Tampilkan postingan dengan label cerita sex. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerita sex. Tampilkan semua postingan

Jumat, 13 September 2013

Cerita Sex Ngentot Memek Gadis Panggilan yang hot dan pinter banget ngesex



Kehidupan di dunia memang berjalan seperti nasehat Sang Budha di atas . Setidaknya itulah romantika kehidupan yang dialami kedua tokoh dalam cerita kita kali ini . Tokoh yang pertama adalah Rahman , seorang sopir taksi berusia 31 tahun yang melewatkan hari demi hari kehidupannya dengan beragam nuansa: terkadang sangat melodramatis , romantis , sentimentil , bahkan lucu .


Selama bekerja sebagai sopir taksi di ibukota selama beberapa tahun Rahman telah banyak menemui kejadian yang menegaskan fenomena itu . Suatu ketika , ia mengembalikan dompet seorang ibu yang ketinggalan di taksinya .Sesungguhnya , ia tidak mengharapkan keuntungan apa-apa dari situ , sebab baginya kejujuran dan kepolosan sudah menjadi bagian integral dari jiwa , tubuh dan segenap aktifitas kesehariannya . Kalau pun kemudian , si ibu dengan ekspresi wajah lega dan ucapan terima kasih tak terhingga , lalu memberikan uang sebagai penghargaan atas ' jasa ' nya , dan kemudian dengan halus si sopir itu menolaknya , itu semata-mata karena apa yang telah ia lakukan sudah menjadi tugasnya . Komitmen Rahman untuk menjunjung tinggi ' harkat ke-supir taksi-an ' saya , tak lebih . Pada kesempatan lain , ia menolong seorang korban kecelakaan lalu lintas di depan kampus sebuah perguruan tinggi . Ia segera membawanya ke unit gawat darurat rumah sakit terdekat , dengan tidak memperhitungkan lagi berapa tarif taksi yang dapat diperolehnya bila ia tetap mengabaikan kejadian itu . Semua terasa seperti tindakan ' bawah sadar ' yang telah terbentuk sedemikian rupa selama bertahun-tahun , sejak ayahnya yang telah almarhum menanamkan nilai-nilai kearifan tradisional dalam diri Rahman .


Hari itu Rahman kembali menjalani rutinitasnya seperti biasa . Untuk yang satu ini memang bukan rutinitas yang lazim , karena setiap petang tiba , ia menjemput Ayux (25 tahun) , tokoh sentral berikutnya , yang adalah seorang wanita panggilan ' kelas atas’ yang tinggal di sebuah rumah mewah di sebuah kompleks pemukiman real estate , untuk kemudian membawanya ke suatu tempat , di mana saja , yang telah disepakati sebelumnya oleh pelanggan setianya itu . Ayux sudah menyewa taksi Rahman selama enam bulan . Jadi pada jam-jam tertentu–biasanya petang hari–Rahman menjemputnya di rumah tersebut , membawanya ke tempat yang senantiasa berbeda-beda tergantung mana yang ditunjuk wanita itu , lantas mengantarnya kembali pulang setelah ' bisnis ' -nya usai pada jam-jam tertentu pula . Ayux membayar cukup mahal untuk tugas tersebut dan Rahman menerima itu sebagai bagian tak terpisahkan dari harkat ' ke-supir taksi-an ' nya . Ia tidak menganggap itu sebagai kerja yang hina lantaran menerima bayaran dari hasil desah dan keringat maksiat Ayux . Ini bagian dari tugas , demikian ia mencari alasan pembenarannya . Rahman selalu menganggap persetan dengan semua anggapan sinis tentang dirinya . Baginya , ia tetap memiliki hak untuk menentukan sikap dan melakukan apa yang terbaik bagi dirinya sendiri . Prinsip sederhana memang tapi logis . Sudah empat bulan lamanya Rahman melakukan ' tugas rutin ' itu . Ia sudah berusaha menghilangkan beban psikologis apa pun termasuk perasaan cinta . Terus terang sebagai seorang pria , Rahman memang tidak dapat mengingkari kata hati bahwa Ayux memang cantik dan diam-diam ia telah jatuh cinta pada pandangan pertama . Dengan rambut sebahu , wajah oval proporsional , hidung bangir , kulit putih dan postur tubuh ramping semampai , Ayux tampil mempesona mata setiap pria yang melihatnya , termasuk dirinya . Sebagai lelaki bujangan dan normal , Rahman tidak dapat menepis getar-getar aneh saat wangi parfum Ayux yang khas menyerbu hidung ketika ia masuk ke taksinya . Tapi ia berusaha menekan perasaan itu sekuat-kuatnya .


Terlebih , ketika muncul rasa cemburu , saat Ayux terlihat digandeng oom-oom kaya yang lebih pantas menjadi ayahnya . Rahman seyogyanya harus menempatkan diri pada posisi yang benar: ia adalah pelanggan dan saya hanya supir taksi . Maka ia mematuhi ' rambu-rambu ' itu secara konsisten . Terlebih secara fisik dan finansial ia kalah jauh dibanding Ayux , mana mungkin wanita gedongan dan sudah terbiasa menikmati kemewahan seperti Ayux mau dengan sopir taksi miskin dengan tampang ndeso seperti dirinya , bukankah itu bagaikan pungguk merindukan bulan ? Rahman cukup tahu diri mengenai hal ini . Percakapan mereka pun , baik ketika pergi maupun pulang , biasa-biasa saja . Tak ada yang istimewa , bahkan nyaris bersifat rutin . Rahman berusaha menjaga jarak dengan Ayux agar tidak terlibat lebih jauh ke masalah yang sifatnya terlalu pribadi . Namun belakangan ini sudah ada sedikit ' peningkatan kualitas pembicaraan ' . Tidak hanya sekedar , ' Mau ke mana ? ' atau ' Jam berapa mau dijemput ? ' , dan sebagainya . Ayux mulai menanyakan latar belakang pribadi sang sopir langganannya itu hingga menanyakan ada berapa jumlah penumpang di taksinya untuk hari ini . Tentu Rahman pun ada rasa gembira pada perkembangan menarik ini . Mulanya sang sopir agak rikuh tapi perlahan ia mulai dapat menyesuaikan diri dan menjadi pembicara atau pun pendengar yang baik .


Ayux


Seiring berjalannya waktu , hubungan emosional mereka pun berlangsung hangat . Ayux mulai tak canggung-canggung mengungkap riwayat hidupnya pada si sopir . Ia ternyata produk keluarga broken home . Ayah dan ibunya bercerai ,ibunya kabur bersama pria lain sehingga ia ikut ayahnya yang pemabuk dan tukang main pukul . Ia tidak tahan dan prihatin dengan kondisi seperti itu sehingga memutuskan untuk minggat dari rumahnya dan mengadu nasib ke ibukota . Kuliahnya pun tidak selesai . Awalnya ia tinggal di rumah seorang famili jauhnya dan mulai mencari pekerjaan agar dapat mandiri .


" Saya harus terus hidup dan berjuang " , kata Ayux menetapkan hati .


Bermodalkan kecantikan dan keindahan tubuhnya , ia menjadi SPG lalu tak lama mulai memasuki dunia model . Foto-foto dirinya pernah menghiasi majalah fashion , lifestyle hingga majalah pria dewasa . Selain itu ia juga mendapat peran kecil dalam beberapa sinetron lokal . Namun , tanpa disadarinya , perlahan namun pasti ia terjerumus ke lembah nista . Kehidupan malam dan hingar bingar pesta , sepertinya memberikan keleluasaan baru dan ia bagai memperoleh jati diri di sana . Sejak itu Ayux pun dikenal sebagai model plus-plus , ia menjadi primadona di kalangan atas . Hampir semua klien-nya siap melakukan apa pun untuk berkencan dengannya . Belakangan , ia kemudian menjadi ‘simpanan ' seorang direktur sebuah bank swasta ternama di negeri ini , dengan tip dan bayaran yang sangat besar plus rumah mewah komplit segala isinya . Sang Direktur hanya datang pada waktu-waktu tertentu saja untuk menemui Ayux . Meskipun begitu , profesinya tak juga ditinggalkan , selain menjadi model ia menjadi wanita panggilan kelas atas .


" Saya menyukai pekerjaan ini , " katanya suatu ketika , suaranya terdengar serak dan terkesan dipaksakan .


Rahman melirik melalui kaca spion , wanita cantik itu duduk santai di belakang , menyelonjorkan kaki dan menyalakan rokok . Rahman tersenyum dan kembali mengalihkan pandangan ke depan . Ayux tak menjelaskan lebih jauh pernyataan yang telah dikeluarkan . Hanya kepalanya terangguk-angguk pelan menikmati lagu melankolis ' When A Man Loves A Woman ' -nya Michael Bolton yang mengalun dari radio di tape mobil Rahman .


" Omong-omong . . .Abang sudah punya pacar atau udah berkeluarga ? " tanyanya tiba-tiba .


Kontan Rahman gelagapan dan agak kehilangan konsentrasi mengemudi .


" Saya sih udah cerai Mbak " ia menjawab tersipu , " ya waktu masih di kampung dulu sampai sekarang yah ginilah , masih sendiri "


Sebuah jawaban yang jujur terlontar dari mulut si sopir itu . Ayux terkekeh . Ia menghirup rokoknya dalam-dalam . Rimbun asapnya mengepul-ngepul , memenuhi kabin taksi . Rahman menelan ludah .


" Kalau Mbak Ayux sendiri bagaimana ? " ia balik bertanya .


" Abang tahu sendiri , kan ? Banyak . Banyak sekali , " sahut Ayux , suaranya terdengar hambar , kedengarannya ia seperti melontarkan sebuah lelucon atau apologi ? entahlah


" Banyak memang . Tapi hampa , " Rahman menanggapi dengan getir .


Untuk beberapa saat Ayux terdiam . Ia mematikan rokoknya , lalu merenung . . .lama . Hanya deru mesin mobil dan getar alat air conditioner taksi terdengar . Lalu lintas di larut malam itu memang telah sepi . Sebagian lampu jalan telah dipadamkan . Rahman tiba-tiba menyadari kecerobohan dan kelancanganya , maklum sebagai orang kampung ia terbiasa bicara ceplas-ceplos apa adanya .


" Eh . . .maaf ya Mba ,apa saya . . . . "


" Nggak apa-apa Bang . Itu emang benar , mereka hampa , cuma punya tubuh dan nafsu , bukan jiwa dan cinta , " Ayux bertutur dengan lirih .


Rahman menghela nafas panjang , ia merasa dadanya sesak , simpati pada nasib wanita secantik Ayux harus bernasib demikian .


" Hidup menawarkan banyak pilihan , Mbak . "


" Tapi saya tak punya pilihan ! " sangkal Ayux dengan nada suaranya meninggi .


" Kearifan menyikapi dengan landasan moral , itu kunci untuk memilih . Kita memang tak akan pernah tahu apakah pilihan hidup kita sudah tepat . Tapi setidaknya , kita mesti punya pegangan yang kokoh untuk menentukan ke mana kita mesti melangkah , " Rahman berkata lembut berusaha menghiburnya .


Terdengar nafas berat Ayux di belakang . Suasana terkesan kering dan kaku .Keduanya tak bercakap-cakap lagi hingga taksi Rahman tiba di gerbang depan rumah yang dituju .


Ayux hanya mengucapkan ' Selamat malam . Sampai jumpa besok sore ' .


Rahman pun pulang ke rumah kontrakannya dengan rasa bersalah yang bertumpuk , sepertinya ia telah menyinggung wanita itu dengan omongannya . Ketika selesai tugas malam itu , ia menemukan sebuah lipstick di lantai belakang taksinya .


Keesokan harinya


Hari itu adalah hari terakhir kontrak sewa Rahman dengan Ayux . Ia menjalani rutinitas ekstranya seperti biasa , ia menjemput Ayux pada waktu dan tempat yang sama .


" Maaf , apa ini punya Mbak ? Kemarin saya nemuin di belakang " kata Rahman sambil menunjukkan lipstick yang dipungutnya kemarin


" Ohh . . .iya benar , makasih ya Bang , sepertinya jatuh waktu saya ngambil rokok kemarin " Ayux tersenyum berterima kasih seraya mengambil lipstick itu .


Kekakuan komunikasi akibat ' insiden ' semalam berangsur-angsur lenyap . Rahman pun berusaha untuk lebih hati-hati berkata-kata agar menjaga perasaan Ayux .


" Apa Mbak tidak bosan dengan rutinitas seperti ini ? " ia membuka percakapan ,


" Apa Abang punya ide yang baik ? " wanita cantik itu balas bertanya .


" Yah . . . misalnya rutinitas yang baru . Kawin dengan lelaki yang mampu memberi nafkah cukup lahir batin–tidak sekedar limpahan materi yang semu belaka , hidup bahagia , punya anak dan menikmati kehidupan , " Rahman mengucapkan kalimat tersebut sesantai mungkin tanpa beban , ia ingin mendengar pendapat Ayux mengenai hal ini .


Sejenak Ayux terdiam . Rahman kembali melirik ke belakang lewat kaca spion mobil . Wanita itu terlihat sangat cantik dengan make up tipisnya , parasnya yang memukau seperti bercahaya , dibanding para pelacur warung remang-remang atau pinggir jalan tentu ibarat bumi dan langit . Ia melepas pandang ke luar melalui kaca jendela taksi yang buram , sepertinya memikirkan sesuatu .


" Itu angan-angan yang terlalu ideal , Bang , " jawabnya pada akhirnya .


" Jangan melihat ini sebagai sesuatu yang naif , Mbak . Saya rasa pendapat saya cukup realistis . Gak mengada-ada . Setiap orang , baik lelaki maupun wanita , pasti pernah berpikir mengenai hal itu: Kebahagiaan hidup berkeluarga . Semuanya akan kembali pada prinsip dan keinginan orang yang bersangkutan , sepanjang ia sadar dan yakin hal itu bakal memberikan ketenteraman bagi jiwanya , hatinya dan segenap aktifitas kesehariannya , " Rahman mencoba berargumen .


" Kita punya takaran penilaian yang berbeda Bang . Tak akan bisa bertemu . Jangan terlalu banyak bermimpi . Kita hidup berada dalam kemungkinan-kemungkinan . Apa yang bakal terjadi kemudian , kita gak bisa menebak . Dan itu sering tidak persis sama seperti yang kita bayangkan , " ujar Ayux lirih dengan bibir bergetar .


Rahman menarik nafas , putus asa .


" Apakah Mbak menganggap bahwa lakon hidup yang Mbak lakukan selama ini sama persis seperti yang Mbak bayangkan sebelumnya ? "


" Memang gak sama Bang . Bahkan sangat jauh berbeda . Saya gak pernah mengimpikan menjalani kehidupan seperti ini . Tapi , bukankah ini bagian dari kemungkinan-kemungkinan hidup ? Gak berarti saya mengatakan bahwa saya menolak kehidupan berkeluarga . Saya bukan orang yang munafik lah , terus terang dalam hati saya tetap mendaMbakan seorang suami yang dapat menyayangi dan memanjakan saya serta anak sebagai tambatan hati . Namun , kalau saya telah menemukan ketenangan pada profesi yang saya lakoni saat ini , bagi saya bukanlah suatu pilihan yang keliru . Setiap orang memiliki cara masing-masing untuk memaknai hidupnya . "


" Apa Mbak merasa bahagia dengan memaknai hidup dengan jalan ini ? "


" Saya gak bisa menjawabnya Bang . Abang gak akan pernah tahu ukuran dan nilai kebahagiaan bagi saya seperti apa . Begitu pula sebaliknya . Kita punya ' nilai rasa ' yang berbeda dalam menakar kebahagiaan , " Ayux bertutur pelan dengan tidak mengalihkan pandangan ke arah luar taksi .


Rahman terdiam , ia tak bisa berkata apa-apa lagi . Ia sadar , wanita itu cukup konsisten memegang prinsipnya . Mendadak , kesedihan merambah dalam hati sopir taksi itu . Hari ini adalah hari terakhirnya bersama Ayux . Besok , Ayux akan berangkat berlibur ke Singapura dan Australia mendampingi sang direktur selama sebulan . Ia tidak tahu apakah Ayux akan menyewa ' jasa ' nya lagi kelak atau mungkinkah mereka bisa bertemu lagi kelak . Baginya itu tidak penting . Kebersamaan dengan wanita penghibur kelas atas itu selama ini , tanpa sadar membangkitkan rasa cinta dan keinginan melindungi dalam hatinya . Wanita itu bukan hanya sekedar langganan , namun telah menjadi teman baginya . Melalui kaca spion mobil , ia melirik Ayux . Ia begitu cantik , sangat cantik , mengapa bunga yang begitu indah harus terhanyut dalam kubangan kotor ? Rahman membatin sekaligus nelangsa . Tak lama kemudian , mereka telah sampai ke tujuan . Rahman segera mematikan mesin mobil dan pikirannya galau sepanjang menanti panggilan dari Ayux untuk mengantarnya pulang , tak terasa lima puntung rokok telah habis sampai kotak rokoknya kosong . Hujan deras mengguyur ibukota di tengah perjalanan pulang mengantarkan wanita itu . Setibanya di rumah Ayux , Rahman turun dan mengeluarkan pAyuxng sebelum membuka pintu belakang dan memAyuxngi wanita itu hingga ke gerbang .


" Bang , masuk dulu aja , minum dulu sambil tunggu hujan reda ! " tawar Ayux setelah membuka gembok .


" Tapi Mbak . . . "


" Sudahlah Bang , masuk saja , hujannya terlalu deras , mana ada yang numpang saat-saat gini ? " Ayux malah menarik lengan Rahman memasuki pekarangan rumahnya .


Rahman tidak bisa menolak lagi ajakan wanita itu , malah hati kecilnya merasa girang . Mereka berlari kecil ke pintu . Ayux membuka pintu dan mempersilakan sopir taksi itu masuk . Rahman langsung merasakan kehangatan begitu memasuki rumah itu . Ayux memang pandai menata interior ruangan sehingga kelihatan menarik dan nyaman . Dekorasi ruangan tamunya bertema oriental , beberapa buah patung menghiasi berbagai sudut . Rahman terbengong-bengong memandangi sekitar ruangan itu , entah perlu gaji berapa puluh tahun baru bisa membeli rumah seperti ini .


" Duduk Bang ! " Ayux mempersilakannya duduk di sofa " mau minum apa nih ? Teh ? Kopi ? Juice ? " tawarnya sambil ke mini bar dekat situ .


" Kopi panas aja Mbak , makasih ya ! " jawab Rahman sambil menjatuhkan diri di sofa .


Ada beberapa majalah dan surat kabar di bawah meja ruang tamu . Rahman pun membuka-buka sebuah majalah sambil menunggu Ayux membuatkan minum . Di sebuah sudut ruangan nampak sebuah koper besar dan sebuah yang kecil , Ayux memang telah selesai mengepak barang-barang yang akan dibawa sehingga besok tinggal diangkut ke mobil .


" Silakan Bang , diminum dulu kopinya " tiba-tiba Ayux sudah berada di depannya dan meletakkan segelas kopi yang masih mengepul atas meja di depanku .


Badannya agak membungkuk , sehingga sopir taksi itu bisa melihat sekelebatan tonjolan dua toketnya yang kencang dan dibalut bra hitam lewat gaun terusannya yang longgar . Sejenak dadanya berdesir dan ia merasa celananya tiba-tiba menjadi sempit .


" Makasih ya Mbak ! "


Ayux kemudian duduk di sebelahnya cukup dekat untuk ukuran seorang sopir taksi dan penumpangnya . Keduanya mulai mengobrol dan bercerita tentang apa saja , juga saling bertukar lelucon dan mereka tertawa lepas .


" Ini hari terakhir kita bertemu Bang ! Besok saya pergi . . .makasih ya bantuannya selama ini " kata Ayux berkata sambil menghela nafas .


Hingga suatu saat , Rahman memberanikan diri dengan dada berdebar keras memegang jemari tangan wanita itu , ia ingin memberinya penghiburan sebelum pergi jauh dalam waktu relatif lama . Ayux agak tertegun , tapi tidak menolak .


" Mbak . . .jaga diri di sana ya " kata Rahman singkat .


Ayux tersenyum , " Ya . . .makasih , Abang juga , semoga dapat jodoh yang baik " balasnya .


Tiba-tiba Ayux melepaskan tangan sopir taksi itu lalu berdiri kemudian menuju kamarnya .


" Tunggu bentar ya Bang ! " katanya sambil tersenyum penuh arti , ia lalu mengambil remote TV di meja ruang tamu dan menyalakan TV di depan mereka , " nonton aja dulu ya sambil nunggu ! " lalu ia masuk ke kamarnya .


Di ruang tamu , Rahman mendengar sayup-sayup suara air yang mengucur deras dari dalam kamar itu . Rupanya di dalam ada kamar mandi dalam . Tak lama kemudian , Ayux keluar dari kamarnya , kini ia sudah memakai kimono sutra berwarna biru . Sungguh cantik dan menggairahkan ia dalam balutan pakaian tersebut , belahan pahanya memperlihatkan pahanya yang indah .


" Ayo sini Bang ! " ajak Ayux sambil menggandeng tangan Rahman .


" Tapi Mbak . . .mau apa ? " Rahman gugup dengan ajakan wanita tersebut .


Ia menurut saja walau merasa canggung karena baru pernah seorang wanita mengajaknya masuk ke kamarnya seperti ini .


" Eeennggg . . . .kamarnya bagus ya Mbak ! " pujinya sambil menutup kegugupan , " kita mau apa Mbak ? "


Ayux hanya menjawab terima kasih , dia terus menuntun Rahman hingga memasuki kamar mandinya . Di dalam kamar mandi , ia melihat air kran masih mengucur deras hampir memenuhi separuh dari bathtub . Wangi harum dari bubble bath segera memenuhi paru-paru pria itu .


" Bang . . .makasih ya atas bantuannya selama ini " kata Ayux lalu tiba-tiba merangkul sambil mendorong Rahman ke belakang sehingga tubuh pria itu terhimpit ke tembok , tangannya lalu meraba sekujur tubuh sopir itu , " abang orang baik , tulus , jarang saya temui orang seperti abang jaman sekarang ini , apalagi di dunia saya "


" Eeee . . .apaan nih Mbak ? " Rahman mencoba menghindar antara mau dan tidak .


" Anggap ini hadiah perpisahan dari saya Bang . . .sekaligus terima kasih untuk mengembalikan lipstik saya itu " habis berkata Ayux lalu mencium Rahman dengan bernafsu sekali sambil tangannya meremas-remas selangkangan pria itu .


Iman Rahman pun dengan cepat runtuh . Ia pun membalasa mencium dan memagut bibir indah Ayux sambil tangannya meremas lembut pantatnya . Ayux mulai melepaskan satu persatu kancing seragam sopir Rahman . Belaian tangan lembut wanita itu pada dadanya sungguh membangkitkan gairah si sopir taksi , kelelakiannya terasa makin keras sehingga celana panjangnya terasa semakin sesak . Tangannya agak gemetar dan mulai berani meraba dan meremas lembut toket Ayux . Wanita itu melenguh dan semakin ganas dengan permainan " french kiss " nya . Sebentar saja seragam sopir itu sudah lepas dan jatuh ke lantai . Ayux melanjutkan dengan membuka celana panjang pria itu . Rahman pun mulai melepaskan tali pinggang yang membalut kimono Ayux . toketnya yang sudah membusung dengan putingnya yang tegak telah membayang di balik kimononya , terlihat jelas ia sudah tidak memakai bra lagi .


Ayux meraba dan meremas lembut batang kemaluan Rahman yang masih dibalut CDnya . Dia memainkan jemarinya dan mulai merogoh masuk CD itu , menjemput batang kelelakian si sopir taksi . Dengan sekali tarik , terbukalah kimono Ayux , wanita itu lalu meloloskan tangannya sehingga kimono itu segera jatuh ke lantai . Betapa indah tubuh di baliknya yang sudah tidak memakai apa-apa lagi , kulitnya putih mulus dan begitu terawat . memeknya ditumbuhi bulu-bulu yang halus dan dicukur rapi , tidak terlalu lebat , tapi juga tidak terlalu tipis . Celah kewanitaannya membayang di balik bulu-bulu tersebut . Telanjang sudah wanita cantik itu di depan Rahman yang selama ini mengisi fantasinya . toketnya yang ranum dengan putingnya yang berwarna kemerahan telah menegang seolah menantang untuk mengulumnya . Perlahan , Rahman mulai menyusuri toketnya yang sebelah kiri dengan lidahnya . Ia memainkan lidahnya hingga ke putingnya . Ayux pun mendesis saat lidah pria itu menyentil dan mengitari putingnya , sementara tangan kiri pria itu meremas lembut dan memainkan toket dan putingnya yang kanan . Ayux mendesah nikmat . Tangannya merenggut CD Rahman dan menurunkannya dengan cepat hingga terlepas ke lantai . Dengan ganas ia memainkan dan mengocok batang kelelakian yang telah ereksi maksimal itu .


" Yuk . . .kita sambil berendam aja ! " Ayux " menuntun " kontol Rahman menuju bathtub .


Rahman hanya bisa pasrah tidak bisa berkata-kata menikmati pelayanan Ayux . Ia merebahkan diri ke dalam bathtub dan Ayux dengan perlahan mengocok dan mengurut kontolnya di antara busa-busa sabun dan air hangat . Wanita duduk di antara dua kakinya sambil masih terus mengurut dan mengocok kontolku . Rahman memejamkan mata menikmati setiap sensasi yang menjalari sekujur tubuhnya . Rasa geli yang nikmat ia rasakan setiap gerakan lembut tangan Ayux beraksi naik turun .


" Eeemmmhhh . . .enak Mbak . . . ! " erang Rahman .


Entah berapa lama ia menikmati permainan tangan Ayux . Lalu ia menarik bahu wanita itu dan membalikkan badannya ke arah badannya . Dipeluknya Ayux dari belakang . Kini gilirannya untuk memberikan kenikmatan buat wanita itu . Tangannya memainkan toketnya dengan jalan meremas , meraba dan memilin-milin lembut dengan tangan kanannya . Sementara tangan kirinya juga tidak tinggal diam , memainkan paha , lipat paha dan daerah gerbang kewanitaan Ayux . Ayux mengerang , mendesis dan melenguh . Hidung dan lidah Rahman menciumi dan menjilati daerah di belakang daun telinga Ayux dan sekitar tengkuknya . Jari-jari kasarnya memilin dan memencet-mencet lembut klitoris dan labia mayora wanita itu .


" Oohhhhhh . . . .Bang , enak Bang . . .terushhh . . .saya milikmu malam ini ! " desah Ayux


Rahman sedang menciumi leher Ayux , tangannya meremas lembut toket montok itu . Ayux yang sudah sangat berpengalaman dalam hal ini , tak mau kalah . Ia mengocok pelan kontol Rahman . Sopir bertampang ndeso itu pun semakin buas karena terangsang , ia memutar wajah wanita itu ke belakang lantas bibir mereka bertemu , saling pagut , saling gigit , lidah keduanya berbelitan dan air ludah mereka bercampur


Akhirnya setelah seperempat jam , mereka pun menyudahi pemanasan yang penuh gairah itu karena kulit mereka mulai keriput disebabkan oleh terlalu lamanya kami berendam dalam air bubble bath . Ayux menciumi wajah ndeso itu dengan penuh kelembutan dan akhirnya keduanya melakukan " french kiss " lagi dengan posisi saling mendekap . Setelah puas melakukan " french kiss " , Ayux berdiri dan memutar kran shower untuk membilas tubuh mereka . Di bawah derai siraman air shower , keduanya kembali berpelukan dan melakukan " french kiss " lagi . Saling meraba , saling mengelus dan menyusuri tubuh pasangan masing-masing .


Rupanya Ayux sudah birahi tinggi . Ia menaikkan satu kakinya ke pinggir bathtub dan menuntun kontol Rahman ke arah gerbang kewanitaannya .


" Saya udah kepengen banget Bang , ayo setubuhi saya . . .buat saya menggelepar keenakan ! " pintanya .


Rahman membantunya sambil tangan kirinya memilin-milin puting toket kanannya . Ia menggeser-geserkan ujung kepala memeknya pada klitorisnya . Perlahan , ia mendorong masuk kontolnya ke dalam liang memek Ayux . Pelan . . lembut . . perlahan . . sambil terus mengulum bibir merahnya . Ayux mendekap si sopir taksi sambil mendesis di sela-sela ciuman mereka . Akhirnya amblaslah kira-kira tiga per empat dari panjang kemaluan Rahman , dan mulai maju-mundur menggenjot vagina wanita itu . Ayux memejamkan matanya sambil terus mendesis dan melenguh . Ia memeluk pria itu semakin kencang . Rahman mengayunkan pantatnya semakin cepat dengan tusukan-tusukan dalam yang ia kombinasikan dengan tusukan-tusukan dangkal . Ayux membantu dengan putaran pinggulnya , membuat batang kemaluan Rahman seperti disedot dan diputar oleh liang memeknya . Guyuran air shower menambah erotis suasana dan nikmatnya sensasi yang mereka alami .
Rahman merasakan lubang memek Ayux semakin licin dan semakin mudah baginya untuk melakukan tusukan-tusukan kenikmatan yang mereka rasakan bersama . Setelah agak lama melakukan posisi ini , Ayux menarik pantatnya sehingga batang kemaluan pria itu terlepas dari lubang memeknya . Kemudian ia membalikkan badannya dan agak membungkuk , menahan tubuhnya dengan berpegangan pada dinding kamar mandi . Rupanya dia ingin merasakan posisi " rear entry " atau yang lebih populer dengan istilah " doggy style " . memeknya yang berwarna merah jambu sudah membuka , menantang , dan terlihat licin basah . Perlahan Rahman memasukkan batang kontolnya yang tegang kaku dan keras ke dalam lubang memek Ayux .


" Aaaahh . . . .yahhh ! " desis Ayux dengan tubuh mengejang .


Rahman mulai mengayunkan pantatnya maju-mundur , menusuk-nusuk lubang memek Ayux . Ayux merapatkan kedua kakinya sehingga batang kemaluan pria itu semakin terjepit di dalam liang memeknya . Rahman merasakan kenikmatan yang luar biasa dan sensasi yang sukar dilukiskan dengan kata-kata setiap kali ia menghujamkan memeknya . Tangannya meremas-remas pantat Ayux bergantian dengan remasan-remasan pada toketnya . Sesekali , ia menggigit-gigit kecil di daerah sekitar tengkuk dan pundak wanita itu .


Setelah cukup lama bergumul dalam posisi doggie , tiba-tiba Ayux meminta berhenti lalu membalik badannya dari posisi " rear entry " ke posisi berhadapan .


" Nikmati aku sepuas-puasnya malam ini Bang , mungkin ini pertama dan terakhir kalinya buat kita ! " katanya dengan nafas tersenggal-senggal .


Habis berkata Ayux langsung mencium Rahman dengan ganasnya sambil mencengkeram erat punggung pria itu , merapatkan tubuhnya dan meraih kontolnya yang masih menegang . Rahman mengangkat kaki kiri wanita itu dan mengarahkan kontolnya ke liang memeknya . Dengan sekali dorong kontol itu pun kembali memasuki liang kewanitaan Ayux yang sudah sangat berlendir itu . Setelah kontolnya masuk , Rahman pun menyentak-nyentaik batang kontolnya lagi , semakin keras , semakin cepat dan bertenaga . Keduanya semakin lepas kontrol , erangan mereka sahut-menyahut berpadu dengan suara shower akibat dilanda nikmat yang luar biasa .


" Aaaarrgghh… .entot memekku , Bang… , yah…gituuuuuhh…yang keras , yang keras… .oohhhh , kontol Abang enak bangettthhh ! " ceracau Ayux tidak karuan


Rahman pun jadi merasa sangat perkasa dan semakin bergairah karena merasa berhasil membuat wanita itu keenakan . Maka ia semakin kuat menyodoki batang kontolnya di dalam vagina Ayux . Seiring dengan semakin kuatnya rintihan dan erangannya . Ayux merasakan klimaksnya sudah sangat dekat .


" Saya keluaarr Bang . . ! Aaagghh . . ! " serunya sambil memeluk Rahman erat-erat .


Ayux merasakan liang memeknya berdenyut-denyut seperti menghisap-hisap kemaluan Rahman . Pria itu juga merasakan tubuh Ayux yang menjadi lemas setelah mengalami wanita orgasme . Namun ia masih saja memompa memeknya sambil menyangga tubuhnya . Mulutnya menghisap-hisap puting toketnya , kiri-kanan sambil lidahnya berputar-putar pada ujungnya . Sesekali jari-jariku meraba dan memutar-mutar klitorisnya . Ayux seperti orang yang sedang tak sadarkan diri . Dia hanya ber-ah-uh saja sambil sesekali menciumi bibir tebal Rahman . Setelah beberapa saat , mendadak dia mengejang lagi , melenguh dan mengerang ,


" Aaagghh . . ! Ooohh Bang . . .saya keluaarr lagii . . ! "


Ayux engalami orgasmenya yang kedua kalinya atau istilahnya multiple orgasm . Ayux menciumi pria itu dengan ganasnya sebagai ekspresi kenikmatan orgasme yang diraihnya .


" Mbak . .tahan yah . . saya juga mau keluar sedikit lagi . . " kata Rahman sambil memacu pantatnya lebih cepat lagi menghujam liang memek Ayux .


Ayux hanya bisa pasrah . Akhirnya , Rahman pun merasakan sebuah gelombang besar yang mencari jalan keluar . Ia mencoba untuk menahannya selama mungkin , tapi gelombang itu semakin besar dan semakin kuat , maka ia mengatur pernapasan , berkonsentrasi penuh . Tangannya yang kokoh mendekap erat tubuh Ayux .


" Aaahhh . . .saya keluar Mbaaakkk ! " erangnya melepas orgasme


Rahman merasakan kenikmatan yang luar biasa menjalari sekujur tubuhnya . Ada rasa hangat menyelubungi tubuhku . memeknya berdenyut-denyut di dalam liang memek Ayux . Perasaan yang baru pernah dirasakannya seumur hidup , bahkan dengan mantan istrinya di kampung yang lugu dan gagap seks . Ayux menjerit kecil merasakan semburan hangat memenuhi vaginanya memberinya sensasi nikmat yang luar biasa .


" Fantastis . . .beneran nih Abang cuma pernah main sama mantan istri Abang dulu ? " Ayux setengah tak percaya .


" Iya sumpah Mbak , emang kenapa ? " tanya pria itu keheranan .


" Jajan juga gak pernah ? " tanya Ayux lagi sambil meraih kontol Rahman yang masih tegang yang baru saja lepas dari himpitan vaginanya


Rahman menggeleng , menatap wajah Ayux yang semakin cantik pasca orgasme dan dalam keadaan basah di bawah siraman shower .


" Saya percaya , orang seperti Abang gak ada bakat untuk bohong " Ayux tertawa renyah .


Rahman hanya nyengir kuda lalu mencium lembut kening wanita itu . Ketika mencuci batang kelelakiannya di bawah shower . Ayux memeluk Rahman dari belakang dan membantu mencuci batang itu . Setelah selesai mandi bareng , mereka saling mengeringkan diri dengan handuk . Ketika Rahman hendak mengenakan pakaiannya kembali , Ayux melarangnya dan menawarkan untuk bermalam di situ .


" Abang capek ? Malam ini nginep aja di sini . . .hujannya juga belum berhenti ! " tawar Ayux


" Eerrr . . .Mbak ! " Rahman menepuk pundak Ayux yang membelakanginya


" Iya . . .eeemmm ! "


Saat Ayux menoleh , Rahman mencuri sebuah ciuman dan dibopongnya Ayux ke arah tempat tidurnya yang berukuran queen size dengan warna serba pink . Diletakkannya tubuh telanjang Ayux perlahan di tempat tidurnya . Ia ciumi sekujur tubuhnya . Setelah puas , ia berbaring di sebelahnya , tangannya mendekap tubuh wanita itu dan mulutnya menciumi di sekitar daun telinganya sambil tangannya mengelus-elus punggungnya . Tak lama kemudian Ayux tertidur dengan senyum di bibirnya . Rahman mengecup lembut bibirnya , lalu ikut tidur di sampingnya , beredekapan , telanjang di bawah selimut .


Keesokan pagi


Rahman terbangun saat ia merasakan ada jari-jari halus meraba-raba dadanya dan ciuman di keningnya . Ayux telah lebih dahulu bangun dan dia membangunkan pria itu . Ayux mengecup bibir tebal itu perlahan dan mereka pun terlibat dalam sebuah " french kiss " . Tangan Rahman mengelusi punggung putih mulus Ayux sementara Ayux mengelus-elus rambutnya .


" Mbak . . .bukannya hari ini harus ke bandara ? Nanti telat " kata Rahman .


" Masih ada waktu . . . " jawab Ayux " pesawatnya berangkat sore jam lima , kenapa gak kita habiskan bersama saja ? "


" Apa gak akan ada orang lain lagi ke sini ? Kalau kita ketauan kan gak enak " Rahman agak was-was kalau ketahuan ia sedang meniduri wanita simpanan orang kaya , bisa-bisa digebuki seperti di film-film .


" Nggak . . .dia terlalu sibuk jam-jam segini , nanti baru nyusul di bandara " Ayux tersenyum lalu mengecup kembali bibir Rahman . " pokoknya Bang . . .sekarang ini waktu cuma buat kita berdua , santai dan nikmati aja ! "


Ayux mulai menciumi sekujur tubuh sopir taksi itu , menjilati dadanya dan menggelitiki putingnya dengan lidahnya . Tangannya menjalari sekujur tubuhnya dan meraba-raba batang kelelakian Rahman , memainkannya , mengelus dan mengurutnya sehingga kontol itu pun bangun dari tidurnya . Ayux tersenyum . Perlahan , disusurinya perut , pusar dan pinggangku dengan lidahnya .


" Eeemmhh . . .Mbak ! " desah Rahman yang merasakan geli-geli nikmat yang membuatnya merinding . Ia mengusap-usap kepala Ayux dengan penuh kelembutan . Disisirnya rambut wanita itu dengan jari-jarinya dan sesekali diraba-raba tengkuk dan balik telinganya .


Perlahan jilatan lidah Ayux semakin turun ke arah selangkangan Rahman . Dengan jemari tangan kirinya yang halus , ia menggenggam kontol Rahman , mendongakkannya , dan dia mulai menjilati daerah pangkalnya . Disusurinya kontol itu dengan lidahnya hingga ke ujungnya yang bersunat . Ia memutar-mutar ujung lidahnya ke arah lubang dan sekitarnya pada ujung batang kontol pria itu . Ia memang profesional dalam membuat Rahman merasa seperti melayang .


Dari ujung kontol itu , Ayux kembali menyusurinya hingga ke bawah , menjilat-jilat buah pelirnya , sesekali mengecup dan agak menghisapnya . Rasa aneh antara sakit , geli , dan enak membuat Rahman menggeliat-geliat .


" Enakkhh . . .Mbak . . .geli . . .uuhh " desah Rahman sambil meremasi rambut Ayux .


Ayux memandang pria itu dengan pandangan mata yang menggemaskan


" Sungguh bidadari sejati . . betapa cantiknya kamu Ayux ! " kata Rahman dalam hatinya


Tiba-tiba Ayux berhenti melakukan oral seksnya . Dia mendekati wajah Rahman . Menciumnya dengan mesra dan lembut bibir tebal pria itu . Kemudian ia membalikkan badannya dan membelakangiku , seperti posisi " 69 " . Ia memegangi kontol Rahman dan mulai menghisap , mengulum dan menjilatinya .


Kembali rasa geli dan nikmat mendera pria itu . Ia mencium wangi harum yang khas dari gerbang kewanitaan Ayux yang terpampang menantang di depan wajahnya . Gerbangnya sudah mulai terbuka , berwarna merah muda dengan dihiasi bulu-bulu halus dan dicukur rapi . kontolnya berdenyut-denyut di antara hisapan dan geseran lidah wanita itu . Ia memegangi dan mengelus pantat Ayux dengan kedua tangannya . Ia arahkan gerbang kewanitaannya ke arah mulutnya . Dijilatinya bibir vagina itu dan daerah sekitarnya . Ayux mengerang di antara hisapan-hisapannya pada batang kemaluan Rahman . Vagina itu mulai licin dan basah , serta terus menebarkan aroma yang khas harum karena rajin dirawat .


Rahman mendapati sebuah tonjolan kecil di antara belahan gerbang kewanitaannya , dijilatinya benda itu . Ayux pun mengerang dan mendesis , sejenak melepaskan batang kelelakian itu dari mulutnya . Rahman menjilat dengan lembut dan sesekali lidahnya menggeser-geser tonjolan kecil yang ada di belahan gerbang kewanitaan Ayux . Ayux mendongakkan kepalanya dan mendesis-desis kenikmatan sambil menggoyang-goyangkan pantatnya .


" Oooh Bang . . . kok jilatannya enak bangethhh ! " kata Ayux di antara erangannya .


Ayux mengurut dan mengocok kontol itu makin cepat sambil mulutnya menghisap ujungnya . Kedua tangan Rahman tidak tinggal diam saat lidahnya beraktivitas . Terkadang jari-jari tangannya menggaruk mesra punggung Ayux dengan lembut , atau meraba , mengusap dan memainkan toketnya yang menggantung menantang di atas perutnya .


Setelah beberapa lama saling menjilat , menghisap dan menikmati permainan ini , Ayux beranjak dari posisinya .


" Bang . . .sekarang yah ! " katanya sambil memegang kontol yang tegang tegak kaku menghadap langit-langit .


Ayux mengangkangi Rahman sambil memunggunginya . Ia mengarahkan batang kelelakian itu ke gerbang kewanitaannya . Rahman menggeser-geserkan ujung kontolnya pada tonjolan kecil di antara belahan gerbang kewanitaannya untuk membantu kontolnya masuk . Ayux memejamkan matanya sambil mendesah saat kontol pria itu memasuki liang memeknya yang sudah licin basah . Pelan . . lembut . . Ayux perlahan menurunkan pantatnya , membuat kontol itu masuk semakin dalam . Terus turun hingga akhirnya mentok dan menyisakan kira-kira seperempat dari panjang kontol pria itu . Ayux agak terpekik saat ujung kontol itu menyentuh dinding rahimnya . Kemudian Ayux mulai menggoyangkan pantatnya naik-turun-naik-turun . Pada mulanya perlahan hingga beberapa gerakan , akhirnya Ayux semakin cepat . Mereka menikmati sensasi yang luar biasa saat kedua alat kelamin keduanya menyatu dan saling bergesekan . Ayux berulang kali mendesah , melenguh , mendesis , meracaukan kata-kata yang tak jelas . Rahman juga menikmatinya dengan pikiran yang melayang meresapi rasa geli dan nikmat yang menjalari sekujur tubuhnya .


Beberapa menit kemudian , Rahman mengangkat badannya sekitar 45 derajat dan bersandar pada kepala tempat tidur Ayux . Ayux sambil membelakangi bertumpu pada perut pria itu dan terus mengAyuxh tubuhnya naik-turun pada selangkangan pria itu divariasikan dengan memutar-mutar pinggulnya .


" Aaaghh . . Mmmbbakkk . . " teriak Rahman sambil memegangi pinggangnya yang ramping dan putih mulus karena kontolnya serasa dipelintir ketika Ayux meliuk-liukkan tubuhnya .


Ia meraih tubuh Ayux dari belakang . Ia remas-remas lembut kedua toketnya yang terasa keras tapi kenyal . Putingnya ia pilin-pilin dengan mesra . Ayux menghentikan sejenak Ayuxnan pantatnya . Dia mendesah , mendesis . Rahman merasakan batang kontolnya dan liang memek Ayux sama-sama berdenyut-denyut . Diciuminya tengkuk wanita itu , sesekali digigit-gigit ringan tengkuk , bahu kanannya , dan belakang telinganya .


" Putar sini Mbak ! " pinta Rahman pada Ayux untuk membalikkan posisinya .


Wanita itu berbalik tanpa melepaskan batang kemaluan Rahman dari liang memeknya . Batang kemaluan itu pun serasa ada yang memuntirnya . Sekarang keduanya berhadapan . Mereka saling memeluk , saling meraba . Rahman mereasakan kontolnya masih berdenyut-denyut di dalam liang memek Ayux yang juga terasa berdenyut-denyut seperti menghisap batang kemaluan itu . Mereka berpagutan , saling menggigit , menghisap dan mengulum . Tangan dan jemari Rahman dengan lincahnya bergerak di sekujur badan Ayux , membuat wanita itu kegelian dan merinding . Sekitar setengah jam dalam posisi demikian , akhirnya Rahman merasakan ada sensasi luar biasa yang membuat tubuhnya serasa mau meledak . Ia mengerang dan mengatur napasnya . Rasanya ada gelombang besar dari pinggangnya yang hendak mencari jalan keluar melalui batang kontolnya .


" Mbak Ayux sayang . . .saya hampir keluar sedikit lagi . . " kata Rahman terengah-engah .


" Barengan ya Bang ! " jawab Ayux lalu memagut bibir tebal pria itu


Rahman pun balas menciumnya . Mereka sama-sama diam dalam posisi berciuman sambil terus memacu tubuh . Rahman merasakan seperti ada aliran listrik mulai merayapi sekujur tubuhnya . Sekujur tubuhnya terasa hangat , begitu juga dengan tubuh Ayux . Sambil terus bermain lidah , mereka menikmati sensasi yang luar biasa itu .


" Aaaaahhhhh . . . . ! ! " erang Rahman melepas ciuman


" Iyaahhhh . . . .teruusss . . . . .teruussshhh ! ! " Ayux juga merasakan hal yang sama


Rahman merasa seperti melayang ke langit . Senyap , pandangan matanya berkunang-kunang walaupun memejamkan matanya . Rasa nikmat yang aneh disertai oleh rambatan sensasi menjalari setiap bagian tubuh mereka . Mereka mengejang hingga akhirnya merasakan suatu yang sangat melegakan . Nikmat . . .cahaya terang yang membuat berkunang-kunang itu berubah menjadi kegelapan . Ia rubuh menindih tubuh Ayux , mereka terdiam dengan nafas naik turun . Ayux menatap wajah ndeso si sopir taksi , dia tersenyum penuh arti dan kemudian mencium keningnya . Rahman balas memagut kecil dagu Ayux . Tak lama , Ayux mendorong tubuh pria itu hingga berbaring saling bersebelahan .


" Istirahat dulu yuk , abis ini kita makan ! " kata Ayux lalu mengajak Rahman kembali ke balik selimut . Mereka berpelukan sambil masih dalam kondisi sama-sama telanjang bulat .


Sore harinya


Satu hal yang mengganjal di hati Rahman sejak peristiwa semalam dan tadi pagi , ia ingin mengungkapkan perasaannya pada Ayux namun belum ada keberanian untuk itu . Rahman memang pria yang tulus , namun pengetahuannya tentang wanita terbilang minim . Kepada mantan istrinya dulu saja ia tidak pernah mengatakan ‘saya cinta kamu’ karena memang mereka dijodohkan . Pasangan yang ketika itu masih sangat hijautidak pernah merasakan saat-saat romantis hingga akhirnya perceraian mereka . Sepanjang perjalanan ke bandara ia tidak ada kesempatan untuk itu karena Ayux sibuk bicara melalui ponselnya , yang pertama dengan seorang teman , yang kedua dengan si direktur , yang meMbakar api cemburu dalam hati Rahman . Ketika taksi yang dikemudikannya akhirnya tiba di bandara , Rahman turun duluan dan menurunkan barang bawaan Ayux dari bagasi , saat itu Ayux masih berbicara di ponselnya . Ini adalah saat terakhir , juga mumpung antrian kendaraan di gerbang keberangkatan tidak terlalu padat , maka Rahman pun membulatkan tekadnya , ia masuk ke jok kemudi . Ayux baru saja hendak membuka handle pintu belakang ketika sopir taksi itu akhirnya berseru .


" Ayux , tunggu ! " pertama kali ia memanggil wanita itu dengan namanya .


Ia mengurungkan niatnya dan memandang nya . Matanya bertanya . Dada pria itu berdegup kencang .


" Saya mencintai kamu , Ayux , " Rahman mengungkapkan perasaan itu dengan tenggorokan tercekat .


Ayux menatap tak percaya . Rahman segera meraih tangannya , meraba jemarinya yang halus , mengalirkan keyakinan . Mata mereka saling bertatapan tanpa berkata-kata , hening selama beberapa saat


" Hentikan semua ini , Ayux . Kamu seharusnya hidup lebih layak , terhormat dan bernilai . Apa yang kamu lakukan selama ini hanya akan membuat hidupmu didera kesalahan dan dosa . Hiduplah dengan saya . Kita kawin . Saya berjanji akan membahagiakan kamu . "


Ayux menggigit bibir . Ia tampaknya memikirkan sesuatu . Rahman berharap-harap cemas dalam hatinya , ia menggigit bibir bawahnya dan jantungnya berdebar kencang sekali , inilah pertama kalinya dalam hidup ia terus terang mengungkapkan cinta pada seorang wanita . Ia sudah menabah-nabahkan hati untuk siap menerima kemungkinan terburuk . Matanya memandang Ayux dengan tajam dan penuh harap .


Ayux akhirnya tersenyum , ia mempererat genggaman tangan si sopir taksi . Tatapan matanya seperti menyiratkan sesuatu . Sesuatu yang sangat misterius sebelum akhirnya berkata ,


" Baiklah Bang . . . . " ia berhenti sesaat , " saya memang harus menentukan pilihan , pada akhirnya . tapi kita hidup dalam dunia yang berbeda . Bang , Abang tak akan bisa memahami saya , seperti saya pun tak bisa memahami Abang . Terima kasih atas ketulusan tawaran Abang . Saya menghargainya . Biarkan saya memilih dan melewati jalan yang menurut saya terbaik . Abang orang baik , terus terang , saya suka Abang , seandainya takdir mempertemukan kita lebih awal atau di tempat yang lain dari sekarang , kita mungkin bisa bersatu . Saya doakan Abang kelak mendapat jodoh yang baik . . .jauh lebih baik dan suci , tidak seperti wanita di depanmu ini . Maafkan saya . . .selamat tinggal ! " Ayux mengucapkannya dengan bibir bergetar , pelupuk matanya basah , namun ia menyekanya cepat-cepat , lalu membuka handle pintu tergesa-gesa dan pergi . Rahman tak bisa mencegahnya lagi . Ia hanya sempat memandangi punggungnya serta gaunnya yang berkibar ditiup angin berjalan memasuki bandara ke gerbang keberangkatan , untuk terakhir kali tanpa menoleh ke belakang , dengan pandangan kosong . Terasa ada yang hilang dalam dirinya , bak istana pasir yang diterpa oMbak dan lenyap seketika , sesuatu yang tak dapat ia ungkapkan bagaimana adanya . Dua puluh menit Rahman termenung di taksinya di luar bandara , matanya kosong menatap langit biru . Sebagian dirinya serasa hilang bersama wanita itu . Tiga batang rokok telah dihabiskannya sejak Ayux meninggalkannya tadi .


" Rahman . . .ayo kamu bisa ! Dunia belumlah kiamat , kehidupan terus berjalan ! Bangkit ! ! Bangkit ! ! Jangan harap Bapak akan menemui kamu di akhirat nanti kalau kamu sampai bunuh diri gara-gara patah hati ! Bangkit . . .bangkit . . .bangg . . .bangg " Rahman sekonyong-konyong mendapat seruan itu dalam lamunannya , almarhum ayahnya seperti sedang menyemangatinya


" Bang . . . .bang . . .narik ga nih ? " tiba-tiba saja sebuah suara dari sebelah menyadarkannya , rupanya ia setengah tertidur di tengah lamunannya .


" Ooohh . . . .iya . . .iya Pak , narik lah . . .ayo silakan masuk ! " ia membukakan pintu belakang untuk pria berumur empat puluhan itu , " kemana nih Pak ? "


" Sudirman , cuma lagi ada demo deket situ . . .bisa ga Bang ? Saya buru-buru nih , daritadi udah dua sopir nolak ! " jawab pria yang menenteng tas laptop itu .


" Beres Pak . . .saya coba lewat jalan tikus , moga-moga keburu ! " sahut Rahman lalu segera tancap gas dari situ ,

" Ayo Rahman , kamu bisa , semangat ! ! " ia kembali menyemangati dirinya , ia harus tegar seperti apa yang selalu ayahnya ajarkan sejak kecil .


Delapan tahun kemudian
Foodcourt sebuah mall


" Oke . .oke . . . , kamu urus saja , yang ginian gak usah pakai lapor , belajar lah memutuskan sendiri ! " Rahman berbicara lewat ponsel dengan seseorang , " pokoknya pastikan jangan sampai terlambat , ketepatan waktu yang bikin perusahaan kita dipercaya orang , ngerti ? ! "


" Baik Pak . . .saya usahakan sebaik mungkin , Bapak tenang aja , nanti saya kabari lagi " jawab suara di seberang sana .


" Gitu dong . . . .oke ditunggu kabar baiknya , sampai nanti ya ! " ia menuntup pembicaraan lalu melanjutkan makannya yang tinggal sedikit lagi .


Rahman yang sekarang sudah berbeda dari Rahman yang dulu , rambutnya kini telah dicukur cepak dan rapi , sebagian kecil nampak telah beruban , di atas bibirnya yang tebal itu telah tumbuh kumis tipis . Soal level kegantengan yang di bawah rata-rata sih memang tidak terlalu mengalami kemajuan , tapi kini ia terlihat lebih dewasa . Pakaian yang melekat di tubuhnya bukan lagi seragam sopir taksi seperti dulu , melainkan sebuah kaos berkerah merek ternama dan ponsel yang dipakainya bukan lagi barang seken atau murahan lagi , melainkan keluaran terbaru yang masih mulus . Hasil kerja keras , pengalaman dan tabungannya selama ini telah mengubah nasibnya , kini ia telah memiliki sebuah perusahaan travel yang sangat berkembang , bahkan telah membuka cabang di kota lain . Ia baru saja menyeruput minumannya ketika sesuatu tiba-tiba membentur sepatunya . Ia melongok ke bawah meja dan menemukan sebuah mobil-mobilan . Seorang bocah laki-laki mengejar dari belakang dan hendak mengambil mobil itu .


" Michael . . .Mom said don’t play it here . . .now you see ! " sahut seorang wanita


Rahman memungut mainan itu dan memberikannya kembali pada si bocah berparas blasteran bule itu .


" Thank you sir ! " kata si anak .


" Maaf ya Pak . . .come say sorry to uncle ! " kata wanita itu , " Hah . . . .kamu ! "


Rahman juga tertegun begitu melihat ibu dari anak itu , mereka saling tatap selama beberapa saat seperti tidak percaya pengelihatan masing-masing .


" Rahman ? Bang Rahman ? " wanita itu membuka suara duluan .


" Iya . . .Ayux kan ? " yang dijawab wanita itu dengan anggukan kepala .


Tidak banyak yang berubah pada wanita itu , ia tetap cantik dan tubuhnya masih langsing walau telah memiliki anak . Rambutnya kini agak bergelombang dan disepuh kecoklatan . Pakaian yang dikenakannya serta wajahnya dengan make up tipis membuat penampilannya jadi keibuan .


" Eeemmm . . .sudah lama ga jumpa ya . . .gimana kabarnya sekarang ? " sapa Rahman yang merasa senang kembali bertemu dengan wanita itu , ia sangat penasaran dengan kabarnya selama tujuh tahun ini yang tidak pernah kedengaran lagi , " ayo duduk dulu ! "


Ayux duduk di depan Rahman dan keduanya saling berpandangan dengan gembira .


" Kelihatannya banyak yang sudah berubah " kata Ayux melihat penampilan pria yang dulu menjadi sopir langganannya itu yang juga pernah menghabiskan semalam penuh gairah bersamanya .


" Ya . . .banyak , sangat banyak , kehidupan ini memang dramatis " jawab Rahman " kamu di mana saja selama ini ? Pulang kampung ? "


" Bukan . . .jauh . . .jauh sekali , benar kata Abang kehidupan itu dramatis , selain itu juga penuh misteri "


Ayux kini telah menikah dengan seorang bule Inggris . Setahun setelah perpisahan mereka di bandara , ia berhenti menjadi wanita simpanan si direktur yang mulai berpindah ke lain hati . Di tengah kesepiannya , ia berkenalan dengan ekspatriat asal Inggris , hubungan mereka makin serius . Pria itu ternyata tulus mencintai Ayux tanpa memandang masa lalunya yang kelam , ia sendiri seorang duda tanpa anak . Hubungan mereka pun berlanjut ke pernikahan dan pria itu memboyong Ayux ke negaranya . Demikian pula Rahman yang kini telah sukses , ia sudah menikah empat tahun yang lalu dan memiliki seorang putri berusia tiga tahun . Mereka berbagi cerita sambil tertawa-tawa , sesekali Ayux memperingatkan anaknya yang asyik dengan mainannya agar tidak jauh-jauh darinya .


" Akhirnya , hari ini saya benar-benar lega " kata Rahman ,


" rasa penasaran selama ini selesai sudah dan kamu menemukan kebahagiaan kamu , seperti yang dulu kita obrolin di taksi , ingat ? "


" Ya . . .doa saya agar Abang mendapat jodoh yang baik pun sudah terjawab . Tuhan memang kadang terlalu baik pada umatnya Bang , saya tidak pernah bermimpi wanita seperti saya akhirnya bisa menjadi ibu dan istri seperti sekarang ini , bagi wanita seperti saya , ini lebih dari yang saya harapkan " mata Ayux nampak berkaca-kaca , nampaknya ia antara sedih dan gembira membandingkan dirinya dulu dan sekarang .


" Satu misteri kehidupan yang saya akhirnya singkap hari ini , kadang memang ada dua orang saling mencintai tapi tidak ditakdirkan untuk bersatu , seperti ada jurang yang dalam yang memisahkan mereka , namun pada akhirnya mereka akan menemukan kebahagiaannya di jalannya masing-masing dan bersama pasangannya yang lain yang berada di satu tebing dengan mereka " Rahman berfilsafat .


" . . . . .dan kebahagiaan mereka pun bertambah ketika melihat cinta lamanya di seberang jurang itu akhirnya berbahagia walau bersama orang lain " Ayux menyambung lalu mereka hening , saling tatap selama kira-kira sepuluh detik sementara Michael asyik membuka tutup pintu mobil-mobilannya .


" Ahahha . . .abang ambil kuliah filsafat ya setelah saya pergi ? " Ayux tiba-tiba tertawa renyah sambil menangkap mobil-mobilan yang diluncurkan anaknya padanya di meja .


" Hehe . . .sopir taksi kaya saya umur waktu itu udah kepala tiga mana sempat kuliah lagi , filsafat itu kadang keluar dari pengalaman hidup kita kok Lin , kan para filsuf sama nabi juga mendapatkannya dari pengalaman hidup dan lingkungan mereka dulu , cuma mereka lebih pandai merenungkan dan mengutarakan pada orang banyak "


" Tuh . . .kan berfilsafat lagi . . .hihihi . . . . ! " mereka saling tertawa lepas , lega setelah beban di hati masing-masing akhirnya terangkat .


Tiba-tiba BB Ayux berbunyi dan ia permisi untuk mengangkatnya .


" Ok baby . . .we’ll meet you soon ! " kata Ayux lalu menuntup pembicaraan


" Papanya . . .udah nunggu di depan ngejemput ! " kata Ayux , " Oke Bang . . .kita sudah harus berpisah lagi , tapi kali ini perpisahan yang melegakan , ya kan ? " wanita itu lalu bangkit dan berpamitan pada Rahman , " Michael , say goodbye to uncle ! " katanya pada buah hatinya .


" Eeeii . . .Ma . . .udah selesai salonnya ? " Rahman tiba-tiba melambai ke arah belakang Ayux pada seorang wanita lain yang menghampiri mereka , " ini istri saya , Anita ! " ia memperkenalkan wanita itu pada Ayux , " Ini Ayux . . .langganan taksi dulu waktu narik hehehe . . . . "


" Ya udahlah , rapiin rambut aja ngapain pake lama ? " jawab wanita itu lalu beralih menyapa Ayux dan anaknya , " Hai . . . . "


Anita dengan senyum ramah menjabat tangan Ayux dan juga membelai anak itu , gemas akan wajah indo-nya yang imut-imut . Secara fisik memang Anita kalah dibanding Ayux , kulitnya tidak terlalu putih dan agak gemuk , apalagi kini sedang hamil empat bulan . Namun , wanita inilah yang banyak membantu Rahman mencapai sukses , ia adalah pedagang kecil di pasar yang adalah tetangga di dekat kontrakan Rahman . Seorang wanita yang rajin dan ulet , sudah terbiasa kerja keras membantu perekonomian keluarga dengan berjualan kue di rumahnya dan secara online , belakangan ia mulai membuat kuenya sendiri . Anita dan keluarganya juga cocok dengan Rahman yang jujur dan pekerja keras , hubungan mereka semakin dalam terutama setelah Rahman berpisah dari Ayux dulu hingga akhirnya mereka menikah dan mempunyai anak . Dari seluruh keuntungan usaha jualan kue keringnya lah Anita membantu Rahman mendirikan usahanya sendiri hingga akhirnya sukses setelah melalui jalan yang cukup terjal dan berliku . Mereka pun akhirnya berpisah setelah ngobrol basa-basi sebentar .


" Ayo Pa , kalau telat , nanti kasian Lina nunggu sendirian di sekolah , udah mau jamnya nih ! " kata Anita mengajak suaminya untuk segera meninggalkan mall itu .


" Oke Ma , yukk ! ! " Rahman menggandeng tangan istrinya dan mempercepat langkah .


" Omong-omong Papa punya langganan cantik juga ya . . .pantes Papa betah lama-lama jadi sopir taksi dulu hehehe " canda Anita sambil tetap berjalan .


Rahman hanya tertawa nyengir , hatinya tenang kini , ia dan Ayux telah menemukan kebahagiaannya masing-masing . Segala sesuatu memang ada waktunya masing-masing , manusia hanya perlu berusaha sebaik-baiknya , kelak karma dan darma akan datang pada saatnya kelak

Senin, 09 September 2013

Cerita Sex Dewasa Terbaru Paling Hot | Nikmatnya Meki Tante Yuni yang Genit | TAnte Girang

Cerita Sex Dewasa Terbaru Paling Hot | Nikmatnya Meki Tante Yuni yang Genit | TAnte Girang

langsung aja simak ceritanya dibawah ini!!


Cerita sex Dewasa paling hot ( tanteku ngajak ML ) Pada cerita sex dewasa ini bercerita tentang pengalaman temanku yang berhasil menikmati tubuh seorang tante girang bernama Yuni. Silahkan dibaca cerita dewasa tante girang selengkapnya dibawah ini. Sejak setelah menikah, ibu tinggal di rumah kecil kami beberapa bulan sambil menunggu bangunan rumah baru mereka selesai. Lagi-lagi, rumah baru mereka tidak jauh dari bengkel ayah. Ayah menolak tinggal di rumah tante Yulina karena alasan pribadi ayah. Setelah banyak process yang dilakukan antara ayah dan ibu, akhirnya bengkel tempat ayah bekerja, kini menjadi milik ayah dan ibu sepenuhnya. Ayah pernah memohon kepada ibu agar dia ingin tetap dapat bekerja di bengkel, dan terang saja bengkel itu langsung ibu putuskan untuk dibeli saja. Maklum ibu adalah ‘business-minded person’.

Aku semakin sayang dengan ibu, karena pada akhirnya cita-cita ayah untuk memiliki bengkel sendiri terkabulkan. Kini bengkel ayah makin besar setelah ibu ikut berperan besar di sana. Banyak renovasi yang mereka lakukan yang membuat bengkel ayah tampak lebih menarik. Pelanggan ayah makin bertambah, dan kali ini banyak dari kalangan orang-orang kaya. Ayah tidak memecat pegawai-pegawai lama di sana, malah menaikkan gaji mereka dan memperlakukan mereka seperti saat dia diperlakukan oleh pemilik bengkel yang lama. Kehidupan dan gaya hidupku & ayah benar-benar berubah 180 derajat. Kini ayah sering melancong ke luar negeri bersama ibu, dan aku sering ditinggal di rumah sendiri dengan pembantu. Alasan aku ditinggal mereka karena aku masih harus sekolah. Ibu sering mengundang teman-teman lamanya bermain di rumah. Salah satu temannya bernama tante Yuni. tante Yuni saat itu hanya 15 tahun lebih tua dariku. Semestinya dia pantas aku panggil kakak daripada tante, karena wajahnya yang masih terlihat seperti orang berumur 20 tahunan. Tanti Yuni adalah pelanggan tetap salon kecantikan ibu, dan kemudian menjadi teman baik ibu. 

Wajah tante Yuni tergolong cantik dengan kulitnya yang putih bersih. Dadanya tidak begitu besar, tapi pinggulnya indah bukan main. Maklum anak orang kaya yang suka tandang ke salon kecantikan. tante Yuni sering main ke rumah dan kadang kala ngobrol atau gossip dengan ibu berjam-jam. Tidak jarang tante Yuni keluar bersama kami sekeluarga untuk nonton bioskop, window shopping atau ngafe di mall. Aku pernah sempat bertanya tentang kehidupan pribadi tante Yuni. Ibu bercerita bahwa tante Yuni itu bukanlah janda cerai atau janda apalah. Tapi tante Yuni sempat ingin menikah, tapi ternyata pihak dari laki-laki memutuskan untuk mengakhiri pernikahan itu. Alasan-nya tidak dijelaskan oleh ibu, karena mungkin aku masih terlalu muda untuk mengerti hal-hal seperti ini. Pada suatu hari ayah dan ibu lagi-lagi cabut dari rumah. Tapi kali ini mereka tidak ke luar negeri, tapi hanya melancong ke kota Bandung saja selama akhir pekan. Lagi-lagi hanya aku dan pembantu saja yang tinggal di rumah. Saat itu aku ingin sekali kabur dari rumah, dan menginap di rumah teman. Tiba-tiba bel rumah berbunyi dan waktu itu masih jam 5:30 sore di hari Sabtu. Ayah dan ibu baru 1/2 jam yang lalu berangkat ke Bandung. Aku pikir mereka kembali ke rumah mengambil barang yang ketinggalan. Sewaktu pintu rumah dibuka oleh pembantu, suara tante Yuni menyapanya. Aku hanya duduk bermalas-malasan di sofa ruang tamu sambil nonton acara TV. Tiba-tiba aku disapanya. 'Bernas kok ngga ikut papa mama ke Bandung??' tanya tante Yuni. 'Kalo ke Bandung sih Bernas malas, tante. Kalo ke Singapore Bernas mau ikut.' jawabku santai. 'Yah kapan-kapan aja ikut tante ke Singapore. tante ada apartment di sana' tungkas tante Yuni. Aku pun hanya menjawab apa adanya 'Ok deh. Ntar kita pigi rame-rame aja. tante ada perlu apa dengan mama?? Nyusul aja ke Bandung kalo penting.'. 'Kagak ada sih. tante cuman pengen ajak mamamu makan aja. Yah sekarang tante bakalan makan sendirian nih. Bernas mau ngga temenin tante??'. 'Emang tante mau makan di mana??' 'tante sih mikir Pizza Hut.' 'Males ah ogut kalo Pizza Hut.' 'Trus Bernas maunya pengen makan apa??' 'Makan di Muara Karang aja tante. Di sono kan banyak pilihan, ntar kita pilih aja yang kita mau.' 'Oke deh. Mau cabut jam berapa??' 'Entaran aja tante. Bernas masih belon laper. Jam tujuh aja berangkat. tante duduk aja dulu.' Kami berdua nonton bersebelahan di sofa yang empuk. Sore itu tante Yuni mengenakan baju yang lumayan sexy. Dia memakai rok ketat sampai 10 cm di atas lutut, dan atasannya memakai baju berwarna orange muda tanpa lengan dengan bagian dada atas terbuka (kira-kira antara 12 sampai 15cm kebawah dari pangkal lehernya). Kaki tante Yuni putih mulus, tanpa ada bulu kaki 1 helai pun.

Mungkin karena dia rajin bersalon ria di salon ibu, paling tidak seminggu 2 kali. Bagian dada atasnya juga putih mulus. Kami nonton TV dengan acara/channel seadanya saja sambil menunggu sampai jam tujuh malam. Kami juga kadang-kadang ngobrol santai, kebanyakan tante Yuni suka bertanya tentang kehidupan sekolahku sampai menanyakan tentang kehidupan cintaku di sekolah. Aku mengatakan kepada tante Yuni bahwa aku saat itu masih belum mau terikat dengan masalah percintaan jaman SMA. Kalo naksir sih ada, cuma aku tidak sampai mengganggap terlalu serius. 

Semakin lama kami berbincang-bincang, tubuh tante Yuni semakin mendekat ke arahku. Bau parfum Chanel yg dia pakai mulai tercium jelas di hidungku. Tapi aku tidak mempunyai pikiran apa-apa saat itu. Tiba-tiba tante Yuni berkata, 'Bernas, kamu suka dikitik-kitik ngga kupingnya??'. 'Huh?? Mana enak??' tanyaku. 'Mau tante kitik kuping Bernas??' tante Yuni menawarkan/ 'Hmmm…boleh aja. Mau pake cuttonbud??' tanyaku sekali lagi. 'Ga usah, pake bulu kemucing itu aja' tundas tante Yuni. 'Idih jorok nih tante. Itu kan kotor. Abis buat bersih-bersih ama mbak.' jawabku spontan. 'Alahh sok bersihan kamu Bernas. Kan cuman ambil 1 helai bulunya aja. Lagian kamu masih belum mandi kan?? Jorok mana hayo!!!' tangkas tante Yuni. 'Percaya tante deh, kamu pasti demen. Sini baring kepalanya di paha tante.' lanjutnya. Seperti sapi dicucuk hidungnya, aku menurut saja dengan tingkah polah tante Yuni. Ternyata memang benar adanya, telinga ‘dikitik-kitik’ dengan bulu kemucing benar-benar enak tiada tara.

Baru kali itu aku merasakan enaknya, serasa nyaman dan pengen tidur aja jadinya. Dan memang benar, aku jadi tertidur sampe sampai jam sudah menunjukkan pukul tujuh lewat. Suara lembut membisikkan telingaku. 'Bernas, bangun yuk. tante dah laper nih.' kata tante. 'Erghhhmmm … jam berapa sekarang tante.' tanyaku dengan mata yang masih setengah terbuka. 'Udah jam tujuh lewat Bernas. Ayo bangun, tante dah laper. Kamu dari tadi asyik tidur tinggalin tante. Kalo dah enak jadi lupa orang kamu yah.' kata tante sambil mengelus lembut rambutku. 'Masih ngantuk nih tante … makan di rumah aja yah?? Suruh mbak masak atau beli mie ayam di dekat sini.' 'Ahhh ogah, tante pengen jalan-jalan juga kok. Bosen dari tadi bengong di sini.' 'Oke oke, kasih Bernas lima menit lagi deh tante.' mintaku. 'Kagak boleh. tante dah laper banget, mau pingsan dah.' Sambil malas-malasan aku bangun dari sofa. Kulihat tante Yuni sedang membenarkan posisi roknya kembali. Alamak gaya tidurku kok jelek sekali sih sampe-sampe rok tante Yuni tersingkap tinggi banget. Berarti dari tadi aku tertidur di atas paha mulus tante Yuni, begitulah aku berpikir. Ada rasa senang juga di dalam hati. Setelah mencuci muka, ganti pakaian, kita berdua berpamitan kepada pembantu rumah kalau kita akan makan keluar. Aku berpesan kepada pembantu agar jangan menunggu aku pulang, karena aku yakin kita pasti bakal lama. Jadi aku membawa kunci rumah, untuk berjaga-jaga apabila pembantu rumah sudah tertidur. 'Nih kamu yang setir mobil tante dong.' 'Ogah ah, Bernas cuman mau setir Baby Benz tante.

Kalo yang ini males ah.' candaku. Waktu itu tante Yuni membawa sedan Honda, bukan Mercedes-nya. 'Belagu banget kamu. Kalo ngga mau setir ini, bawa itu Benz-nya mama.' balas tante Yuni. 'No way … bisa digantung ogut ama papa mama.' jawabku. 'Iya udah kalo gitu setir ini dong.' jawab tante Yuni sambil tertawa kemenangan. Mobil melaju menyusuri jalan-jalan kota Jakarta. tante Yuni seperti bebek saja, ngga pernah stop ngomong and gossipin teman-temannya. Aku jenuh banget yang mendengar. Dari yang cerita pacar teman-temannya lah, sampe ke mantan tunangannya. Sesampai di daerah Muara Karang, aku memutuskan untuk makan bakmi bebeknya yang tersohor di sana. Untung tante Yuni tidak protes dengan pilihan saya, mungkin karena sudah terlalu lapar dia. Setelah makan, kita mampir ke tempat main bowling. Abis main bowling tante Yuni mengajakku mampir ke rumahnya. tante Yuni tinggal sendiri di apartemen di kawasan Taman Anggrek. Dia memutuskan untuk tinggal sendiri karena alasan pribadi juga. Ayah dan ibu tante Yuni sendiri tinggal di Bogor. Saat itu aku tidak tau apa pekerjaan sehari-hari tante Yuni, yang tante Yuni tidak pernah merasa kekurangan materi. Apartemen tante Yuni lumayan bagus dengan tata interior yang classic.

Di sana tidak ada siapa-siapa yang tinggal di sana selain tante Yuni. Jadi aku bisa maklum apabila tante Yuni sering keluar rumah. Pasti jenuh apabila tinggal sendiri di apartemen. 'Anggap rumah sendiri Bernas. Jangan malu-malu. Kalau mau minum ambil aja sendiri yah.' 'Kalo begitu, Bernas mau yang ini.' sambil menunjuk botol Hennessy V.S.O.P yang masih disegel. 'Kagak boleh, masih dibawah umur kamu.' cegah tante Yuni. 'Tapi Bernas dah umur 1tujuh tahun. Mestinya ngga masalah' jawabku dengan bermaksud membela diri. 'Kalo kamu memaksa yah udah. Tapi jangan buka yang baru, tante punya yang sudah dibuka botolnya.'. Tiba-tiba suara tante Yuni menghilang dibalik master bedroomnya. Aku menganalisa ruangan sekitarnya. Banyak lukisan-lukisan dari dalam dan luar negeri terpampang di dinding.

Lukisan dalam negerinya banyak yang bergambarkan wajah-wajah cantik gadis-gadis Bali. Lukisan yang berbobot tinggi, dan aku yakin pasti bukan barang yang murahan. 'Itu tante beli dari seniman lokal waktu tante ke Bali tahun lalu' kata tante Yuni memecahkan suasana hening sebelumnya. 'Bagus tante. High taste banget. Pasti mahal yah??!!!' jawabku kagum. 'Ngga juga sih. Tapi tante tidak pernah menawar harga dengan seniman itu, karena seni itu mahal. Kalo tante tidak cocok dengan harga yang dia tawarkan, tante pergi saja.' Aku masih menyibukkan diri mengamati lukisan-lukisan yang ada, dan tante Yuni tidak bosan menjelaskan arti dari lukisan-lukisan tersebut. tante Yuni ternyata memiliki kecintaan tinggi terhadap seni lukis. 'Ok deh. Kalo begitu Bernas mau pamit pulang dulu tante. Dah hampir jam 11 malam. tante istirahat aja dulu yah.' kataku. 'Ehmmm … tinggal dulu aja di sini. tante juga masih belum ngantuk. Temenin tante bentar yah.' mintanya sedikit memohon. Aku juga merasa kasihan dengan keadaan tante Yuni yang tinggal sendiri di apartemen itu. Jadi aku memutuskan untuk tinggal 1 atau 2 jam lagi, sampai nanti tante Yuni sudah ingin tidur. 'Kita main UNO yuk??!!!' ajak tante Yuni. 'Apa itu UNO??!!!' tanyaku penasaran. 'Walah kamu ngga pernah main UNO yah??' tanya tante Yuni. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala. 'Wah kamu kampung boy banget sih.' canda tante Yuni. Aku hanya memasang tampak cemburut canda. tante Yuni masuk ke kamarnya lagi untuk membawa kartu UNO, dan kemudian masuk ke dapur untuk mempersiapkan hidangan bersama minuman. tante Yuni membawa kacang mente asin, segelas wine merah, dan 1 gelas Hennessy V.S.O.P on rock (pake es batu). Setelah mengajari aku cara bermain UNO, kamipun mulai bermain-main santai sambil makan kacang mente. Hennesy yang aku teguk benar-benar keras, dan baru 2 atau 3 teguk badanku terasa panas sekali. Aku biasanya hanya dikasih 1 sisip saja oleh ayah, tapi ini skrg aku minum sendirian.

Kepalaku terasa berat, dan mukaku panas. Melihat kejadian ini, tante Yuni menjadi tertawa, dan mengatakan bahwa aku bukan bakat peminum. Terang aja, ini baru pertama kalinya aku minum 1 gelas Hennessy sendirian. 'tante, anterin Bernas pulang yah. Kepala ogut rada berat.' 'Kalo gitu stop minum dulu, biar ngga tambah pusing.' jawab tante Yuni. Aku merasa tante Yuni berusaha mencegahku untuk pulang ke rumah. Tapi lagi-lagi, aku seperti sapi dicucuk hidung-nya, apa yang tante Yuni minta, aku selalu menyetujuinya. Melihat tingkahku yang suka menurut, tante Yuni mulai terlihat lebih berYuni lagi. Dia mengajakku main kartu biasa saja, karena bermain UNO kurang seru kalau hanya berdua. Paling tepat untuk bermain UNO itu berempat. Tapi permainan kartu ini menjadi lebih seru lagi. tante mengajak bermain blackjack, siapa yang kalah harus menuruti permintaan pemenang. Tapi kemudian tante Yuni ralat menjadi ‘Truth & Dare’ game. Permainan kami menjadi seru dan terus terang aja tante Yuni sangat menikmati permainan ‘Truth & Dare’, dan dia sportif apabila dia kalah. Pertama-tama bila aku menang dia selalu meminta hukuman dengan ‘Truth’ punishment, lama-lama aku menjadi semakin berYuni menanyakan yang bukan-bukan. Sebaliknya dengan tante Yuni, dia lebih suka memaksa aku untuk memilih ‘Dare’ agar dia bisa lebih leluasa mengerjaiku.

Dari yang disuruh pushup 1 tangan, menari balerina, menelan es batu seukuran bakso, dan lain-lain. Mungkin juga tidak ada pointnya buat tante Yuni menanyakan the ‘Truth’ tentang diriku, karena kehidupanku terlihat lurus-lurus saja menurutnya. Ini adalah juga kesempatan untuk menggali the ‘Truth’ tentang kehidupan pribadinya. Aku pun juga heran kenapa aku menjadi tertarik untuk mencari tahu kehidupannya yang sangat pribadi. Mula-mula aku bertanya tentang mantan tunangannya, kenapa sampai batal pernikahannya. Sampai pertanyaan yang menjurus ke sex seperti misalnya kapan pertama kali dia kehilangan keperawanan. Semuanya tanpa ragu-ragu tante Yuni jawab semua pertanyaan-pertanyaan pribadi yang aku lontarkan. Kini permainan kami semakin wild dan berYuni. tante Yuni mengusulkan untuk mengkombinasikan ‘Truth & Dare’ dengan ‘Strip Poker’. Aku pun semakin bergairah dan menyetujui saja usul tante Yuni. 'Yee, tante menang lagi. Ayo lepas satu yang menempel di badan kamu.' kata tante Yuni dengan senyum kemenangan. 'Jangan gembira dulu tante, nanti giliran tante yang kalah. Jangan nangis loh yah kalo kalah.' jawabku sambil melepas kaus kakiku. Selang beberapa lama … 'Nahhh, kalah lagi … kalah lagi … lepas lagi … lepas lagi.'. tante Yuni kelihatan gembira sekali. Kemudian aku melepas kalung emas pemberian ibu yang aku kenakan. 'Ha ha ha … two pairs, punya tante one pair. Yes yes … tante kalah sekarang. Ayo lepas lepas …' candaku sambil tertawa gembira. 'Jangan gembira dulu. tante lepas anting tante.' jawab tante sambil melepas anting-anting yang dikenakannya. Aku makin bernapsu untuk bermain. Mungkin bernapsu untuk melihat tante Yuni bugil juga. Aku pengen sekali menang terus. 'Full house … yeahhh … kalah lagi tante. Ayo lepas … ayo lepas …'. Aku kini menari-nari gembira. Terlihat tante Yuni melepas jepit rambut merahnya, dan aku segera saja protes 'Loh, curang kok lepas yang itu??'. 'Loh, kan peraturannya lepas semuanya yang menempel di tubuh. Jepit tante kan nempel di rambut dan rambut tante melekat di kepala. Jadi masih dianggap menempel dong.' jawabnya membela. Aku rada gondok mendengar pembelaan tante Yuni. Tapi itu menjadikan darahku bergejolak lebih deras lagi. 'Straight … Bernas … One Pair … Yes tante menang. Ayo lepas!!! Jangan malu-malu!!!' seru tante Yuni girang. Aku pun segera melepas jaket aku yang kenakan. Untung aku selalu memakai jaket tipis biar keluar malam.

Lihatlah pembalasanku, kataku dalam hati. 'Bernas Three kind … tante … one pair … ahhh … lagi-lagi tante kalah' sindirku sambil tersenyum. Dan tanpa diberi aba-aba dan tanpa malu-malu, tante melepas baju atasannya. Aku serentak menelan ludah, karena baju atasan tante telah terlepas dan kini yang terlihat hanya bra putih tante. Belahan payudara-nya terlihat jelas, putih bersih. Bernas junior dengan serentak langsung menegang, dan kedua mataku terpaku di daerah belahan dadanya. 'Hey, lihat kartu dong. Jangan liat di sini.' canda tante sambil menunjuk belahan dadanya. Aku kaget sambil tersenyum malu. 'Yes Full House, kali ini tante menang. Ayo buka … buka'. Tampak tante Yuni girang banget bisa dia menang. Kali ini aku lepas atasanku, dan kini aku terlanjang dada. 'Ck ck ck … pemain basket nih. Badan kekar dan hebat. Coba buktikan kalo hokinya juga hebat.' sindir tante Yuni sambil tersenyum. Setelah menegak habis wine yang ada di gelasnya, tante Yuni kemudian beranjak dari tempat duduknya menuju ke dapur dengan keadaan dada setengah terlanjang. Tak lama kemudian tante Yuni membawa sebotol wine merah yang masih 3/4 penuh dan sebotol V.S.O.P yang masih 1/2 penuh. 'Mari kita bergembira malam ini. Minum sepuas-puasnya.' ucap tante Yuni. Kami saling ber-tos ria dan kemudian melanjutkan kembali permainan strip poker kami. 'Yesss … ' seruku dengan girangnya pertanda aku menang lagi. Tanpa disuruh, tante Yuni melepas rok mininya dan aduhaiii, kali ini tante Yuni hanya terliat mengenakan bra dan celana dalam saja.

Malam itu dia mengenakan celana dalam yang kecil imut berwarna pink cerah. Tidak tampak ada bulu-bulu pubis disekitar selangkangannya. Aku sempat berpikir apakah tante Yuni mencukur semua bulu-bulu pubisnya. Muka tante Yuni sedikit memerah. Kulihat tante Yuni sudah menegak abis gelas winenya yang kedua. Apakah dia berniat untuk mabuk malam ini?? Aku kurang sedikit perduli dengan hal itu. Aku hanya bernafsu untuk memenangkan permainan strip poker ini, agar aku bisa melihat tubuh terlanjang tante Yuni. 'Yes, yes, yes …' senyum kemenangan terlukis indah di wajahku. tante Yuni kemudian memandangkan wajahku selang beberapa saat, dan berkata dengan nada genitnya 'Sekarang Bernas tahan napas yah. Jangan sampai seperti kesetrum listrik loh'. Kali ini tante Yuni melepaskan bra-nya dan serentak jatungku ingin copot. Benar apa kata tante Yuni, aku seperti terkena setrum listrik bertegangan tinggi. Dadaku sesak, sulit bernapas, dan jantungku berdegup kencang. Inilah pertama kali aku melihat payudara wYunita dewasa secara jelas di depan mata. Payudara tante Yuni sungguh indah dengan putingnya yang berwarna coklat muda menantang. 'Aih Bernas, ngapain liat susu tante terus. tante masih belum kalah total. Mau lanjut ngga??' tanya tante Yuni. Aku hanya bisa menganggukkan kepala pertanda ‘iya’. 'Pertama kali liat susu cewek yah?? Ketahuan nih. Dasar genit kamu.' tambah tante Yuni lagi. Aku sekali lagi hanya bisa mengangguk malu. Aku menjadi tidak berkonsentrasi bermain, mataku sering kali melirik kedua payudaranya dan selangkangannya. Aku penasaran sekali ada apa dibalik celana dalam pinknya itu.

Tempat di mana menurut teman-teman sekolah adalah surga dunia para lelaki. Aku ingin sekali melihat bentuknya dan kalo bisa memegang atau meraba-raba. Akibat tidak berkonsentrasi main, kali ini aku yang kalah, dan tante Yuni meminta aku melepas celana yang aku kenakan. Kini aku terlanjang dada dengan hanya mengenakan celana dalam saja. tante Yuni hanya tersenyum-senyum saja sambil menegak wine-nya lagi. Aku sengaja menolak tawaran tante Yuni untuk menegak V.S.O.P-nya, dengan alasan takut pusing lagi. Karena kami berdua hanya tinggal 1 helai saja di tubuh kami, permainan kali ini ada finalnya. Babak penentuan apakah tante Yuni akan melihat aku terlanjang bulat atau sebaliknya. Aku berharap malam itu malaikat keberuntungan berpihak kepadaku. Ternyata harapanku sirna, karena ternyata malaikat keberuntungan berpihak kepada tante Yuni. Aku kecewa sekali, dan wajah kekecewaanku terbaca jelas oleh tante Yuni. Sewaktu aku akan melepas celana dalamku dengan malu-malu, tiba-tiba tante Yuni mencegahnya. 'Tunggu Bernas. tante ngga mau celana dalam mu dulu. tante mau Dare Bernas dulu. Ngga seru kalo game-nya cepat habis kayak begini' kata tante Yuni. Setelah meneguk wine-nya lagi, tante Yuni terdiam sejenak kemudian tersenyum genit. Senyum genitnya ini lebih menantang daripada yang sebelum-sebelumnya. 'tante dare Bernas untuk … hmmm … cium bibir tante sekarang.' tantang tante Yuni. 'Ahh, yang bener tante??' tanyaku. 'Iya bener, kenapa ngga mau?? Jijik ama tante??' tanya tante Yuni. 'Bukan karena itu. Tapi … Bernas belum pernah soalnya.' jawabku malu-malu. 'Iya udah, kalo gitu cium tante dong. Sekalian pelajaran pertama buat Bernas.' kata tante Yuni.

Tanpa berpikir ulang, aku mulai mendekatkan wajahku ke wajah tante Yuni. tante Yuni kemudian memejamkan matanya. Pertamanya aku hanya menempelkan bibirku ke bibir tante Yuni. tante Yuni diam sebentar, tak lama kemudian bibirnya mulai melumat-lumat bibirku perlahan-lahan. Aku mulai merasakan bibirku mulai basah oleh air liur tante Yuni. Bau wine merah sempat tercium di hidungku. Aku pun tidak mau kalah, aku berusaha menandinginya dengan membalas lumatan bibir tante Yuni. Maklum ini baru pertama, jadi aku terkesan seperti anak kecil yang sedang melumat-lumat ice cream. Selang beberapa saat, aku kaget dengan tingkah baru tante Yuni. tante Yuni dengan serentak menjulurkan lidahnya masuk ke dalam mulutku. Anehnya aku tidak merasa jijik sama sekali, malah senang dibuatnya. Aku temukan lidahku dengan lidah tante Yuni, dan kini lidah kami kemudian saling berperang di dalam mulutku dan terkadang pula di dalam mulut tante Yuni. Kami saling berciuman bibir dan lidah kurang lebih 5 menit lamanya.

Nafasku sudah tak karuan, dah kupingku panas dibuatnya. tante Yuni seakan-akan menikmati betul ciuman ini. Nafas tante Yuni pun masih teratur, tidak ada tanda sedikitpun kalau dia tersangsang. 'Sudah cukup dulu. Ayo kita sambung lagi pokernya' ajak tante Yuni. Aku pun mulai mengocok kartunya, dan pikiranku masih terbayang saat kita berciuman. Aku ingin sekali lagi mencium bibir lembutnya. Kali ini aku menang, dan terang saja aku meminta jatah sekali lagi berciuman dengannya. tante Yuni menurut saja dengan permintaanku ini, dan kami pun saling berciuman lagi. Tapi kali ini hanya sekitar 2 atau 3 menit saja. 'Udah ah, jangan ciuman terus dong. Ntar Bernas bosan ama tante.' candanya. 'Masih belon bosan tante. Ternyata asyik juga yah ciuman.' jawabku. 'Kalo ciuman terus kurang asyik, kalo mau sih …' seru tante Yuni kemudian terputus. Kalimat tante Yuni ini masih menggantung bagiku, seakan-akan dia ingin mengatakan sesuatu yang menurutku sangat penting. Aku terbayang-bayang untuk bermain ‘gila’ dengan tante Yuni malam itu. Aku semakin berYuni dan menjadi sedikit tidak tau diri. Aku punya perasaan kalo tante Yuni sengaja untuk mengalah dalam bermain poker malam itu. Terang aja aku menang lagi kali ini. Aku sudah terburu oleh napsuku sendiri, dan aku sangat memanfaatkan situasi yang sedang berlangsung. 'Bernas menang lagi tuh. Jangan minta ciuman lagi yah. Yang lain dong …' sambut tante Yuni sambil menggoda. 'Hmm … apa yah.' pikirku sejenak. 'Gini aja, Bernas pengen emut-emut susu tante Yuni.' jawabku tidak tau malu. Ternyata wajah tante Yuni tidak tampak kaget atau marah, malah balik tersenyum kepadaku sambil berkata 'Sudah tante tebak apa yang ada di dalam pikiran kamu, Bernas.'. 'Boleh kan tante??!!!' tanyaku penasaran. tante Yuni hanya mengangguk pertanda setuju. Kemudian aku dekatkan wajahku ke payudara sebelah kanan tante Yuni.

Bau parfum harum yang menempel di tubuhnya tercium jelas di hidungku. Tanpa ragu-ragu aku mulai mengulum puting susu tante Yuni dengan lembut. Kedua telapak tanganku berpijak mantap di atas karpet ruang tamu tante Yuni, memberikan fondasi kuat agar wajahku tetap bebas menelusuri payudara tante Yuni. AKu kulum bergantian puting kanan dan puting kiri-nya. Kuluman yang tante Yuni dapatkan dariku memberikan sensasi terhadap tubuh tante Yuni. Dia tampak menikmati setiap hisapan-hisapan dan jilatan-jilatan di puting susu-nya. Nafas tante Yuni perlahan-lahan semakin memburu, dan terdengar desahan dari mulutnya. Kini aku bisa memastikan bahwa tante Yuni saat ini sedang terangsang atau istilah modern-nya ‘horny’. 'Bernasss … kamu nakal banget sih!!! … haahhh … tante kamu apain??' bisik tante Yuni dengan nada terputus-putus. Aku tidak mengubris kata-kata tante Yuni, tapi malah semakin bersemangat memainkan kedua puting susunya. tante Yuni tidak memberikan perlawanan sedikitpun, malah seolah-olah seperti memberikan lampu hijau kepadaku untuk melakukan hal-hal yang tidak senonoh terhadap dirinya. Aku mencoba mendorong tubuh tante Yuni perlahan-lahan agar dia terbaring di atas karpet. Ternyata tante Yuni tidak menahan/menolak, bahkan tante Yuni hanya pasrah saja. Setelah tubuhnya terbaring di atas karpet, aku menghentikan serangan gerilyaku terhadap payudara tante Yuni. Aku perlahan-lahan menciumi leher tante Yuni, dan oh my, wangi betul leher tante Yuni. tante Yuni memejamkan kedua matanya, dan tidak berhenti-hentinya mendesah. Aku jilat lembut kedua telinganya, memberikan sensasi dan getaran yang berbeda terhadap tubuhnya. Aku tidak mengerti mengapa malam itu aku seakan-akan tau apa yang harus aku lakukan, padahal ini baru pertama kali seumur hidupku menghadapi suasana seperti ini. Kemudian aku melandaskan kembali bibirku di atas bibir tante Yuni, dan kami kembali berciuman mesra sambil berperang lidah di dalam mulutku dan terkadang di dalam mulut tante Yuni. Tanganku tidak tinggal diam. Telapak tangan kiriku menjadi bantal untuk kepala belakang tante Yuni, sedangkan tangan kananku meremas-remas payudara kiri tante Yuni. Tubuh tante Yuni seperti cacing kepanasan. Nafasnya terengah-engah, dan dia tidak berkonsentrasi lagi berciuman denganku. Tanpa diberi komando, tante Yuni tiba-tiba melepas celana dalamnya sendiri. Mungkin saking ‘horny’-nya, otak tante Yuni memberikan instinct bawah sadar kepadanya untuk segera melepas celana dalamnya. Aku ingin sekali melihat kemaluan tante Yuni saat itu, namun tante Yuni tiba-tiba menarik tangan kananku untuk mendarat di kemaluannya. 'Alamak …', pikirku kaget. Ternyata kemaluan/meki tante Yuni mulus sekali. Ternyata semua bulu jembut tante Yuni dicukur abis olehnya.

Dia menuntun jari tengahku untuk memainkan daging mungil yang menonjol di mekinya. Para pembaca pasti tau nama daging mungil ini yang aku maksudkan itu. Secara umum daging mungil itu dinamakan biji etil atau biji etel atau itil saja. Aku putar-putar itil tante Yuni berotasi searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam. Kini meki tante Yuni mulai basah dan licin. 'Bernasss … kamu yah … aaahhhh … kok berYuni ama tante??' tanya tante Yuni terengah-engah. 'Kan tante yang suruh tangan Bernas ke sini??' jawabku. 'Masa sihhh … tante lupa … aahhh Bernasss … Bernasss … kamu kok nakal??' tanya tante Yuni lagi. 'Nakal tapi tante bakal suka kan??' candaku gemas dengan tingkah tante Yuni. 'Iyaaa … nakalin tante pleasee …' suara tante Yuni mulai serak-serak basah. Aku tetap memainkan itil tante Yuni, dan ini membuatnya semakin menggeliat hebat. Tak lama kemudian tante Yuni menjerit kencang seakaan-akan terjadi gempa bumi saja. Tubuhnya mengejang dan kuku-kuku jarinya sempat mencakar bahuku. Untung saja tante Yuni bukan tipe wYunita yang suka merawat kuku panjang, jadi cakaran tante Yuni tidak sakit buatku. 'Bernasss … tante datangggg uhhh oohhh …' erang tante Yuni.

Aku yang masih hijau waktu itu kurang mengerti apa arti kata ‘datang’ waktu itu. Yang pasti setelah mengatakan kalimat itu, tubuh tante Yuni lemas dan nafasnya terengah-engah. Dengan tanpa di beri aba-aba, aku lepas celana dalamku yang masih saja menempel. Aku sudah lupa sejak kapan batang kontolku tegak. Aku siap menikmati tubuh tante Yuni, tapi sedikit ragu, karena takut akan ditolak oleh tante Yuni. Keragu-raguanku ini terbaca oleh tante Yuni. Dengan lembutnya tante Yuni berkata, 'Bernas, kalo pengen tidurin tante, mendingan cepetan deh, sebelon gairah tante habis. Tuh liat kontol Bernas dah tegak kayak besi. Sini tante pegang apa dah panas.'. Aku berusaha mengambil posisi diatas tubuh tante. Gaya bercinta traditional. Perlahan-lahan kuarahkan batang kontolku ke mulut vagina tante Yuni, dan kucoba dorong kontolku perlahan-lahan. Ternyata tidak sulit menembus pintu kenikmatan milik tante Yuni. Selain mungkin karena basahnya dinding-dinding meki tante Yuni yang memuluskan jalan masuk kontolku, juga karena mungkin sudah beberapa batang kontol yang telah masuk di dalam sana. 'Uhhh … ohhh … Bernasss … ahhh …' desah tante Yuni. Aku coba mengocok-kocok meki tante Yuni dengan kontolku dengan memaju-mundurkan pinggulku. tante Yuni terlihat semakin ‘horny’, dan mendesah tak karuan. 'Bernasss … Bernasss … aduhhh Bernasss … geliiii tante … uhhh … ohhhh …' desah tante Yuni. Di saat aku sedang asyik memacu tubuh tante Yuni, tiba-tiba aku disadarkan oleh permintaan tante Yuni, sehingga aku berhenti sejenak. 'Bernasss … kamu dah mau keluar belum … ' tanya tante Yuni. 'Belon sih tante … mungkin beberapa saat lagi … ' jawabku serius. 'Nanti dikeluarin di luar yah, jangan di dalam. tante mungkin lagi subur sekarang, dan tante lupa suruh kamu pake pengaman. Lagian tante ngga punya stock pengaman sekarang. Jadi jangan dikeluarin di dalam yah.' pinta tante Yuni. 'Beres tante.' jawabku. 'Ok deh … sekarang jangan diam … goyangin lagi dong …' canda tante Yuni genit. Tanpa menunda banyak waktu lagi, aku lanjutkan kembali permainan kami. Aku bisa merasakan meki tante Yuni semakin basah saja, dan aku pun bisa melihat bercak-bercak lendir putih di sekitar bulu jembutku.

Aku mulai berkeringat di punggung belakangku. Muka dan telingaku panas. tante Yuni pun juga sama. Suara erangan dan desahan-nya makin terdengar panas saja di telingaku. Aku tidak menyadari bahwa aku sudah berpacu dengan tante Yuni 20 menit lama-nya. Tanda-tanda akan adanya sesuatu yang bakalan keluar dari kontolku semakin mendekat saja. 'Bernasss … ampunnn Bernasss … kontolnya kok kayak besi aja … ngga ada lemasnya dari tadi … tante geliii banget nihhh …' kata tante Yuni. 'tante … Bernasss dah sampai ujung nih …' kataku sambil mempercepat goyangan pinggulku. Puting tante Yuni semakin terlihat mencuat menantang, dan kedua payudara pun terlihat mengeras. Aku mendekatkan wajahku ke wajah tante Yuni, dan bibir kami saling berciuman. Aku julur-julurkan lidahku ke dalam mulutnya, dan lidah kami saling berperang di dalam. Posisi bercinta kami tidak berubah sejak tadi. Posisiku tetap di atas tubuh tante Yuni. Aku percepat kocokan kontolku di dalam meki tante Yuni. tante Yuni sudah menjerit-jerit dan meracau tak karuan saja. 'Bernasss … tante datangggg … uhhh … ahhhhhh …' jerit tante Yuni sambil memeluk erat tubuhku. Ini pertanda tante Yuni telah ‘orgasme’. Aku pun juga sama, lahar panas dari dalam kontolku sudah siap akan menyembur keluar. Aku masih ingat pesan tante Yuni agar spermaku dilepas keluar dari meki tante Yuni. 'tante … Bernassss datangggg …' jeritku pYunik. Kutarik kontolku dari dalam meki tante Yuni, dan kontolku memuncratkan spermanya di perut tante Yuni. Saking kencangnya, semburan spermaku sampai di dada dan leher tante Yuni. 'Ahhh … ahhhh … ahhhh …' suara jeritan kepuasanku. 'Idihhh … kamu kecil-kecil tapi spermanya banyak bangettt sih …' canda tante Yuni. Aku hanya tersenyum saja. Aku tidak sempat mengomentari candaan tante Yuni. Setelah semua sperma telah tumpah keluar, aku merebahkan tubuhku di samping tubuh tante Yuni. Kepalaku masih teriang-iang dan nafasku masih belum stabil. Mataku melihat ke langit-langit apartment tante Yuni.

Aku baru saja menikmati yang namanya surga dunia. tante Yuni kemudian memelukku manja dengan posisi kepalanya di atas dadaku. Bau harum rambutku tercium oleh hidungku. 'Bernas puas ngga??' tanya tante Yuni. 'Bukan puas lagi tante … tapi Bernas seperti baru saja masuk ke surga' jawabku. 'Emang meki tante surga yah??' canda tante Yuni. 'Boleh dikata demikian.' jawabku percaya diri. 'Kalo tante puas ngga??' tanyaku penasaran. 'Hmmm … coba kamu pikir sendiri aja … yang pasti meki tante sekarang ini masih berdenyut-denyut rasanya. Diapain emang ama Bernas??' tanya tante Yuni manja. 'Anuu … Bernas kasih si Bernas Junior … tuh tante liat jembut Bernas banyak bercak-bercak lendir. Itu punya dari meki tante tuh. Banjir keluar tadi.' kataku. 'Idihhh … mana mungkin …' bela tante Yuni sambil mencubit kontolku yang sudah mulai loyo. 'Bernas sering-sering datang ke rumah tante aja. Nanti kita main poker lagi. Mau kan??' pinta tante Yuni. 'Sippp tante.' jawabku serentak girang. Malam itu aku nginap di rumah tante Yuni. Keesokan harinya aku langsung pulang ke rumah. Aku sempat minta jatah 1 kali lagi dengan tante Yuni, namum ajakanku ditolak halus olehnya karena alasan dia ada janji dengan teman-temannya. Sejak saat itu aku menjadi teman sex gelap tante Yuni tanpa sepengetahuan orang lain terutama ayah dan ibu. tante Yuni senang bercinta yang bervariasi dan dengan lokasi yang bervariasi pula selain apartementnya sendiri. Kadang bermain di mobilnya, di motel kilat yang hitungan charge-nya per jam, di ruang VIP spa kecantikan ibuku (ini aku berusaha keras untuk menyelinap agar tidak diketahui oleh para pegawai di sana). tante Yuni sangat menyukai dan menikmati sex. Menurut tante Yuni sex dapat membuatnya merasa enak secara jasmYuni dan rohYuni, belum lagi sex yang teratur sangatlah baik untuk kesehatan. Dia pernah menceritakan kepadaku tentang rahasia awet muda bintang film Hollywood tersohor bernama Elizabeth Taylor, yah jawabannya hanya singkat saja yaitu sex dan diet yang teratur. tante Yuni paling suka ‘bermain’ tanpa kondom. Tapi dia pun juga tidak ingin memakai sistem pil sebagai alat kontrasepsi karena dia sempat alergi saat pertama mencoba minum pil kontrasepsi. Jadi di saat subur, aku diharuskan memakai kondom. Di saat setelah selesai masa menstruasinya, ini adalah saat di mana kondom boleh dilupakan untuk sementara dulu dan aku bisa sepuasnya berejakulasi di dalam mekinya. Apabila di saat subur dan aku/tante Yuni lupa menyetok kondom, kita masih saja nekat bermain tanpa kondom dengan berejakulasi di luar (meskipun ini rawan kehamilannya tinggi juga). Hubungan gelap ini sempat berjalan hampir 4 tahun lamanya. Aku sempat memiliki perasaan cinta terhadap tante Yuni. Maklum aku masih tergolong remaja/pemuda yang gampang terbawa emosi. Namun tante Yuni menolaknya dengan halus karena apabila hubunganku dan tante Yuni bertambah serius, banyak pihak luar yang akan mencaci-maki atau mengutuk kami. tante Yuni sempat menjauhkan diri setelah aku mengatakan cinta padanya sampai aku benar-benar ‘move on’ dari-nya. Aku lumayan patah hati waktu itu (hampir 1.5 tahun), tapi aku masih memiliki akal sehat yang mengontrol perasaan sakit hatiku. Saat itu pula aku cuti ‘bermain’ dengan tante Yuni.

Saat ini aku masih berhubungan baik dengan tante Yuni. Kami kadang-kadang menyempatkan diri untuk ‘bermain’ 2 minggu sekali atau kadang-kadang 1 bulan sekali. Tergantung dari mood kami masing-masing. tante Yuni sampai sekarang masih single. Aku untuk sementara ini juga masih single. Aku putus dengan pacarku sekitar 6 bulan yang lalu. Sejak putus dengan pacarku, tante Yuni sempat menjadi pelarianku, terutama pelarian sex. Sebenarnya ini tidak benar dan kasihan tante Yuni, namun tante Yuni seperti mengerti tingkah laku lelaki yang sedang patah hati pasti akan mencari seorang pelarian. Jadi tante Yuni tidak pernah merasa bahwa dia adalah pelarianku, tapi sebagai seorang teman yang ingin membantu meringkankan beban perasaan temannya