbak pegang terus . “  Mbak Maya tertawa kecil dan melepaskan tangan saya . Dia beranjak sambil mengucek-ucek rambut saya . “ Kaciaann ipar Mbak satu ini . “  Mbak Maya berlalu , menuju ruang keluarga . “ Liat TV aja yuk , “  ajaknya . Saya memaki dalam hati . Kurang ajar betul . Dibilang saya horny malah cengengesan , bukannya bilang , “ Saya juga nih , Dik . “  Setengah jengkel saya mengikutinya . Di ruang keluarga semua kumpul kecuali Rosi . Hanya sebentar . Saya masuk ke kamar .

Sekitar pukul 23 .00 pintu kamar saya berderit . Saya menoleh . Mbak Maya . Dia menempelkan telunjuknya di bibirnya . “ Belum bobo ? “  tanyanya lirih . Jantung saya berdenyut keras . “ Belum . “  Jawab saya . “ Kita ngobrol di luar yuk ? “  “ Di sini saja Mbak . “  Saya seperti mendapat inspirasi . “ Ihh . Di teras aja . Udah ngantuk belum ? “  Mbak Maya segera menghilang . Dengan hanya bersarung telanjang dada dan CD saya mengikuti Mbak Maya ke teras . Saya memang terbiasa tidur bertelanjang dada dan bersarung . Rumah telah senyap . TV telah dimatikan . Keluarga ini memang terbiasa tidur sebelum jam 22 .00 . Hanya aku yang betah melek .

Mbak Maya mengenakan daster tanpa lengan . Ujung atas hanya berupa seutas tali tipis . Daster kuning yang agak ketat . Saya kini memperhatikan betul lekuk tubuh perempuan yang berjalan di depan saya itu . Pantat menonjol . Singset . Kulitnya paling putih di antara semua sadaranya . Umurnya berselisih tiga tahun dengan Yeni . Mbak Maya duduk di bangku teras yang gelap . Bangku ini dulu sering saya gunakan bercumbu dengan Yeni . Wajah Mbak Maya hanya terlihat samar-samar oleh cahaya lampu TL 10 watt milik tetangga sebelah . Itupun terhalang oleh daun-daun angsana yang rimbun .

Dia memberi tempat kepada saya . Kami duduk hampir berhimpitan . Saya memang sengaja . Ketika dia mencoba menggeser sedikit menjauh , perlahan-lahan saya mendekakan diri . “ Dik Andy “  Mbak Maya membuka percakapan . “ Nasib kamu itu sebenernya tak jauh beda dengan Mbak . “  Saya mengernyitkan dahi . Menunggu Mbak Maya menjelaskan . Tapi perempuan itu diam saja . tangannya memilin-milin ujung rambut . “ Maksud Mbak apa sih ? “  “ Tidak bahagia dalam urusan tempat tidur . Ih . Gimana sih . “  Mbak Maya mencubit paha saya . Saya mengaduh . Memang sakit , Tapi saya senang . Perlahan-lahan penis saya bergerak . “ Kok bisa ? “  “ Nggak tahu tuh . Mas Wib itu loyo abis . “  “ Impoten ? “  Saya agak kaget . “ Ya enggak sih . Tapi susah diajakin . Banyak nolaknya . Malas saya . Perempuan kok dibegituin , “  “ Hihihi . . Tadi kok kasih nasihat ke saya ? “  Saya tersenyum kecil . Mbak Maya mencoba mendaratkan lagi cubitannya . Tapi saya lebih sigap . Saya tangkap tangan itu , dan saya amankan dalam genggaman . Saya mulai berani . Saya remas tangan Mbak Maya . Penis saya terasa menegang . Badan mulai panas dingin . Mungkinkan malam ini saya dan Mbak Maya . .

“ Terus cara pelampiasan Mbak gimana ? Swalayan juga ? “  Tanya saya . Saya taruh sebelah tangan di atas pahanya . Mbak Maya mencoba menghindar , tapi tak jadi . “ Enggak dong . Malu . Risih . Ya ditahan aja . “  “ Kapan terakhir Mbak Maya tidur sama Mas Wib ? “  Saya mencium punggung tangan Mbak Maya . Lalu tangan itu saya taruh perlahan-lahan di antara pahaku , sedikit menyentuh penis . “ Dua minggu lalu . “  “ Heh ? “  Saya menatap matanya . Bener enggak sih . Kok jawabannya sama dengan saya ? Ngeledek apa gimana nih . “ Bener . “  Matanya mengerling ke bawah , melihat sesuatu di dekat tangannya yang kugenggam . “ Mbak . . “  Saya menyusun kekuatan untuk berbicara . Tenggorokan terasa kering . Nafsu saya mulai naik . Perempuan ini bener-bener seperti merpati . Jangan-jangan hanya jinak ketika didekati . Saat dipegang dia kabur .

“ Hm , “  Mbak Maya menatap mata saya . “ Mbak pengin ? “  Dia tak menjawab . Wajahnya tertunduk . Saya raih pundaknya . Saya elus rambutnya . Saya sentuh pipinya . Dia diam saja . Sejurus kemudian mulut kami berpagutan . Lama . Ciuman yang bergairah . Saya remas bagian dadanya . Lalu tali sebelah dasternya saya tarik dan terlepas . Mbak Maya merintih ketika jari saya menyentuh belahan dadanya . Secara spontan tangan kirinya yang sejak tadi di pangkuan saya menggapai apa saja . Dan yang tertangkap adalah penis . Dia meremasnya . Saya menggesek-gesekkan jari saya di dadanya . Kami kembali berciuman . “ Di kamar aja yuk Mbak ? “  ajak saya . Lalu kami beranjak . Setengah berjingkat-jingkat menuju kamar Mbak Maya . Kamar ini terletak bersebarangan dengan kamar saya . Di sebelah kamar Mbak Maya adalah kamar mertua saya .

Malam itu tumpahlah segalanya . Kami bermain dengan hebatnya . Berkali-kali . Ini adalah perselingkuhan saya yang pertama sejak saya kawin . Belakangan saya tahu , itu juga perselingkuhan pertama Mbak Maya . Sebelum itu tak terbetik pikiran untuk selingkuh , apalagi tidur dengan laki-laki lain selain Mas Wib .

Bermacam gaya kami lakukan . Termasuk oral , dan sebuah sedotan kuat menjelang saya orgasme . Semprotan mani menerjang tenggorokan Mbak Maya . Itulah pertama kali mani saya diminum perempuan . Yeni pun tidak pernah . Tidak mau . Jijik katanya . Menjelang pagi , saat tulang kami seperti dilolosi , saya kembali ke kamar . Tidur .

Saya tidak berani mengulanginya lagi . Perasaan menyesal tumpah-ruah ketika saya bertemu istri saya . Mungkin itu juga yang dirasakan Mbak Maya . Selepas itu dia mencoba menghindari pembicaraan yang menjurus ke tempat tidur . Kami bersikap biasa-biasa , seolah tidak pernah terjadi apa pun .

Ketika tidur di samping istri saya , saya berjanji dalam hati Tidak akan selingkuh lagi . Ternyata janji tinggal janji . Nafsu besar lebih mengusik saya . Terutama saat istri saya ke luar kota dan keinginan bersetubuh mendesak-desak dalam diri saya . Rasanya ingin mengulanginya dengan Mbak Maya . Tapi tampaknya mustahil . Mbak Maya benar-benar tidak memberi kesempatan kepada saya . Dia tidak lagi mau masuk kamar saya . Jika ada perlu di menyuruh Rosi , atau berteriak di luar kamar , memanggil saya . Bahkan mulai jarang menginap .

Akhirnya saya kembali ke sasaran awal saya . Rosi . Mungkinkah saya menyetubuhi adik istri saya ? Uhh . Mustahil . Kalau hamil ? Beda dengan Mbak Maya . Kepada dia saya tidak ragu untuk mengeluarkan benih saya ke dalam rahimnya . Kalaupun hamil , tak masalah kan . Paling-paling kalau anaknya lahir dan mirip dengan saya yaa banyak cara untuk menepis tuduhan . Lagian masak sih pada curiga ? Kehidupan terus berjalan . Usia kandungan istri saya menginjak bulan ke-4 . Tahu sendirilah bagaimana kondisi perempuan kalau sedang hamil muda . Bawaannya malas melulu . Tapi untuk urusan pekerjaan dia sangat bersemangat . Dia memang pekerja yang ambisius . Berdedikasi , disiplin , dan penuh tanggung jawab . Karena itu jadwal keluar kota tetap dijalani . Kualitas hubungan seks kami makin buruk . Dia seakan benar-benar tak ingin disentuh kecuali pada saat benar-benar sedang relaks . Saya juga tak ingin memaksa . Karenanya saya makin sering beronani diam-diam di kamar mandi . Kadang-kadang saya kasihan terhadap diri sendiri . Kata-kata Mbak Maya sering terngiang-ngiang , terutama sesaat setelah sperma memancar dari penis saya . “ Kacian adik iparku ini . . “  Tapi saya tak punya pilihan lain . Saya tak suka “ jajan “  . Maaf , saya agak jijik dengan perempuan lacur .

Tiap kali beronani , yang saya bayangkan adalah wajah Mbak Maya atau si bungsu Rosi , bergantian . Rosi telah tumbuh menjadi gadis yang benar-benar matang . Montok , lincah . Cantik penuh gairah , dan terkesan genit . Meskipun masih bersikap manja terhadap saya , tetapi sudah tidak pernah lagi bergayutan di tubuh saya seperti semasa saya ngapelin kakaknya . Saya sering mencuri pandang ke arah payudaranya . Ukurannya sangat saya idealkan . Sekitar 34 . Punya istri saya sendiri hanya 32 .

Seringkali , di balik baju seragam SMU-nya saya lihat gerakan indah payudara itu . Keinginan untuk melihat payudara itu begitu kuatnya . Tapi bagaimana ? Mengintip ? Di mana ? Kamar mandi kami sangat rapat . Letak kamar saya dengannya berjauhan . Dia menempati kamar di sebelah gudang . Yang paling ujung kamar Mak Jah , pembantu kami . Setelah kamar Mayang , kakak Rosi , baru kamar saya . Kamar kami seluruhnya terbuat dari tembok . Sehingga tak mugkin buat ngintip . Tapi tunggu ! Saya teringat gudang . Ya , kalau tidak salah antara gudang dengan kamar Rosi terdapat sebuah jendela . Dulunya gudang ini memang berupa tanah kosong semacam taman . Karena mertua butuh gudang tambahan , maka dibangunlah gudang . Jendela kamar Rosi yang menghadap ke gudang tidak dihilangkan . Saya pernah mengamati , dari jendela itu bisa mengintip isi kamar Rosi .

Sejak itulah niat saya kesampaian . Saya sangat sering diam-diam ke gudang begitu Rosi selesai mandi . Memang ada celah kecil tapi tak cukup untuk mengintip . Karenanya diam-diam lubang itu saya perbesar dengan obeng . Saya benar-benar takjub melihat sepasang payudara montok dan indah milik Rosi . Meski sangat jarang , saya juga pernah melihat kemaluan Rosi yang ditumbuhi bulu-bulu lembut .

Tiap kali mengintip , selalu saya melakukan onani sehingga di dekat lubang intipan itu terlihat bercak-bercak sperma saya . Tentu hanya saya yang tahu kenapa dan apa bercak itu . Keinginan untuk menikmati tubuh Rosi makin menggelayuti benak saya . Tetapi selalu tak saya temukan jalan . Sampai akhirnya malam itu . Mertua saya meminta saya mendampingi Rosi untuk menghadiri Ultah temannya di sebuah diskotik . Ibu khawatir terjadi apa-apa . Dengan perasaan luar biasa gembira saya antar Rosi . Istri saya menyuruh saya membawa mobil . Tapi saya menolak . “ Kamu kan harus detailing . Pakai saja . Masa orang hamil mau naik motor ? “  Padahal yang sebenarnya , saya ingin merapat-rapatkan tubuh dengan Rosi .

Kami berangkat sekitar pukul 19 .00 . Dia membonceng . Kedua tangannya memeluk pinggang saya . Saya rasakan benda kenyal di punggung saya . Jantung saya berdesir-desir . Sesekali dengan nakal saya injak pedal rem dengan mendadak . Akibatnya terjadi sentakan di punggung . Saya pura-pura tertawa ketika Rosi dengan manja memukuli punggung saya . “ Mas Andy genit , “  katanya . Pada suatu ketika , mungkin karena kesal , Rosi bahkan tanpa saya duga sengaja menempelkan dadanya ke puggung saya . Menekannya . “ Kalau mau gini , bilang aja terus terang , “  katanya . “ Iya iya mau , “  sahut saya . Tidak ada tanggapan . Rosi bahkan menggeser duduknya , merenggang . Sialan .

Malam itu Rosi mengenakan rok span ketat dan atasan tank top , dibalut jaket kulit . Benar-benar seksi ipar saya ini . Di diskotik telah menunggu teman-teman Rosi . Ada sekitar 15-an orang . Saya membiarkan Rosi berabung dengan teman-temannya . Saya memilih duduk di sudut . Malu dong kalau nimbrung . Sudah tua , ihh . Saya hanya mengawasi dari kejauhan , menikmati tubuh-tubuh indah para ABG . Tapi pandangan saya selalu berakhir ke tubuh Rosi . She is the most beautiful girl . Di antara saudara istri saya Rosi memang yang paling cantik . Tercantik kedua ya Mbak Maya , baru Yeni , istri saya . Mayang yang terjelek . Tubuhnya kurus kering sehingga tidak menimbulkan nafsu .

Sesekali Rosi menengok ke arah tempat duduk saya sambil melambai . Saya tersenyum mengangguk . Mereka turun ke arena . Sekitar tiga lagu Rosi menghampiri saya . “ Mas Andy udah pesan minum ? “  tanyanya . Dagu saya menunjuk gelas berisi lemon tea di depan saya . Saya tak berani minum minuman beralkohol , meski hanya bir . Saya pun bukan pecandu . “ Kamu kok ke sini , udah sana gabung temen-temen kamu , “  kata saya . Janjinya Rosi dkk pulang pukul 22 .00 . Tadi ibu mertua juga bilang supaya pulangnya jangan larut . “ Nggak enak liat Mas Andy mencangkung sendirian , “  kata Rosi duduk di sebelah saya . “ Sudah nggak pa-pa . “  “ Bener ? “  Saya mengangguk , dan Rosi kembali ke grupnya . Habis satu lagu , dia mendatangi saya . Menarik tangan saya . Saya memberontak . “ Ayo . Nggak apa-apa , sekalian saya kenalin ama temen-temen . Mereka juga yang minta kok . “  Saya menyerah . Saya ikut saja bergoyang-goyang . Asal goyang . Dunia diskotik sudah sangat lama tidak saya kunjungi . Dulupun saya jarang sekali . Hampir tidak pernah . Saya ke diskotik sekedar supaya tahu saja kayak apa suasananya . Sesekali tangan Rosi memegang tangan saya dan mengayun-ayunkannya . Musik bener-benr hingar-bingar . Lampu berkelap-kelip , dan kaki-kaki menghentak di lantai disko . Sesekali Rosi menuju meja untuk minum .

Menjelang pukul 22 .00 sebagian teman Rosi pulang . Saya segera mengajak Rosi pulang juga . “ Bentar dong Mas Andy , please , “  kata Rosi . Astaga . Tercium aroma alkohol dari mulutnya . “ Heh . Kamu minum apa ? Gila kamu . Sudah ayo pulang . “  Segera saya gelandang dia . “ Yee Mas Andy gitu deh . “  Dia merajuk tapi saya tak peduli . Ruangan ini mulai menjemukan saya . “ Udah dulu ya bro , sis . Satpam ngajakin pulang neh . “  “ Satpam-mu itu . “  Saya menjitak lembut kepala Rosi . Rosi memang minum alkohol . Tak tahu apa yang diminumnya tadi . Dia pun terlihat sempoyongan . Saya jadi cemas . Takut nanti kena marah mertua . Disuruh jagain kok tidak bisa . Tapi ada senangnya juga sih . Rosi jadi lebih sering memeluk lengan saya supaya tidak sempoyongn .

Kami menuju tempat parkir untuk mengambil motor . Saya bantu Rosi mengenakan jaket yang kami tinggal di motor . Saya bantu dia mengancing resluitingnya . Berdesir darah saya ketika sedikit tersentuk bukit di dadanya . “ Hayoo , nakal lagi , “  katanya . “ Hus . Nggak sengaja juga . “  “ Sengaja nggak pa-pa kok Mas . “  Omongan Rosi makin ngaco . Dia tarik ke bawah resluitingnya . Dan sebelum saya berkomentar dia sudah berkata , “ Masih gerah . Ntar kalau dingin Rosi kancingin deh . “  Segera mesin kunyalakan , dan motor melaju meninggalkan diskotik SO .

Sungguh menyenangkan . Rosi yang setengah mabuk ini seakan merebahkan badannya di punggung saya . Kedua tangannya memeluk erat perut saya . Jangan tanya bagaimana birahi saya . Penis saya menegang sejak tadi . Dagu Rosu disadarkan ke pundak saya . Lembut nafasnya sesekali menyapu telinga saya . Saya perlambat laju motor . Benar-benar saya ingin menikmati . Lalu saya seperti merasa Rosi mencium pipi saya . Saya ingin memastikan dengan menoleh . Ternyata memang dia baru saja mencium pipi saya . Bahkan selanjutnya dia mengecup pipi saya . Saya kira dia benar-benar mabuk .

“ Mas Andy , Rosi pengin pacaran dulu , “  katanya mengejutkan saya . “ Pacaran sama Mas Andy ? Gila kamu ya . “  Penis saya makin kencang . “ Mau enggak ? “  “ Kamu mabuk ya ? “  Dia tak menjawab . Hanya pelukannya tambah erat . “ Mas . . “  “ Hmm “  “ Mas masih suka coli ? “  “ Hus . Napa sih ? “  “ Pengen tahu aja . Mbak Yeni nggak mau melayani ya ? “  “ Tahu apa kamu ini . “  Saya sedikit berteriak . Saya kaget sendiri . Entah kenapa saya tidak suka dia omong begitu , Mungkin reflek saja karena saya dipermalukan . “ Sorry . Gitu aja marah . “  Rosi kembali mencium pipi saya . Bahkan dia tempelkan terus bibirnya di pipi saya , sedikit di bawah telinga . “ Saya horny Ros . “  “ Kapan ? Sekarang ? Ahh masak . Belum juga diapa-apain “

Saya raih tangannya dan saya taruh di penis saya yang menyodok celana saya . Terperanjat dia . Tapi diam saja . Tangannya merasakan sesuatu bergerak-gerak di balik celana saya . “ Pacaran ama Rosi mau nggak ? “  kata Rosi . Aroma alkohol benar-benar menyengat . “ Di mana ? Lagian udah malam . Nanti Ibu marah kalau kita pulang kemalaman . “  “ Kalau ama Mas Andy dijamin Ibu gak marah . “  “ Sok tahu . “  “ Bener . Ayuk deh . Ke taman aja . Tuh deket SMA I ajak . Asyik lagi . Bentar aja . “  Tanpa menunggu perintah , motor saya arahkan ke Taman KB di seberang SMU I . Taman ini memang arena asyik bagi mereka yang seang berpacaran . Meski di sekitarnya lalu lintas ramai , tapi karena gelap , yaa tetap enak buat berpacaran . Kami mencari bangku kosong di taman . Sudah agak sepi jadi agak mudah mencarinya . Biasanya cukup ramai sehingga banyak yang berpacaran di rumputan . Begitu duduk . Langsung saja Rosi merebahkan kepalanya di dada saya . Saya tak mengira anak ini akan begini agresif . Atau karena pengaruh alkohol makin kuat ? Entahlah . Kami melepas jaket dan menaruhnya di dekat bangku .

“ Kamu kan belum punya pacar , kok sudah segini berani Ros ? “  tanya saya . “ Enak aja belum punya pacar . “  Dia protes . “ Habis siapa pacar kamu ? “  Saya genggam tangannya . Dia mengelus-elus dada saya . “ Yaa ini . “  Dia membuka kancing kemeja saya . Saya makin yakin dia diracuni alkohol . Tapi apa peduli saya . Inilah saatnya . Saya kecup keningnya . Matanya . Hidung , pipi , lalu bibirnya . Dia tersentak , dan memberikan pipinya . Saya kembali mencari bibirnya . Saya kecup lagi perlahan . Dia diam . Saya kulum . Dia diam saja . Benarkah anak ini belum pernah berciuman bibir dengan cowok ? “ Kamu belum pernah melakukan ya ? “  kata saya . Dia tak menjawab . Saya cium lagi bibirnya . Saya julurkan lidah saya . Tangannya meremas pinggang saya . Saya hisap lidahnya , saya kulum . Tangan saya kini menjalar mencari payudara . Dia menggelinjang tetapi membiarkan tangan saya menyusiup di antara celah BH-nya . Ketika saya menemukan bukit kenyal dan meremasnya , dia mengerang panjang . Kedua kakinya terjatuh dari bangku dan menendang-nendang rumputan . Saya buka kancing BH-nya yang terletak di bagian depan . Saya usap-usap lembut , ke kiri , lalu ke kanan . Saya remas , saya kili-kili . Dia mengaduh . Tangannya terus meremasi pinggang dan paha saya .

“ Mas Andy . . “  “ Hmm “  “ Please . . Please . “  Saya mengangsurkan muka saya menciumi bukit-bukit itu . Dia makin tak terkendali . Lalu , srrt srrt . .srrt . Sesuatu keluar dari penis saya . Busyet . Masa saya ejakulasi ? Tapi benar , mani saya telah keluar . Anehnya saya masih bernafsu . Tidak seperti ketika bersetubuh dengan Yeni . Begitu mani keluar , tubuh saya lemas , dan nafsu hilang . Saya juga masih merasakan penis saya sanggup menerima rangsangan . Saya masih menciumi payudara itu , menghisap puting , dan tangan saya mengelus paha , menyelinap di antara celap CD . Membelai bulu-bulu lembut . Menyibak , dan merasakan daging basah . Mulut Rosi terus mengaduh-aduh . Saya rasakan kemaluan saya digeggamnya . Diremas dengan kasar , sehingga terasa sakit . Saya perlu menggeser tempat duduk karena sakitnya . Agaknya dia tahu , dan melonggarkan cengkeramannya .

Lalu dia membuka resluiting celana saya , merogoh isinya . Meremas kuat-kuat . Tapi dia berhenti sebentar . “ Kok basah Mas ? “  tanyanya . Saya diam saja . “ Ehh ,ini yang disebut mani ya ? “  Sejenak situasi kacau . Ini anak malah ngajak diskusi sih . Dia cium penis saya tapi tidak sampai menempel . Kayaknya dia mencoba membaui . “ Kok gini baunya ya ? Emang kayak gini ya ? “ Heeh , “  jawab saya lalu kembali memainkan kelaminnya . “ Asin juga ya ? “  Dia mengocok penis saya dengan tangannya . “ Pelan-pelan Ros . Enakan kamu ciumin deh , “  kata saya .

Tanpa perintah lanjutan Rosi mencium dan mengulum penis saya . Uhh , kasarnya minta ampun , Tidak ada enaknya . Jauhh dengan yang dilakukan Mbak Maya . Berkali-kai saya meminta dia untuk lebih pelan . Bahkan sesekali dia menggigit penis saya sampai saya tersentak . Akhirnya saya kembali ejakulasi . Bukan oleh mulutnya tapi karena kocokan tangannya . Setelah itu sunyi . Saya lemas . Saya benahi pakaian saya . Dia juga membenahi pakaiannya . Tampaknya dia telah terbebas dari pengaruh alkohol . Wajahnya yang belepotan mani dibersihkan dengan tissu . “ Makasih pelajarannya ya Mas . “  Dia mengecup pipi saya . “ Tapi kamu janji jaga rahasia kan ? “  Saya ingin memastikan . “ Iyaah . Emang mau cerita ama siapa ? Bunuh diri ? “  “ Siapa tahu . Pokoknya just for us ! Nobody else may knows . “  Dia mengangguk . Kami bersiap-siap pulang . Sepanjang perjalanan dia memeluk erat tubuh saya . Menggelendot manja . Dan pikiran waras saya mulai bekerja . Saya mulai dihinggapi kecemasan .

“ Ros . . “  “ Yaa “  “ Kamu nggak jatuh cinta ama Mas Andy kan ? Everyting just for sex kan ? “  “ Tahu deh . “  “ Please Ros . Kita nggak boleh keterusan . Anggap saja tadi kita sedang mabuk . “  Saya menghentikan motor . “ Iya deh . “  “ Bener ya ? Ingat , Mas Andy ini suami Mbak Yeni . “  Dia mengangguk mengerti . “ Makasih Ros . “  Saya kembali menjalankan motor . “ Apa yang terjadi malam ini , tidak usahlah terulang lagi , “  kata saya . Saya benar-benar takut sekarang . Saya sadari , Rosi masih kanak-kanak . Masih labil . Dia amat manja . Bisa saja dia lepas kendali dan tak mengerti apa arti hubungan seks sesaat . Lalu saya dengar dia sesenggukan . Menangis . Untunglah dia menepati janji . Segalanya berjalan seperti yang saya harapkan . Saya tak berani lagi mengulangi , meskipun kesempatan selalu terbuka dan dibuka oleh Rosi . Saya benar-benar takut akibatnya . Saya tidak mau menhancurkan keluarga besar istri saya . Tak mau menghancurkan rumah tangga saya .

Saya hanya menikmati Rosi di dalam bayangan . Ketika sedang onani atau ketika sedang bersetubuh dengan Yeni . Sesekali saja saya membayangkan Mbak Maya .

Jumat, 13 September 2013

Cerita Sex Ngentot Memek Gadis Panggilan yang hot dan pinter banget ngesex



Kehidupan di dunia memang berjalan seperti nasehat Sang Budha di atas . Setidaknya itulah romantika kehidupan yang dialami kedua tokoh dalam cerita kita kali ini . Tokoh yang pertama adalah Rahman , seorang sopir taksi berusia 31 tahun yang melewatkan hari demi hari kehidupannya dengan beragam nuansa: terkadang sangat melodramatis , romantis , sentimentil , bahkan lucu .


Selama bekerja sebagai sopir taksi di ibukota selama beberapa tahun Rahman telah banyak menemui kejadian yang menegaskan fenomena itu . Suatu ketika , ia mengembalikan dompet seorang ibu yang ketinggalan di taksinya .Sesungguhnya , ia tidak mengharapkan keuntungan apa-apa dari situ , sebab baginya kejujuran dan kepolosan sudah menjadi bagian integral dari jiwa , tubuh dan segenap aktifitas kesehariannya . Kalau pun kemudian , si ibu dengan ekspresi wajah lega dan ucapan terima kasih tak terhingga , lalu memberikan uang sebagai penghargaan atas ' jasa ' nya , dan kemudian dengan halus si sopir itu menolaknya , itu semata-mata karena apa yang telah ia lakukan sudah menjadi tugasnya . Komitmen Rahman untuk menjunjung tinggi ' harkat ke-supir taksi-an ' saya , tak lebih . Pada kesempatan lain , ia menolong seorang korban kecelakaan lalu lintas di depan kampus sebuah perguruan tinggi . Ia segera membawanya ke unit gawat darurat rumah sakit terdekat , dengan tidak memperhitungkan lagi berapa tarif taksi yang dapat diperolehnya bila ia tetap mengabaikan kejadian itu . Semua terasa seperti tindakan ' bawah sadar ' yang telah terbentuk sedemikian rupa selama bertahun-tahun , sejak ayahnya yang telah almarhum menanamkan nilai-nilai kearifan tradisional dalam diri Rahman .


Hari itu Rahman kembali menjalani rutinitasnya seperti biasa . Untuk yang satu ini memang bukan rutinitas yang lazim , karena setiap petang tiba , ia menjemput Ayux (25 tahun) , tokoh sentral berikutnya , yang adalah seorang wanita panggilan ' kelas atas’ yang tinggal di sebuah rumah mewah di sebuah kompleks pemukiman real estate , untuk kemudian membawanya ke suatu tempat , di mana saja , yang telah disepakati sebelumnya oleh pelanggan setianya itu . Ayux sudah menyewa taksi Rahman selama enam bulan . Jadi pada jam-jam tertentu–biasanya petang hari–Rahman menjemputnya di rumah tersebut , membawanya ke tempat yang senantiasa berbeda-beda tergantung mana yang ditunjuk wanita itu , lantas mengantarnya kembali pulang setelah ' bisnis ' -nya usai pada jam-jam tertentu pula . Ayux membayar cukup mahal untuk tugas tersebut dan Rahman menerima itu sebagai bagian tak terpisahkan dari harkat ' ke-supir taksi-an ' nya . Ia tidak menganggap itu sebagai kerja yang hina lantaran menerima bayaran dari hasil desah dan keringat maksiat Ayux . Ini bagian dari tugas , demikian ia mencari alasan pembenarannya . Rahman selalu menganggap persetan dengan semua anggapan sinis tentang dirinya . Baginya , ia tetap memiliki hak untuk menentukan sikap dan melakukan apa yang terbaik bagi dirinya sendiri . Prinsip sederhana memang tapi logis . Sudah empat bulan lamanya Rahman melakukan ' tugas rutin ' itu . Ia sudah berusaha menghilangkan beban psikologis apa pun termasuk perasaan cinta . Terus terang sebagai seorang pria , Rahman memang tidak dapat mengingkari kata hati bahwa Ayux memang cantik dan diam-diam ia telah jatuh cinta pada pandangan pertama . Dengan rambut sebahu , wajah oval proporsional , hidung bangir , kulit putih dan postur tubuh ramping semampai , Ayux tampil mempesona mata setiap pria yang melihatnya , termasuk dirinya . Sebagai lelaki bujangan dan normal , Rahman tidak dapat menepis getar-getar aneh saat wangi parfum Ayux yang khas menyerbu hidung ketika ia masuk ke taksinya . Tapi ia berusaha menekan perasaan itu sekuat-kuatnya .


Terlebih , ketika muncul rasa cemburu , saat Ayux terlihat digandeng oom-oom kaya yang lebih pantas menjadi ayahnya . Rahman seyogyanya harus menempatkan diri pada posisi yang benar: ia adalah pelanggan dan saya hanya supir taksi . Maka ia mematuhi ' rambu-rambu ' itu secara konsisten . Terlebih secara fisik dan finansial ia kalah jauh dibanding Ayux , mana mungkin wanita gedongan dan sudah terbiasa menikmati kemewahan seperti Ayux mau dengan sopir taksi miskin dengan tampang ndeso seperti dirinya , bukankah itu bagaikan pungguk merindukan bulan ? Rahman cukup tahu diri mengenai hal ini . Percakapan mereka pun , baik ketika pergi maupun pulang , biasa-biasa saja . Tak ada yang istimewa , bahkan nyaris bersifat rutin . Rahman berusaha menjaga jarak dengan Ayux agar tidak terlibat lebih jauh ke masalah yang sifatnya terlalu pribadi . Namun belakangan ini sudah ada sedikit ' peningkatan kualitas pembicaraan ' . Tidak hanya sekedar , ' Mau ke mana ? ' atau ' Jam berapa mau dijemput ? ' , dan sebagainya . Ayux mulai menanyakan latar belakang pribadi sang sopir langganannya itu hingga menanyakan ada berapa jumlah penumpang di taksinya untuk hari ini . Tentu Rahman pun ada rasa gembira pada perkembangan menarik ini . Mulanya sang sopir agak rikuh tapi perlahan ia mulai dapat menyesuaikan diri dan menjadi pembicara atau pun pendengar yang baik .


Ayux


Seiring berjalannya waktu , hubungan emosional mereka pun berlangsung hangat . Ayux mulai tak canggung-canggung mengungkap riwayat hidupnya pada si sopir . Ia ternyata produk keluarga broken home . Ayah dan ibunya bercerai ,ibunya kabur bersama pria lain sehingga ia ikut ayahnya yang pemabuk dan tukang main pukul . Ia tidak tahan dan prihatin dengan kondisi seperti itu sehingga memutuskan untuk minggat dari rumahnya dan mengadu nasib ke ibukota . Kuliahnya pun tidak selesai . Awalnya ia tinggal di rumah seorang famili jauhnya dan mulai mencari pekerjaan agar dapat mandiri .


" Saya harus terus hidup dan berjuang " , kata Ayux menetapkan hati .


Bermodalkan kecantikan dan keindahan tubuhnya , ia menjadi SPG lalu tak lama mulai memasuki dunia model . Foto-foto dirinya pernah menghiasi majalah fashion , lifestyle hingga majalah pria dewasa . Selain itu ia juga mendapat peran kecil dalam beberapa sinetron lokal . Namun , tanpa disadarinya , perlahan namun pasti ia terjerumus ke lembah nista . Kehidupan malam dan hingar bingar pesta , sepertinya memberikan keleluasaan baru dan ia bagai memperoleh jati diri di sana . Sejak itu Ayux pun dikenal sebagai model plus-plus , ia menjadi primadona di kalangan atas . Hampir semua klien-nya siap melakukan apa pun untuk berkencan dengannya . Belakangan , ia kemudian menjadi ‘simpanan ' seorang direktur sebuah bank swasta ternama di negeri ini , dengan tip dan bayaran yang sangat besar plus rumah mewah komplit segala isinya . Sang Direktur hanya datang pada waktu-waktu tertentu saja untuk menemui Ayux . Meskipun begitu , profesinya tak juga ditinggalkan , selain menjadi model ia menjadi wanita panggilan kelas atas .


" Saya menyukai pekerjaan ini , " katanya suatu ketika , suaranya terdengar serak dan terkesan dipaksakan .


Rahman melirik melalui kaca spion , wanita cantik itu duduk santai di belakang , menyelonjorkan kaki dan menyalakan rokok . Rahman tersenyum dan kembali mengalihkan pandangan ke depan . Ayux tak menjelaskan lebih jauh pernyataan yang telah dikeluarkan . Hanya kepalanya terangguk-angguk pelan menikmati lagu melankolis ' When A Man Loves A Woman ' -nya Michael Bolton yang mengalun dari radio di tape mobil Rahman .


" Omong-omong . . .Abang sudah punya pacar atau udah berkeluarga ? " tanyanya tiba-tiba .


Kontan Rahman gelagapan dan agak kehilangan konsentrasi mengemudi .


" Saya sih udah cerai Mbak " ia menjawab tersipu , " ya waktu masih di kampung dulu sampai sekarang yah ginilah , masih sendiri "


Sebuah jawaban yang jujur terlontar dari mulut si sopir itu . Ayux terkekeh . Ia menghirup rokoknya dalam-dalam . Rimbun asapnya mengepul-ngepul , memenuhi kabin taksi . Rahman menelan ludah .


" Kalau Mbak Ayux sendiri bagaimana ? " ia balik bertanya .


" Abang tahu sendiri , kan ? Banyak . Banyak sekali , " sahut Ayux , suaranya terdengar hambar , kedengarannya ia seperti melontarkan sebuah lelucon atau apologi ? entahlah


" Banyak memang . Tapi hampa , " Rahman menanggapi dengan getir .


Untuk beberapa saat Ayux terdiam . Ia mematikan rokoknya , lalu merenung . . .lama . Hanya deru mesin mobil dan getar alat air conditioner taksi terdengar . Lalu lintas di larut malam itu memang telah sepi . Sebagian lampu jalan telah dipadamkan . Rahman tiba-tiba menyadari kecerobohan dan kelancanganya , maklum sebagai orang kampung ia terbiasa bicara ceplas-ceplos apa adanya .


" Eh . . .maaf ya Mba ,apa saya . . . . "


" Nggak apa-apa Bang . Itu emang benar , mereka hampa , cuma punya tubuh dan nafsu , bukan jiwa dan cinta , " Ayux bertutur dengan lirih .


Rahman menghela nafas panjang , ia merasa dadanya sesak , simpati pada nasib wanita secantik Ayux harus bernasib demikian .


" Hidup menawarkan banyak pilihan , Mbak . "


" Tapi saya tak punya pilihan ! " sangkal Ayux dengan nada suaranya meninggi .


" Kearifan menyikapi dengan landasan moral , itu kunci untuk memilih . Kita memang tak akan pernah tahu apakah pilihan hidup kita sudah tepat . Tapi setidaknya , kita mesti punya pegangan yang kokoh untuk menentukan ke mana kita mesti melangkah , " Rahman berkata lembut berusaha menghiburnya .


Terdengar nafas berat Ayux di belakang . Suasana terkesan kering dan kaku .Keduanya tak bercakap-cakap lagi hingga taksi Rahman tiba di gerbang depan rumah yang dituju .


Ayux hanya mengucapkan ' Selamat malam . Sampai jumpa besok sore ' .


Rahman pun pulang ke rumah kontrakannya dengan rasa bersalah yang bertumpuk , sepertinya ia telah menyinggung wanita itu dengan omongannya . Ketika selesai tugas malam itu , ia menemukan sebuah lipstick di lantai belakang taksinya .


Keesokan harinya


Hari itu adalah hari terakhir kontrak sewa Rahman dengan Ayux . Ia menjalani rutinitas ekstranya seperti biasa , ia menjemput Ayux pada waktu dan tempat yang sama .


" Maaf , apa ini punya Mbak ? Kemarin saya nemuin di belakang " kata Rahman sambil menunjukkan lipstick yang dipungutnya kemarin


" Ohh . . .iya benar , makasih ya Bang , sepertinya jatuh waktu saya ngambil rokok kemarin " Ayux tersenyum berterima kasih seraya mengambil lipstick itu .


Kekakuan komunikasi akibat ' insiden ' semalam berangsur-angsur lenyap . Rahman pun berusaha untuk lebih hati-hati berkata-kata agar menjaga perasaan Ayux .


" Apa Mbak tidak bosan dengan rutinitas seperti ini ? " ia membuka percakapan ,


" Apa Abang punya ide yang baik ? " wanita cantik itu balas bertanya .


" Yah . . . misalnya rutinitas yang baru . Kawin dengan lelaki yang mampu memberi nafkah cukup lahir batin–tidak sekedar limpahan materi yang semu belaka , hidup bahagia , punya anak dan menikmati kehidupan , " Rahman mengucapkan kalimat tersebut sesantai mungkin tanpa beban , ia ingin mendengar pendapat Ayux mengenai hal ini .


Sejenak Ayux terdiam . Rahman kembali melirik ke belakang lewat kaca spion mobil . Wanita itu terlihat sangat cantik dengan make up tipisnya , parasnya yang memukau seperti bercahaya , dibanding para pelacur warung remang-remang atau pinggir jalan tentu ibarat bumi dan langit . Ia melepas pandang ke luar melalui kaca jendela taksi yang buram , sepertinya memikirkan sesuatu .


" Itu angan-angan yang terlalu ideal , Bang , " jawabnya pada akhirnya .


" Jangan melihat ini sebagai sesuatu yang naif , Mbak . Saya rasa pendapat saya cukup realistis . Gak mengada-ada . Setiap orang , baik lelaki maupun wanita , pasti pernah berpikir mengenai hal itu: Kebahagiaan hidup berkeluarga . Semuanya akan kembali pada prinsip dan keinginan orang yang bersangkutan , sepanjang ia sadar dan yakin hal itu bakal memberikan ketenteraman bagi jiwanya , hatinya dan segenap aktifitas kesehariannya , " Rahman mencoba berargumen .


" Kita punya takaran penilaian yang berbeda Bang . Tak akan bisa bertemu . Jangan terlalu banyak bermimpi . Kita hidup berada dalam kemungkinan-kemungkinan . Apa yang bakal terjadi kemudian , kita gak bisa menebak . Dan itu sering tidak persis sama seperti yang kita bayangkan , " ujar Ayux lirih dengan bibir bergetar .


Rahman menarik nafas , putus asa .


" Apakah Mbak menganggap bahwa lakon hidup yang Mbak lakukan selama ini sama persis seperti yang Mbak bayangkan sebelumnya ? "


" Memang gak sama Bang . Bahkan sangat jauh berbeda . Saya gak pernah mengimpikan menjalani kehidupan seperti ini . Tapi , bukankah ini bagian dari kemungkinan-kemungkinan hidup ? Gak berarti saya mengatakan bahwa saya menolak kehidupan berkeluarga . Saya bukan orang yang munafik lah , terus terang dalam hati saya tetap mendaMbakan seorang suami yang dapat menyayangi dan memanjakan saya serta anak sebagai tambatan hati . Namun , kalau saya telah menemukan ketenangan pada profesi yang saya lakoni saat ini , bagi saya bukanlah suatu pilihan yang keliru . Setiap orang memiliki cara masing-masing untuk memaknai hidupnya . "


" Apa Mbak merasa bahagia dengan memaknai hidup dengan jalan ini ? "


" Saya gak bisa menjawabnya Bang . Abang gak akan pernah tahu ukuran dan nilai kebahagiaan bagi saya seperti apa . Begitu pula sebaliknya . Kita punya ' nilai rasa ' yang berbeda dalam menakar kebahagiaan , " Ayux bertutur pelan dengan tidak mengalihkan pandangan ke arah luar taksi .


Rahman terdiam , ia tak bisa berkata apa-apa lagi . Ia sadar , wanita itu cukup konsisten memegang prinsipnya . Mendadak , kesedihan merambah dalam hati sopir taksi itu . Hari ini adalah hari terakhirnya bersama Ayux . Besok , Ayux akan berangkat berlibur ke Singapura dan Australia mendampingi sang direktur selama sebulan . Ia tidak tahu apakah Ayux akan menyewa ' jasa ' nya lagi kelak atau mungkinkah mereka bisa bertemu lagi kelak . Baginya itu tidak penting . Kebersamaan dengan wanita penghibur kelas atas itu selama ini , tanpa sadar membangkitkan rasa cinta dan keinginan melindungi dalam hatinya . Wanita itu bukan hanya sekedar langganan , namun telah menjadi teman baginya . Melalui kaca spion mobil , ia melirik Ayux . Ia begitu cantik , sangat cantik , mengapa bunga yang begitu indah harus terhanyut dalam kubangan kotor ? Rahman membatin sekaligus nelangsa . Tak lama kemudian , mereka telah sampai ke tujuan . Rahman segera mematikan mesin mobil dan pikirannya galau sepanjang menanti panggilan dari Ayux untuk mengantarnya pulang , tak terasa lima puntung rokok telah habis sampai kotak rokoknya kosong . Hujan deras mengguyur ibukota di tengah perjalanan pulang mengantarkan wanita itu . Setibanya di rumah Ayux , Rahman turun dan mengeluarkan pAyuxng sebelum membuka pintu belakang dan memAyuxngi wanita itu hingga ke gerbang .


" Bang , masuk dulu aja , minum dulu sambil tunggu hujan reda ! " tawar Ayux setelah membuka gembok .


" Tapi Mbak . . . "


" Sudahlah Bang , masuk saja , hujannya terlalu deras , mana ada yang numpang saat-saat gini ? " Ayux malah menarik lengan Rahman memasuki pekarangan rumahnya .


Rahman tidak bisa menolak lagi ajakan wanita itu , malah hati kecilnya merasa girang . Mereka berlari kecil ke pintu . Ayux membuka pintu dan mempersilakan sopir taksi itu masuk . Rahman langsung merasakan kehangatan begitu memasuki rumah itu . Ayux memang pandai menata interior ruangan sehingga kelihatan menarik dan nyaman . Dekorasi ruangan tamunya bertema oriental , beberapa buah patung menghiasi berbagai sudut . Rahman terbengong-bengong memandangi sekitar ruangan itu , entah perlu gaji berapa puluh tahun baru bisa membeli rumah seperti ini .


" Duduk Bang ! " Ayux mempersilakannya duduk di sofa " mau minum apa nih ? Teh ? Kopi ? Juice ? " tawarnya sambil ke mini bar dekat situ .


" Kopi panas aja Mbak , makasih ya ! " jawab Rahman sambil menjatuhkan diri di sofa .


Ada beberapa majalah dan surat kabar di bawah meja ruang tamu . Rahman pun membuka-buka sebuah majalah sambil menunggu Ayux membuatkan minum . Di sebuah sudut ruangan nampak sebuah koper besar dan sebuah yang kecil , Ayux memang telah selesai mengepak barang-barang yang akan dibawa sehingga besok tinggal diangkut ke mobil .


" Silakan Bang , diminum dulu kopinya " tiba-tiba Ayux sudah berada di depannya dan meletakkan segelas kopi yang masih mengepul atas meja di depanku .


Badannya agak membungkuk , sehingga sopir taksi itu bisa melihat sekelebatan tonjolan dua toketnya yang kencang dan dibalut bra hitam lewat gaun terusannya yang longgar . Sejenak dadanya berdesir dan ia merasa celananya tiba-tiba menjadi sempit .


" Makasih ya Mbak ! "


Ayux kemudian duduk di sebelahnya cukup dekat untuk ukuran seorang sopir taksi dan penumpangnya . Keduanya mulai mengobrol dan bercerita tentang apa saja , juga saling bertukar lelucon dan mereka tertawa lepas .


" Ini hari terakhir kita bertemu Bang ! Besok saya pergi . . .makasih ya bantuannya selama ini " kata Ayux berkata sambil menghela nafas .


Hingga suatu saat , Rahman memberanikan diri dengan dada berdebar keras memegang jemari tangan wanita itu , ia ingin memberinya penghiburan sebelum pergi jauh dalam waktu relatif lama . Ayux agak tertegun , tapi tidak menolak .


" Mbak . . .jaga diri di sana ya " kata Rahman singkat .


Ayux tersenyum , " Ya . . .makasih , Abang juga , semoga dapat jodoh yang baik " balasnya .


Tiba-tiba Ayux melepaskan tangan sopir taksi itu lalu berdiri kemudian menuju kamarnya .


" Tunggu bentar ya Bang ! " katanya sambil tersenyum penuh arti , ia lalu mengambil remote TV di meja ruang tamu dan menyalakan TV di depan mereka , " nonton aja dulu ya sambil nunggu ! " lalu ia masuk ke kamarnya .


Di ruang tamu , Rahman mendengar sayup-sayup suara air yang mengucur deras dari dalam kamar itu . Rupanya di dalam ada kamar mandi dalam . Tak lama kemudian , Ayux keluar dari kamarnya , kini ia sudah memakai kimono sutra berwarna biru . Sungguh cantik dan menggairahkan ia dalam balutan pakaian tersebut , belahan pahanya memperlihatkan pahanya yang indah .


" Ayo sini Bang ! " ajak Ayux sambil menggandeng tangan Rahman .


" Tapi Mbak . . .mau apa ? " Rahman gugup dengan ajakan wanita tersebut .


Ia menurut saja walau merasa canggung karena baru pernah seorang wanita mengajaknya masuk ke kamarnya seperti ini .


" Eeennggg . . . .kamarnya bagus ya Mbak ! " pujinya sambil menutup kegugupan , " kita mau apa Mbak ? "


Ayux hanya menjawab terima kasih , dia terus menuntun Rahman hingga memasuki kamar mandinya . Di dalam kamar mandi , ia melihat air kran masih mengucur deras hampir memenuhi separuh dari bathtub . Wangi harum dari bubble bath segera memenuhi paru-paru pria itu .


" Bang . . .makasih ya atas bantuannya selama ini " kata Ayux lalu tiba-tiba merangkul sambil mendorong Rahman ke belakang sehingga tubuh pria itu terhimpit ke tembok , tangannya lalu meraba sekujur tubuh sopir itu , " abang orang baik , tulus , jarang saya temui orang seperti abang jaman sekarang ini , apalagi di dunia saya "


" Eeee . . .apaan nih Mbak ? " Rahman mencoba menghindar antara mau dan tidak .


" Anggap ini hadiah perpisahan dari saya Bang . . .sekaligus terima kasih untuk mengembalikan lipstik saya itu " habis berkata Ayux lalu mencium Rahman dengan bernafsu sekali sambil tangannya meremas-remas selangkangan pria itu .


Iman Rahman pun dengan cepat runtuh . Ia pun membalasa mencium dan memagut bibir indah Ayux sambil tangannya meremas lembut pantatnya . Ayux mulai melepaskan satu persatu kancing seragam sopir Rahman . Belaian tangan lembut wanita itu pada dadanya sungguh membangkitkan gairah si sopir taksi , kelelakiannya terasa makin keras sehingga celana panjangnya terasa semakin sesak . Tangannya agak gemetar dan mulai berani meraba dan meremas lembut toket Ayux . Wanita itu melenguh dan semakin ganas dengan permainan " french kiss " nya . Sebentar saja seragam sopir itu sudah lepas dan jatuh ke lantai . Ayux melanjutkan dengan membuka celana panjang pria itu . Rahman pun mulai melepaskan tali pinggang yang membalut kimono Ayux . toketnya yang sudah membusung dengan putingnya yang tegak telah membayang di balik kimononya , terlihat jelas ia sudah tidak memakai bra lagi .


Ayux meraba dan meremas lembut batang kemaluan Rahman yang masih dibalut CDnya . Dia memainkan jemarinya dan mulai merogoh masuk CD itu , menjemput batang kelelakian si sopir taksi . Dengan sekali tarik , terbukalah kimono Ayux , wanita itu lalu meloloskan tangannya sehingga kimono itu segera jatuh ke lantai . Betapa indah tubuh di baliknya yang sudah tidak memakai apa-apa lagi , kulitnya putih mulus dan begitu terawat . memeknya ditumbuhi bulu-bulu yang halus dan dicukur rapi , tidak terlalu lebat , tapi juga tidak terlalu tipis . Celah kewanitaannya membayang di balik bulu-bulu tersebut . Telanjang sudah wanita cantik itu di depan Rahman yang selama ini mengisi fantasinya . toketnya yang ranum dengan putingnya yang berwarna kemerahan telah menegang seolah menantang untuk mengulumnya . Perlahan , Rahman mulai menyusuri toketnya yang sebelah kiri dengan lidahnya . Ia memainkan lidahnya hingga ke putingnya . Ayux pun mendesis saat lidah pria itu menyentil dan mengitari putingnya , sementara tangan kiri pria itu meremas lembut dan memainkan toket dan putingnya yang kanan . Ayux mendesah nikmat . Tangannya merenggut CD Rahman dan menurunkannya dengan cepat hingga terlepas ke lantai . Dengan ganas ia memainkan dan mengocok batang kelelakian yang telah ereksi maksimal itu .


" Yuk . . .kita sambil berendam aja ! " Ayux " menuntun " kontol Rahman menuju bathtub .


Rahman hanya bisa pasrah tidak bisa berkata-kata menikmati pelayanan Ayux . Ia merebahkan diri ke dalam bathtub dan Ayux dengan perlahan mengocok dan mengurut kontolnya di antara busa-busa sabun dan air hangat . Wanita duduk di antara dua kakinya sambil masih terus mengurut dan mengocok kontolku . Rahman memejamkan mata menikmati setiap sensasi yang menjalari sekujur tubuhnya . Rasa geli yang nikmat ia rasakan setiap gerakan lembut tangan Ayux beraksi naik turun .


" Eeemmmhhh . . .enak Mbak . . . ! " erang Rahman .


Entah berapa lama ia menikmati permainan tangan Ayux . Lalu ia menarik bahu wanita itu dan membalikkan badannya ke arah badannya . Dipeluknya Ayux dari belakang . Kini gilirannya untuk memberikan kenikmatan buat wanita itu . Tangannya memainkan toketnya dengan jalan meremas , meraba dan memilin-milin lembut dengan tangan kanannya . Sementara tangan kirinya juga tidak tinggal diam , memainkan paha , lipat paha dan daerah gerbang kewanitaan Ayux . Ayux mengerang , mendesis dan melenguh . Hidung dan lidah Rahman menciumi dan menjilati daerah di belakang daun telinga Ayux dan sekitar tengkuknya . Jari-jari kasarnya memilin dan memencet-mencet lembut klitoris dan labia mayora wanita itu .


" Oohhhhhh . . . .Bang , enak Bang . . .terushhh . . .saya milikmu malam ini ! " desah Ayux


Rahman sedang menciumi leher Ayux , tangannya meremas lembut toket montok itu . Ayux yang sudah sangat berpengalaman dalam hal ini , tak mau kalah . Ia mengocok pelan kontol Rahman . Sopir bertampang ndeso itu pun semakin buas karena terangsang , ia memutar wajah wanita itu ke belakang lantas bibir mereka bertemu , saling pagut , saling gigit , lidah keduanya berbelitan dan air ludah mereka bercampur


Akhirnya setelah seperempat jam , mereka pun menyudahi pemanasan yang penuh gairah itu karena kulit mereka mulai keriput disebabkan oleh terlalu lamanya kami berendam dalam air bubble bath . Ayux menciumi wajah ndeso itu dengan penuh kelembutan dan akhirnya keduanya melakukan " french kiss " lagi dengan posisi saling mendekap . Setelah puas melakukan " french kiss " , Ayux berdiri dan memutar kran shower untuk membilas tubuh mereka . Di bawah derai siraman air shower , keduanya kembali berpelukan dan melakukan " french kiss " lagi . Saling meraba , saling mengelus dan menyusuri tubuh pasangan masing-masing .


Rupanya Ayux sudah birahi tinggi . Ia menaikkan satu kakinya ke pinggir bathtub dan menuntun kontol Rahman ke arah gerbang kewanitaannya .


" Saya udah kepengen banget Bang , ayo setubuhi saya . . .buat saya menggelepar keenakan ! " pintanya .


Rahman membantunya sambil tangan kirinya memilin-milin puting toket kanannya . Ia menggeser-geserkan ujung kepala memeknya pada klitorisnya . Perlahan , ia mendorong masuk kontolnya ke dalam liang memek Ayux . Pelan . . lembut . . perlahan . . sambil terus mengulum bibir merahnya . Ayux mendekap si sopir taksi sambil mendesis di sela-sela ciuman mereka . Akhirnya amblaslah kira-kira tiga per empat dari panjang kemaluan Rahman , dan mulai maju-mundur menggenjot vagina wanita itu . Ayux memejamkan matanya sambil terus mendesis dan melenguh . Ia memeluk pria itu semakin kencang . Rahman mengayunkan pantatnya semakin cepat dengan tusukan-tusukan dalam yang ia kombinasikan dengan tusukan-tusukan dangkal . Ayux membantu dengan putaran pinggulnya , membuat batang kemaluan Rahman seperti disedot dan diputar oleh liang memeknya . Guyuran air shower menambah erotis suasana dan nikmatnya sensasi yang mereka alami .
Rahman merasakan lubang memek Ayux semakin licin dan semakin mudah baginya untuk melakukan tusukan-tusukan kenikmatan yang mereka rasakan bersama . Setelah agak lama melakukan posisi ini , Ayux menarik pantatnya sehingga batang kemaluan pria itu terlepas dari lubang memeknya . Kemudian ia membalikkan badannya dan agak membungkuk , menahan tubuhnya dengan berpegangan pada dinding kamar mandi . Rupanya dia ingin merasakan posisi " rear entry " atau yang lebih populer dengan istilah " doggy style " . memeknya yang berwarna merah jambu sudah membuka , menantang , dan terlihat licin basah . Perlahan Rahman memasukkan batang kontolnya yang tegang kaku dan keras ke dalam lubang memek Ayux .


" Aaaahh . . . .yahhh ! " desis Ayux dengan tubuh mengejang .


Rahman mulai mengayunkan pantatnya maju-mundur , menusuk-nusuk lubang memek Ayux . Ayux merapatkan kedua kakinya sehingga batang kemaluan pria itu semakin terjepit di dalam liang memeknya . Rahman merasakan kenikmatan yang luar biasa dan sensasi yang sukar dilukiskan dengan kata-kata setiap kali ia menghujamkan memeknya . Tangannya meremas-remas pantat Ayux bergantian dengan remasan-remasan pada toketnya . Sesekali , ia menggigit-gigit kecil di daerah sekitar tengkuk dan pundak wanita itu .


Setelah cukup lama bergumul dalam posisi doggie , tiba-tiba Ayux meminta berhenti lalu membalik badannya dari posisi " rear entry " ke posisi berhadapan .


" Nikmati aku sepuas-puasnya malam ini Bang , mungkin ini pertama dan terakhir kalinya buat kita ! " katanya dengan nafas tersenggal-senggal .


Habis berkata Ayux langsung mencium Rahman dengan ganasnya sambil mencengkeram erat punggung pria itu , merapatkan tubuhnya dan meraih kontolnya yang masih menegang . Rahman mengangkat kaki kiri wanita itu dan mengarahkan kontolnya ke liang memeknya . Dengan sekali dorong kontol itu pun kembali memasuki liang kewanitaan Ayux yang sudah sangat berlendir itu . Setelah kontolnya masuk , Rahman pun menyentak-nyentaik batang kontolnya lagi , semakin keras , semakin cepat dan bertenaga . Keduanya semakin lepas kontrol , erangan mereka sahut-menyahut berpadu dengan suara shower akibat dilanda nikmat yang luar biasa .


" Aaaarrgghh… .entot memekku , Bang… , yah…gituuuuuhh…yang keras , yang keras… .oohhhh , kontol Abang enak bangettthhh ! " ceracau Ayux tidak karuan


Rahman pun jadi merasa sangat perkasa dan semakin bergairah karena merasa berhasil membuat wanita itu keenakan . Maka ia semakin kuat menyodoki batang kontolnya di dalam vagina Ayux . Seiring dengan semakin kuatnya rintihan dan erangannya . Ayux merasakan klimaksnya sudah sangat dekat .


" Saya keluaarr Bang . . ! Aaagghh . . ! " serunya sambil memeluk Rahman erat-erat .


Ayux merasakan liang memeknya berdenyut-denyut seperti menghisap-hisap kemaluan Rahman . Pria itu juga merasakan tubuh Ayux yang menjadi lemas setelah mengalami wanita orgasme . Namun ia masih saja memompa memeknya sambil menyangga tubuhnya . Mulutnya menghisap-hisap puting toketnya , kiri-kanan sambil lidahnya berputar-putar pada ujungnya . Sesekali jari-jariku meraba dan memutar-mutar klitorisnya . Ayux seperti orang yang sedang tak sadarkan diri . Dia hanya ber-ah-uh saja sambil sesekali menciumi bibir tebal Rahman . Setelah beberapa saat , mendadak dia mengejang lagi , melenguh dan mengerang ,


" Aaagghh . . ! Ooohh Bang . . .saya keluaarr lagii . . ! "


Ayux engalami orgasmenya yang kedua kalinya atau istilahnya multiple orgasm . Ayux menciumi pria itu dengan ganasnya sebagai ekspresi kenikmatan orgasme yang diraihnya .


" Mbak . .tahan yah . . saya juga mau keluar sedikit lagi . . " kata Rahman sambil memacu pantatnya lebih cepat lagi menghujam liang memek Ayux .


Ayux hanya bisa pasrah . Akhirnya , Rahman pun merasakan sebuah gelombang besar yang mencari jalan keluar . Ia mencoba untuk menahannya selama mungkin , tapi gelombang itu semakin besar dan semakin kuat , maka ia mengatur pernapasan , berkonsentrasi penuh . Tangannya yang kokoh mendekap erat tubuh Ayux .


" Aaahhh . . .saya keluar Mbaaakkk ! " erangnya melepas orgasme


Rahman merasakan kenikmatan yang luar biasa menjalari sekujur tubuhnya . Ada rasa hangat menyelubungi tubuhku . memeknya berdenyut-denyut di dalam liang memek Ayux . Perasaan yang baru pernah dirasakannya seumur hidup , bahkan dengan mantan istrinya di kampung yang lugu dan gagap seks . Ayux menjerit kecil merasakan semburan hangat memenuhi vaginanya memberinya sensasi nikmat yang luar biasa .


" Fantastis . . .beneran nih Abang cuma pernah main sama mantan istri Abang dulu ? " Ayux setengah tak percaya .


" Iya sumpah Mbak , emang kenapa ? " tanya pria itu keheranan .


" Jajan juga gak pernah ? " tanya Ayux lagi sambil meraih kontol Rahman yang masih tegang yang baru saja lepas dari himpitan vaginanya


Rahman menggeleng , menatap wajah Ayux yang semakin cantik pasca orgasme dan dalam keadaan basah di bawah siraman shower .


" Saya percaya , orang seperti Abang gak ada bakat untuk bohong " Ayux tertawa renyah .


Rahman hanya nyengir kuda lalu mencium lembut kening wanita itu . Ketika mencuci batang kelelakiannya di bawah shower . Ayux memeluk Rahman dari belakang dan membantu mencuci batang itu . Setelah selesai mandi bareng , mereka saling mengeringkan diri dengan handuk . Ketika Rahman hendak mengenakan pakaiannya kembali , Ayux melarangnya dan menawarkan untuk bermalam di situ .


" Abang capek ? Malam ini nginep aja di sini . . .hujannya juga belum berhenti ! " tawar Ayux


" Eerrr . . .Mbak ! " Rahman menepuk pundak Ayux yang membelakanginya


" Iya . . .eeemmm ! "


Saat Ayux menoleh , Rahman mencuri sebuah ciuman dan dibopongnya Ayux ke arah tempat tidurnya yang berukuran queen size dengan warna serba pink . Diletakkannya tubuh telanjang Ayux perlahan di tempat tidurnya . Ia ciumi sekujur tubuhnya . Setelah puas , ia berbaring di sebelahnya , tangannya mendekap tubuh wanita itu dan mulutnya menciumi di sekitar daun telinganya sambil tangannya mengelus-elus punggungnya . Tak lama kemudian Ayux tertidur dengan senyum di bibirnya . Rahman mengecup lembut bibirnya , lalu ikut tidur di sampingnya , beredekapan , telanjang di bawah selimut .


Keesokan pagi


Rahman terbangun saat ia merasakan ada jari-jari halus meraba-raba dadanya dan ciuman di keningnya . Ayux telah lebih dahulu bangun dan dia membangunkan pria itu . Ayux mengecup bibir tebal itu perlahan dan mereka pun terlibat dalam sebuah " french kiss " . Tangan Rahman mengelusi punggung putih mulus Ayux sementara Ayux mengelus-elus rambutnya .


" Mbak . . .bukannya hari ini harus ke bandara ? Nanti telat " kata Rahman .


" Masih ada waktu . . . " jawab Ayux " pesawatnya berangkat sore jam lima , kenapa gak kita habiskan bersama saja ? "


" Apa gak akan ada orang lain lagi ke sini ? Kalau kita ketauan kan gak enak " Rahman agak was-was kalau ketahuan ia sedang meniduri wanita simpanan orang kaya , bisa-bisa digebuki seperti di film-film .


" Nggak . . .dia terlalu sibuk jam-jam segini , nanti baru nyusul di bandara " Ayux tersenyum lalu mengecup kembali bibir Rahman . " pokoknya Bang . . .sekarang ini waktu cuma buat kita berdua , santai dan nikmati aja ! "


Ayux mulai menciumi sekujur tubuh sopir taksi itu , menjilati dadanya dan menggelitiki putingnya dengan lidahnya . Tangannya menjalari sekujur tubuhnya dan meraba-raba batang kelelakian Rahman , memainkannya , mengelus dan mengurutnya sehingga kontol itu pun bangun dari tidurnya . Ayux tersenyum . Perlahan , disusurinya perut , pusar dan pinggangku dengan lidahnya .


" Eeemmhh . . .Mbak ! " desah Rahman yang merasakan geli-geli nikmat yang membuatnya merinding . Ia mengusap-usap kepala Ayux dengan penuh kelembutan . Disisirnya rambut wanita itu dengan jari-jarinya dan sesekali diraba-raba tengkuk dan balik telinganya .


Perlahan jilatan lidah Ayux semakin turun ke arah selangkangan Rahman . Dengan jemari tangan kirinya yang halus , ia menggenggam kontol Rahman , mendongakkannya , dan dia mulai menjilati daerah pangkalnya . Disusurinya kontol itu dengan lidahnya hingga ke ujungnya yang bersunat . Ia memutar-mutar ujung lidahnya ke arah lubang dan sekitarnya pada ujung batang kontol pria itu . Ia memang profesional dalam membuat Rahman merasa seperti melayang .


Dari ujung kontol itu , Ayux kembali menyusurinya hingga ke bawah , menjilat-jilat buah pelirnya , sesekali mengecup dan agak menghisapnya . Rasa aneh antara sakit , geli , dan enak membuat Rahman menggeliat-geliat .


" Enakkhh . . .Mbak . . .geli . . .uuhh " desah Rahman sambil meremasi rambut Ayux .


Ayux memandang pria itu dengan pandangan mata yang menggemaskan


" Sungguh bidadari sejati . . betapa cantiknya kamu Ayux ! " kata Rahman dalam hatinya


Tiba-tiba Ayux berhenti melakukan oral seksnya . Dia mendekati wajah Rahman . Menciumnya dengan mesra dan lembut bibir tebal pria itu . Kemudian ia membalikkan badannya dan membelakangiku , seperti posisi " 69 " . Ia memegangi kontol Rahman dan mulai menghisap , mengulum dan menjilatinya .


Kembali rasa geli dan nikmat mendera pria itu . Ia mencium wangi harum yang khas dari gerbang kewanitaan Ayux yang terpampang menantang di depan wajahnya . Gerbangnya sudah mulai terbuka , berwarna merah muda dengan dihiasi bulu-bulu halus dan dicukur rapi . kontolnya berdenyut-denyut di antara hisapan dan geseran lidah wanita itu . Ia memegangi dan mengelus pantat Ayux dengan kedua tangannya . Ia arahkan gerbang kewanitaannya ke arah mulutnya . Dijilatinya bibir vagina itu dan daerah sekitarnya . Ayux mengerang di antara hisapan-hisapannya pada batang kemaluan Rahman . Vagina itu mulai licin dan basah , serta terus menebarkan aroma yang khas harum karena rajin dirawat .


Rahman mendapati sebuah tonjolan kecil di antara belahan gerbang kewanitaannya , dijilatinya benda itu . Ayux pun mengerang dan mendesis , sejenak melepaskan batang kelelakian itu dari mulutnya . Rahman menjilat dengan lembut dan sesekali lidahnya menggeser-geser tonjolan kecil yang ada di belahan gerbang kewanitaan Ayux . Ayux mendongakkan kepalanya dan mendesis-desis kenikmatan sambil menggoyang-goyangkan pantatnya .


" Oooh Bang . . . kok jilatannya enak bangethhh ! " kata Ayux di antara erangannya .


Ayux mengurut dan mengocok kontol itu makin cepat sambil mulutnya menghisap ujungnya . Kedua tangan Rahman tidak tinggal diam saat lidahnya beraktivitas . Terkadang jari-jari tangannya menggaruk mesra punggung Ayux dengan lembut , atau meraba , mengusap dan memainkan toketnya yang menggantung menantang di atas perutnya .


Setelah beberapa lama saling menjilat , menghisap dan menikmati permainan ini , Ayux beranjak dari posisinya .


" Bang . . .sekarang yah ! " katanya sambil memegang kontol yang tegang tegak kaku menghadap langit-langit .


Ayux mengangkangi Rahman sambil memunggunginya . Ia mengarahkan batang kelelakian itu ke gerbang kewanitaannya . Rahman menggeser-geserkan ujung kontolnya pada tonjolan kecil di antara belahan gerbang kewanitaannya untuk membantu kontolnya masuk . Ayux memejamkan matanya sambil mendesah saat kontol pria itu memasuki liang memeknya yang sudah licin basah . Pelan . . lembut . . Ayux perlahan menurunkan pantatnya , membuat kontol itu masuk semakin dalam . Terus turun hingga akhirnya mentok dan menyisakan kira-kira seperempat dari panjang kontol pria itu . Ayux agak terpekik saat ujung kontol itu menyentuh dinding rahimnya . Kemudian Ayux mulai menggoyangkan pantatnya naik-turun-naik-turun . Pada mulanya perlahan hingga beberapa gerakan , akhirnya Ayux semakin cepat . Mereka menikmati sensasi yang luar biasa saat kedua alat kelamin keduanya menyatu dan saling bergesekan . Ayux berulang kali mendesah , melenguh , mendesis , meracaukan kata-kata yang tak jelas . Rahman juga menikmatinya dengan pikiran yang melayang meresapi rasa geli dan nikmat yang menjalari sekujur tubuhnya .


Beberapa menit kemudian , Rahman mengangkat badannya sekitar 45 derajat dan bersandar pada kepala tempat tidur Ayux . Ayux sambil membelakangi bertumpu pada perut pria itu dan terus mengAyuxh tubuhnya naik-turun pada selangkangan pria itu divariasikan dengan memutar-mutar pinggulnya .


" Aaaghh . . Mmmbbakkk . . " teriak Rahman sambil memegangi pinggangnya yang ramping dan putih mulus karena kontolnya serasa dipelintir ketika Ayux meliuk-liukkan tubuhnya .


Ia meraih tubuh Ayux dari belakang . Ia remas-remas lembut kedua toketnya yang terasa keras tapi kenyal . Putingnya ia pilin-pilin dengan mesra . Ayux menghentikan sejenak Ayuxnan pantatnya . Dia mendesah , mendesis . Rahman merasakan batang kontolnya dan liang memek Ayux sama-sama berdenyut-denyut . Diciuminya tengkuk wanita itu , sesekali digigit-gigit ringan tengkuk , bahu kanannya , dan belakang telinganya .


" Putar sini Mbak ! " pinta Rahman pada Ayux untuk membalikkan posisinya .


Wanita itu berbalik tanpa melepaskan batang kemaluan Rahman dari liang memeknya . Batang kemaluan itu pun serasa ada yang memuntirnya . Sekarang keduanya berhadapan . Mereka saling memeluk , saling meraba . Rahman mereasakan kontolnya masih berdenyut-denyut di dalam liang memek Ayux yang juga terasa berdenyut-denyut seperti menghisap batang kemaluan itu . Mereka berpagutan , saling menggigit , menghisap dan mengulum . Tangan dan jemari Rahman dengan lincahnya bergerak di sekujur badan Ayux , membuat wanita itu kegelian dan merinding . Sekitar setengah jam dalam posisi demikian , akhirnya Rahman merasakan ada sensasi luar biasa yang membuat tubuhnya serasa mau meledak . Ia mengerang dan mengatur napasnya . Rasanya ada gelombang besar dari pinggangnya yang hendak mencari jalan keluar melalui batang kontolnya .


" Mbak Ayux sayang . . .saya hampir keluar sedikit lagi . . " kata Rahman terengah-engah .


" Barengan ya Bang ! " jawab Ayux lalu memagut bibir tebal pria itu


Rahman pun balas menciumnya . Mereka sama-sama diam dalam posisi berciuman sambil terus memacu tubuh . Rahman merasakan seperti ada aliran listrik mulai merayapi sekujur tubuhnya . Sekujur tubuhnya terasa hangat , begitu juga dengan tubuh Ayux . Sambil terus bermain lidah , mereka menikmati sensasi yang luar biasa itu .


" Aaaaahhhhh . . . . ! ! " erang Rahman melepas ciuman


" Iyaahhhh . . . .teruusss . . . . .teruussshhh ! ! " Ayux juga merasakan hal yang sama


Rahman merasa seperti melayang ke langit . Senyap , pandangan matanya berkunang-kunang walaupun memejamkan matanya . Rasa nikmat yang aneh disertai oleh rambatan sensasi menjalari setiap bagian tubuh mereka . Mereka mengejang hingga akhirnya merasakan suatu yang sangat melegakan . Nikmat . . .cahaya terang yang membuat berkunang-kunang itu berubah menjadi kegelapan . Ia rubuh menindih tubuh Ayux , mereka terdiam dengan nafas naik turun . Ayux menatap wajah ndeso si sopir taksi , dia tersenyum penuh arti dan kemudian mencium keningnya . Rahman balas memagut kecil dagu Ayux . Tak lama , Ayux mendorong tubuh pria itu hingga berbaring saling bersebelahan .


" Istirahat dulu yuk , abis ini kita makan ! " kata Ayux lalu mengajak Rahman kembali ke balik selimut . Mereka berpelukan sambil masih dalam kondisi sama-sama telanjang bulat .


Sore harinya


Satu hal yang mengganjal di hati Rahman sejak peristiwa semalam dan tadi pagi , ia ingin mengungkapkan perasaannya pada Ayux namun belum ada keberanian untuk itu . Rahman memang pria yang tulus , namun pengetahuannya tentang wanita terbilang minim . Kepada mantan istrinya dulu saja ia tidak pernah mengatakan ‘saya cinta kamu’ karena memang mereka dijodohkan . Pasangan yang ketika itu masih sangat hijautidak pernah merasakan saat-saat romantis hingga akhirnya perceraian mereka . Sepanjang perjalanan ke bandara ia tidak ada kesempatan untuk itu karena Ayux sibuk bicara melalui ponselnya , yang pertama dengan seorang teman , yang kedua dengan si direktur , yang meMbakar api cemburu dalam hati Rahman . Ketika taksi yang dikemudikannya akhirnya tiba di bandara , Rahman turun duluan dan menurunkan barang bawaan Ayux dari bagasi , saat itu Ayux masih berbicara di ponselnya . Ini adalah saat terakhir , juga mumpung antrian kendaraan di gerbang keberangkatan tidak terlalu padat , maka Rahman pun membulatkan tekadnya , ia masuk ke jok kemudi . Ayux baru saja hendak membuka handle pintu belakang ketika sopir taksi itu akhirnya berseru .


" Ayux , tunggu ! " pertama kali ia memanggil wanita itu dengan namanya .


Ia mengurungkan niatnya dan memandang nya . Matanya bertanya . Dada pria itu berdegup kencang .


" Saya mencintai kamu , Ayux , " Rahman mengungkapkan perasaan itu dengan tenggorokan tercekat .


Ayux menatap tak percaya . Rahman segera meraih tangannya , meraba jemarinya yang halus , mengalirkan keyakinan . Mata mereka saling bertatapan tanpa berkata-kata , hening selama beberapa saat


" Hentikan semua ini , Ayux . Kamu seharusnya hidup lebih layak , terhormat dan bernilai . Apa yang kamu lakukan selama ini hanya akan membuat hidupmu didera kesalahan dan dosa . Hiduplah dengan saya . Kita kawin . Saya berjanji akan membahagiakan kamu . "


Ayux menggigit bibir . Ia tampaknya memikirkan sesuatu . Rahman berharap-harap cemas dalam hatinya , ia menggigit bibir bawahnya dan jantungnya berdebar kencang sekali , inilah pertama kalinya dalam hidup ia terus terang mengungkapkan cinta pada seorang wanita . Ia sudah menabah-nabahkan hati untuk siap menerima kemungkinan terburuk . Matanya memandang Ayux dengan tajam dan penuh harap .


Ayux akhirnya tersenyum , ia mempererat genggaman tangan si sopir taksi . Tatapan matanya seperti menyiratkan sesuatu . Sesuatu yang sangat misterius sebelum akhirnya berkata ,


" Baiklah Bang . . . . " ia berhenti sesaat , " saya memang harus menentukan pilihan , pada akhirnya . tapi kita hidup dalam dunia yang berbeda . Bang , Abang tak akan bisa memahami saya , seperti saya pun tak bisa memahami Abang . Terima kasih atas ketulusan tawaran Abang . Saya menghargainya . Biarkan saya memilih dan melewati jalan yang menurut saya terbaik . Abang orang baik , terus terang , saya suka Abang , seandainya takdir mempertemukan kita lebih awal atau di tempat yang lain dari sekarang , kita mungkin bisa bersatu . Saya doakan Abang kelak mendapat jodoh yang baik . . .jauh lebih baik dan suci , tidak seperti wanita di depanmu ini . Maafkan saya . . .selamat tinggal ! " Ayux mengucapkannya dengan bibir bergetar , pelupuk matanya basah , namun ia menyekanya cepat-cepat , lalu membuka handle pintu tergesa-gesa dan pergi . Rahman tak bisa mencegahnya lagi . Ia hanya sempat memandangi punggungnya serta gaunnya yang berkibar ditiup angin berjalan memasuki bandara ke gerbang keberangkatan , untuk terakhir kali tanpa menoleh ke belakang , dengan pandangan kosong . Terasa ada yang hilang dalam dirinya , bak istana pasir yang diterpa oMbak dan lenyap seketika , sesuatu yang tak dapat ia ungkapkan bagaimana adanya . Dua puluh menit Rahman termenung di taksinya di luar bandara , matanya kosong menatap langit biru . Sebagian dirinya serasa hilang bersama wanita itu . Tiga batang rokok telah dihabiskannya sejak Ayux meninggalkannya tadi .


" Rahman . . .ayo kamu bisa ! Dunia belumlah kiamat , kehidupan terus berjalan ! Bangkit ! ! Bangkit ! ! Jangan harap Bapak akan menemui kamu di akhirat nanti kalau kamu sampai bunuh diri gara-gara patah hati ! Bangkit . . .bangkit . . .bangg . . .bangg " Rahman sekonyong-konyong mendapat seruan itu dalam lamunannya , almarhum ayahnya seperti sedang menyemangatinya


" Bang . . . .bang . . .narik ga nih ? " tiba-tiba saja sebuah suara dari sebelah menyadarkannya , rupanya ia setengah tertidur di tengah lamunannya .


" Ooohh . . . .iya . . .iya Pak , narik lah . . .ayo silakan masuk ! " ia membukakan pintu belakang untuk pria berumur empat puluhan itu , " kemana nih Pak ? "


" Sudirman , cuma lagi ada demo deket situ . . .bisa ga Bang ? Saya buru-buru nih , daritadi udah dua sopir nolak ! " jawab pria yang menenteng tas laptop itu .


" Beres Pak . . .saya coba lewat jalan tikus , moga-moga keburu ! " sahut Rahman lalu segera tancap gas dari situ ,

" Ayo Rahman , kamu bisa , semangat ! ! " ia kembali menyemangati dirinya , ia harus tegar seperti apa yang selalu ayahnya ajarkan sejak kecil .


Delapan tahun kemudian
Foodcourt sebuah mall


" Oke . .oke . . . , kamu urus saja , yang ginian gak usah pakai lapor , belajar lah memutuskan sendiri ! " Rahman berbicara lewat ponsel dengan seseorang , " pokoknya pastikan jangan sampai terlambat , ketepatan waktu yang bikin perusahaan kita dipercaya orang , ngerti ? ! "


" Baik Pak . . .saya usahakan sebaik mungkin , Bapak tenang aja , nanti saya kabari lagi " jawab suara di seberang sana .


" Gitu dong . . . .oke ditunggu kabar baiknya , sampai nanti ya ! " ia menuntup pembicaraan lalu melanjutkan makannya yang tinggal sedikit lagi .


Rahman yang sekarang sudah berbeda dari Rahman yang dulu , rambutnya kini telah dicukur cepak dan rapi , sebagian kecil nampak telah beruban , di atas bibirnya yang tebal itu telah tumbuh kumis tipis . Soal level kegantengan yang di bawah rata-rata sih memang tidak terlalu mengalami kemajuan , tapi kini ia terlihat lebih dewasa . Pakaian yang melekat di tubuhnya bukan lagi seragam sopir taksi seperti dulu , melainkan sebuah kaos berkerah merek ternama dan ponsel yang dipakainya bukan lagi barang seken atau murahan lagi , melainkan keluaran terbaru yang masih mulus . Hasil kerja keras , pengalaman dan tabungannya selama ini telah mengubah nasibnya , kini ia telah memiliki sebuah perusahaan travel yang sangat berkembang , bahkan telah membuka cabang di kota lain . Ia baru saja menyeruput minumannya ketika sesuatu tiba-tiba membentur sepatunya . Ia melongok ke bawah meja dan menemukan sebuah mobil-mobilan . Seorang bocah laki-laki mengejar dari belakang dan hendak mengambil mobil itu .


" Michael . . .Mom said don’t play it here . . .now you see ! " sahut seorang wanita


Rahman memungut mainan itu dan memberikannya kembali pada si bocah berparas blasteran bule itu .


" Thank you sir ! " kata si anak .


" Maaf ya Pak . . .come say sorry to uncle ! " kata wanita itu , " Hah . . . .kamu ! "


Rahman juga tertegun begitu melihat ibu dari anak itu , mereka saling tatap selama beberapa saat seperti tidak percaya pengelihatan masing-masing .


" Rahman ? Bang Rahman ? " wanita itu membuka suara duluan .


" Iya . . .Ayux kan ? " yang dijawab wanita itu dengan anggukan kepala .


Tidak banyak yang berubah pada wanita itu , ia tetap cantik dan tubuhnya masih langsing walau telah memiliki anak . Rambutnya kini agak bergelombang dan disepuh kecoklatan . Pakaian yang dikenakannya serta wajahnya dengan make up tipis membuat penampilannya jadi keibuan .


" Eeemmm . . .sudah lama ga jumpa ya . . .gimana kabarnya sekarang ? " sapa Rahman yang merasa senang kembali bertemu dengan wanita itu , ia sangat penasaran dengan kabarnya selama tujuh tahun ini yang tidak pernah kedengaran lagi , " ayo duduk dulu ! "


Ayux duduk di depan Rahman dan keduanya saling berpandangan dengan gembira .


" Kelihatannya banyak yang sudah berubah " kata Ayux melihat penampilan pria yang dulu menjadi sopir langganannya itu yang juga pernah menghabiskan semalam penuh gairah bersamanya .


" Ya . . .banyak , sangat banyak , kehidupan ini memang dramatis " jawab Rahman " kamu di mana saja selama ini ? Pulang kampung ? "


" Bukan . . .jauh . . .jauh sekali , benar kata Abang kehidupan itu dramatis , selain itu juga penuh misteri "


Ayux kini telah menikah dengan seorang bule Inggris . Setahun setelah perpisahan mereka di bandara , ia berhenti menjadi wanita simpanan si direktur yang mulai berpindah ke lain hati . Di tengah kesepiannya , ia berkenalan dengan ekspatriat asal Inggris , hubungan mereka makin serius . Pria itu ternyata tulus mencintai Ayux tanpa memandang masa lalunya yang kelam , ia sendiri seorang duda tanpa anak . Hubungan mereka pun berlanjut ke pernikahan dan pria itu memboyong Ayux ke negaranya . Demikian pula Rahman yang kini telah sukses , ia sudah menikah empat tahun yang lalu dan memiliki seorang putri berusia tiga tahun . Mereka berbagi cerita sambil tertawa-tawa , sesekali Ayux memperingatkan anaknya yang asyik dengan mainannya agar tidak jauh-jauh darinya .


" Akhirnya , hari ini saya benar-benar lega " kata Rahman ,


" rasa penasaran selama ini selesai sudah dan kamu menemukan kebahagiaan kamu , seperti yang dulu kita obrolin di taksi , ingat ? "


" Ya . . .doa saya agar Abang mendapat jodoh yang baik pun sudah terjawab . Tuhan memang kadang terlalu baik pada umatnya Bang , saya tidak pernah bermimpi wanita seperti saya akhirnya bisa menjadi ibu dan istri seperti sekarang ini , bagi wanita seperti saya , ini lebih dari yang saya harapkan " mata Ayux nampak berkaca-kaca , nampaknya ia antara sedih dan gembira membandingkan dirinya dulu dan sekarang .


" Satu misteri kehidupan yang saya akhirnya singkap hari ini , kadang memang ada dua orang saling mencintai tapi tidak ditakdirkan untuk bersatu , seperti ada jurang yang dalam yang memisahkan mereka , namun pada akhirnya mereka akan menemukan kebahagiaannya di jalannya masing-masing dan bersama pasangannya yang lain yang berada di satu tebing dengan mereka " Rahman berfilsafat .


" . . . . .dan kebahagiaan mereka pun bertambah ketika melihat cinta lamanya di seberang jurang itu akhirnya berbahagia walau bersama orang lain " Ayux menyambung lalu mereka hening , saling tatap selama kira-kira sepuluh detik sementara Michael asyik membuka tutup pintu mobil-mobilannya .


" Ahahha . . .abang ambil kuliah filsafat ya setelah saya pergi ? " Ayux tiba-tiba tertawa renyah sambil menangkap mobil-mobilan yang diluncurkan anaknya padanya di meja .


" Hehe . . .sopir taksi kaya saya umur waktu itu udah kepala tiga mana sempat kuliah lagi , filsafat itu kadang keluar dari pengalaman hidup kita kok Lin , kan para filsuf sama nabi juga mendapatkannya dari pengalaman hidup dan lingkungan mereka dulu , cuma mereka lebih pandai merenungkan dan mengutarakan pada orang banyak "


" Tuh . . .kan berfilsafat lagi . . .hihihi . . . . ! " mereka saling tertawa lepas , lega setelah beban di hati masing-masing akhirnya terangkat .


Tiba-tiba BB Ayux berbunyi dan ia permisi untuk mengangkatnya .


" Ok baby . . .we’ll meet you soon ! " kata Ayux lalu menuntup pembicaraan


" Papanya . . .udah nunggu di depan ngejemput ! " kata Ayux , " Oke Bang . . .kita sudah harus berpisah lagi , tapi kali ini perpisahan yang melegakan , ya kan ? " wanita itu lalu bangkit dan berpamitan pada Rahman , " Michael , say goodbye to uncle ! " katanya pada buah hatinya .


" Eeeii . . .Ma . . .udah selesai salonnya ? " Rahman tiba-tiba melambai ke arah belakang Ayux pada seorang wanita lain yang menghampiri mereka , " ini istri saya , Anita ! " ia memperkenalkan wanita itu pada Ayux , " Ini Ayux . . .langganan taksi dulu waktu narik hehehe . . . . "


" Ya udahlah , rapiin rambut aja ngapain pake lama ? " jawab wanita itu lalu beralih menyapa Ayux dan anaknya , " Hai . . . . "


Anita dengan senyum ramah menjabat tangan Ayux dan juga membelai anak itu , gemas akan wajah indo-nya yang imut-imut . Secara fisik memang Anita kalah dibanding Ayux , kulitnya tidak terlalu putih dan agak gemuk , apalagi kini sedang hamil empat bulan . Namun , wanita inilah yang banyak membantu Rahman mencapai sukses , ia adalah pedagang kecil di pasar yang adalah tetangga di dekat kontrakan Rahman . Seorang wanita yang rajin dan ulet , sudah terbiasa kerja keras membantu perekonomian keluarga dengan berjualan kue di rumahnya dan secara online , belakangan ia mulai membuat kuenya sendiri . Anita dan keluarganya juga cocok dengan Rahman yang jujur dan pekerja keras , hubungan mereka semakin dalam terutama setelah Rahman berpisah dari Ayux dulu hingga akhirnya mereka menikah dan mempunyai anak . Dari seluruh keuntungan usaha jualan kue keringnya lah Anita membantu Rahman mendirikan usahanya sendiri hingga akhirnya sukses setelah melalui jalan yang cukup terjal dan berliku . Mereka pun akhirnya berpisah setelah ngobrol basa-basi sebentar .


" Ayo Pa , kalau telat , nanti kasian Lina nunggu sendirian di sekolah , udah mau jamnya nih ! " kata Anita mengajak suaminya untuk segera meninggalkan mall itu .


" Oke Ma , yukk ! ! " Rahman menggandeng tangan istrinya dan mempercepat langkah .


" Omong-omong Papa punya langganan cantik juga ya . . .pantes Papa betah lama-lama jadi sopir taksi dulu hehehe " canda Anita sambil tetap berjalan .


Rahman hanya tertawa nyengir , hatinya tenang kini , ia dan Ayux telah menemukan kebahagiaannya masing-masing . Segala sesuatu memang ada waktunya masing-masing , manusia hanya perlu berusaha sebaik-baiknya , kelak karma dan darma akan datang pada saatnya kelak