Tampilkan postingan dengan label Cerita Dewasa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita Dewasa. Tampilkan semua postingan

Rabu, 25 September 2013

Cerita Dewasa Ngentot - Kakak Iparku Paksa Aku buat Ngesex dengan dia

Cerita Dewasa Ngentot - Kakak Iparku Paksa Aku buat Ngesex dengan dia

 

Cerita Dewasa Ngentot - Kakak Iparku Paksa Aku buat Ngesex dengan dia - Saya seorang pria berumur 40 tahun . Istri saya satu tahun lebih muda dari saya . Secara keseluruhan kami keluarga bahagia dengan dua anak yang manis-manis . Yang sulung , perempuan kelas II SMP (Nisa) dan bungsu laki-laki kelas 3 SD . Saya bekerja di sebuah perusahaan telekomunikasi . Sedangkan istri saya seorang wanita karier yang sukses di bidang farmasi . Kini dia menjabat sebagai Distric Manager . Kami saling mencintai . Dia merupakan seorang istri yang setia . Saya sendiri pada dasarnya suami yang setia pula . Paling tidak saya setia terhadap perasaan cinta saya kepada istri saya . Tapi tidak untuk soal seks . Saya seorang peselingkuh . Ini semua karena saya memiliki libido yang amat tinggi sementara istri saya tidak cukup punya minat di bidang seks . Saya menginginkan hubungan paling tidak dua kali dalam seminggu . Tetapi istri saya menganggap sekali dalam seminggu sudah berlebihan . Dia pernah bilang kepada saya , “ Lebih enak hubungan sekali dalam sebulan . “  Tiap kali hubungan kami mencapai orgasme bersama-sama . Jadi sebenarnya tidak ada masalah dengan saya .

Rendahnya minat istri saya itu dikarenakan dia terlalu terkuras tenaga dan pikirannya untuk urusan kantor . Dia berangkat ke kantor pukul 07 .30 dan pulang lepas Maghrib . Sampai di rumah sudah lesu dan sekitar pukul 20 .00 dia sudah terlelap , meninggalkan saya kekeringan . Kalau sudah begitu biasanya saya melakukan onani . Tentu tanpa sepengetahuan dia , karena malu kalau ketahuan .

Selama perkawinan kami sudah tak terhitung berapa kali saya berselingkuh . Kalau istri saya tahu , saya tak bisa membayangkan akan seperti apa neraka yang diciptakannya . Bukan apa-apa . Perempuan-perempuan yang saya tiduri adalah mereka yang sangat dekat dengan dia . Saya menyimpan rapat rahasia itu . Sampai kini . Itu karena saya melakukan persetubuhan hanya sekali terhadap seorang perempuan yang sama . Saya tak mau mengulanginya . Saya khawatir , pengulangan bakal melibatkan perasaan . Padahal yang saya inginkan cuma persetubuhan fisik . Bukan hati dan perasaan . Saya berusaha mengindarinya sebisa mungkin , dan memberi kesan kepada si perempuan bahwa semua yang terjadi adalah kekeliruan . Memang ada beberapa perempuan sebagai perkecualian yang nanti akan saya ceritakan .


Perempuan pertama yang saya tiduri semenjak menikah tidak lain adalah kakak istri saya . Oh ya , istri saya merupakan anak ketiga dari lima bersaudara . Semuanya perempuan . Istri saya sebut saja bernama Yeni . Kedua kakak Yeni sudah menikah dan punya anak . Mereka keluarga bahagia semuanya , dan telah memiliki tempat tinggal masing-masing . Hanya saya dan istri yang ikut mertua dua tahun pertama perkawinan kami . Setiap minggu keluarga besar istri saya berkumpul . Mereka keluarga yang hangat dan saling menyayangi .

Mbak Maya , kakak istri saya ini adalah seorang perempuan yang dominan . Dia terlihat sangat menguasai suaminya . Saya sering melihat Mbak Maya menghardik suaminya yang berpenampilan culun . Suami Mbak Maya sering berkeluh-kesah dengan saya tentang sikap istrinya . Tetapi kepada orang lain Mbak Maya sangat ramah , termasuk kepada saya . Dia bahkan sangat baik . Mbak Maya sering datang bersama kedua anaknya berkunjung ke rumah orang tuanya -yang artinya rumah saya juga- tanpa suaminya . Kadang-kadang sebagai basa-basi saya bertanya , “ Kenapa Mas Wid tidak diajak ? “  “ Ahh malas saya ngajak dia , “  jawabnya . Saya tak pernah bertanya lebih jauh .

Seringkali saat Mbak Maya datang dan menginap , pas istri saya sedang tugas luar kota . Istri saya dua minggu sekali keluar kota saat itu . Dia adalah seorang detailer yang gigih dan ambisius . Jika sudah demikian biasanya ibu mertua saya yang menyiapkan kopi buat saya , atau makan pagi dan makan malam . Tapi jika pas ada Mbak Maya , ya si Mbak inilah yang menggantikan tugas ibu mertua . Tak jarang Mbak Maya menemani saya makan .

Karena seringnya bertemu , maka saya pun mulai dirasuki pikiran kotor . Saya sering membayangkan bisa tidur dengan Mbak Maya . Tapi mustahil . Mbak Maya tidak menunjukkan tipe perempuan yang gampang diajak tidur . Karenanya saya hanya bisa membayangkannya . Apalagi kalau pas hasrat menggejolak sementara istri saya up country . Aduhh , tersiksa sekali rasanya . Dan sore itu , sehabis mandi keramas saya mengeringkan rambut dengan kipas angin di dalam kamar . Saya hanya bercelana dalam ketika Mbak Maya mendadak membuka pintu .

“ Kopinya Dik Andy . “  Saya terkejut , dan Mbak Maya buru-buru menutup pintu ketika melihat sebelah tangan saya berada di dalam celana dalam , sementara satu tangan lain mengibas-ibas rambut di depan kipas angin . Saya malu awalnya . Tetapi kemudian berpikir , apa yang terjadi seandainya Mbak Maya melihat saya bugil ketika penis saya sedang tegang ?

Pikiran itu terus mengusik saya . Peristiwa membuka pintu kamar dengan mendadak bukan hal yang tidak mungkin . Adik-adik dan kakak-kakak istri saya memang terbiasa begitu . Mereka sepertinya tidak menganggap masalah . Seolah kamar kami adalah kamar mereka juga . Adik istri saya yang bungsu (masih kelas II SMU , sebut saja Rosi) bahkan pernah menyerobot masuk begitu saja ketika saya sedang bergumul dengan istri saya . Untung saat itu kami tidak sedang bugil . Tapi dia sendiri yang malu , dan berhari-hari meledek kami .

Sejak peristiwa Mbak Maya membuka pintu itu , saya jadi sering memasang diri , tiduran di dalam kamar dengan hanya bercelana dalam sambil coli (onani) . Saya hanya ingin menjaga supaya penis saya tegang , dan berharap saat itu Mbak Maya masuk . Saya rebahan sambil membaca majalah . Sialnya , yang saya incar tidak pernah datang . Sekali waktu malah si Rosi yang masuk buat meminjam lipstik istri saya . Ini memang sudah biasa . Buru-buru saya tutupkan CD saya . Tapi rupanya mata Rosi keburu melihat .

“ Woww , indahnya . “  Dia tampak cengengesan sambil memolesi bibirnya dengan gincu . “ Mau kemana ? “  tanya saya . “ Nggak . Pengin makai lipstik aja . “  Saya meneruskan membaca . “ Coli ya Mas ? “  katanya . Gadis ini memang manja , dan sangat terbuka dengan saya . Ketika saya masih berpacaran dengan istri saya , kemanjaannya bahkan luar biasa . Tak jarang kalau saya datang dia menggelendot di punggung saya . Tentu saya tak punya pikiran apa-apa . Dia kan masih kecil waktu itu . Tapi sekarang . Ahh . Tiba-tiba saya memperhatikannya . Dia sudah dewasa . Sudah seksi . Teteknya 34 . Pinggang ramping , kulit bersih . Dia yang paling cantik di antara saudara istri saya .

Pikiran saya mulai kotor . Menurut saya , akan lebih mudah sebenarnya menjebak Rosi daripada Mbak Maya . Rosi lebih terbuka , lebih manja . Kalau cuma mencium pipi dan mengecup bibir sedikit , bukan hal yang sulit . Dulu saya sering mengecup pipinya . Tapi sejak dia kelihatan sudah dewasa , saya tak lagi melakukannya . Akhirnya sasaran jebakan saya beralih ke Rosi . Saya mencoba melupakan Mbak Maya .

Sore selepas mandi saya rebahan di tempat tidur , dan kembali memasang jebakan untuk Rosi . Saya berbulat hati untuk memancing dia . Ini hari terakhir istri saya up country . Artinya besok di kamar ini sudah ada istri saya . Saya elus perlahan-lahan penis saya hingga berdiri tegak . Saya tidak membaca majalah . Saya seolah sedang onani . Saya pejamkan mata saya . Beberapa menit kemudian saya dengar pintu kamar berderit lembut . Ada yang membuka . Saya diam saja seolah sedang keasyikan onani . Tidak ada tanggapan . Saya melihat pintu dengan sudut mata yang terpicing . Sialan . Tak ada orang sama sekali . Mungkin si Rosi langsung kabur . Saya hampir saja menghentikan onani saya ketika dari mata yang hampir tertutup saya lihat bayangan . Segera saya mengelus-elus penis saya dengan agak cepat dan badan bergerak-gerak kecil . Saya mencoba mengerling di antara picingan mata . Astaga ! Kepala Mbak Maya di ambang pintu . Tapi kemudian bayangan itu lenyap . Lalu muncul lagi , hilang lagi , Kini tahulah saya , Mbak Maya sembunyi-sembunyi melihat saya . Beberapa saat kemudian pintu ditutup , dan tak dibuka kembali sampai saya menghentikan onani saya . Tanpa mani keluar .

Malamnya , di meja makan kami makan bersama-sama . Saya , kedua mertua , Mbak Maya , Rosi dan kakak Rosi , Mayang . Berkali-kali saya merasakan Mbak Maya memperhatikan saya . Saya berdebar-debar membayangkan apa yang ada di pikiran Mbak Maya . Saya sengaja memperlambat makan saya . Dan ternyata Mbak Maya pun demikian . Sehingga sampai semua beranjak dari meja makan , tinggal kami berdua . Selesai makan kami tidak segera berlalu . Piring-piring kotor dan makanan telah dibereskan Mak Jah , pembantu kami .

“ Dik Andy kesepian ya ? Suka begitu kalau kesepian ? “  Mbak Maya mebuka suara . Saya kaget . Dia duduk persis di kanan saya . Dia memandangi saya . Matanya seakan jatuh kasihan kepada saya . Sialan . “ Maksud Mbak May apaan sih ? “  saya pura-pura tidak tahu . “ Tadi Mbak May lihat Dik Andy ngapain di kamar . Sampai Dik Andy nggak liat . Kalau sedang gitu , kunci pintunya . Kalau Rosi atau Ibu lihat gimana ? “  “ Apaan sih ? “  saya tetap pura-pura tidak mengerti . “ Tadi onani kan ? “  “ Ohh . “  Saya berpura-pura malu . Perasaan saya senang bercampur gugup , menunggu reaksi Mbak Maya . Saya menghela nafas panjang . Sengaja . “ Yahh , Yeni sudah tiga hari keluar kota . Pikiran saya sedang kotor . Jadi . . “  “ Besok lagi kalau Yeni mau keluar kota , kamu minta jatah dulu . “  “ Ahh Mbak May ini . Susah Mbak nunggu moodnya si Yeni . Kadang pas saya lagi pengin dia sudah kecapekan . “  “ Tapi itu kan kewajiban dia melayani kamu ? “  “ Saya tidak ingin dia melakukan dengan terpaksa . “  Kami sama-sama diam . Saya terus menunggu . Menunggu . Jantung saya berdegup keras .

“ Kamu sering swalayan gitu ? “  “ Yaa sering Mbak . Kalau pengin , terus Yeni nggak mau , ya saya swalayan . Ahh udah aahh . Kok ngomongin gitu ? “  Saya pura-pura ingin mengalihkan pembicaraan . Tapi Mbak Maya tidak peduli . “ Gini lho Dik . Masalahnya , itu tidak sehat untuk perkawinan kalian . Kamu harus berbicara dengan Yeni . Masa sudah punya istri masih swalayan . “  Mbak Maya memegang punggung tangan saya . “ Maaf Mbak . Nafsu saya besar . Sebaliknya dengan Yeni . Jadi kayaknya saya yang mesti mengikuti kondisi dia . “  Kali ini saya bicara jujur . “ Saya cukup puas bisa melayani diri sendiri kok . “  “ Kasihan kamu . “

Mbak Maya menyentuh ujung rambut saya , dan disibakkannya ke belakang . Saya memberanikan diri menangkap tangan itu , dan menciumnya selintas . Mbak Maya seperti kaget , dan buru-buru menariknya . “ Kapan kalian terakhir kumpul ? “  “ Dua atau tiga minggu lalu , “  jawab saya . Bohong besar . Mbak Maya mendesis kaget . “ Ya ampuun . “  “ Mbak . Tapi Mbak jangan bilang apa-apa ke Yeni . Nanti salah pengertian . Dikira saya mengadu soal begituan . “  Mbak Maya kembali menggenggam tangan saya . Erat , dan meremasnya . Isi celana saya mulai bergerak-gerak . Kali ini saya yang menarik tangan saya dari genggaman Mbak Maya . Tapi Mbak Maya menahannya . Saya menarik lagi . Bukan apa-apa . Kali ini saya takut nanti dilihat orang lain . “ Saya horny kalau Mbak pegang terus . “  Mbak Maya tertawa kecil dan melepaskan tangan saya . Dia beranjak sambil mengucek-ucek rambut saya . “ Kaciaann ipar Mbak satu ini . “  Mbak Maya berlalu , menuju ruang keluarga . “ Liat TV aja yuk , “  ajaknya . Saya memaki dalam hati . Kurang ajar betul . Dibilang saya horny malah cengengesan , bukannya bilang , “ Saya juga nih , Dik . “  Setengah jengkel saya mengikutinya . Di ruang keluarga semua kumpul kecuali Rosi . Hanya sebentar . Saya masuk ke kamar .

Sekitar pukul 23 .00 pintu kamar saya berderit . Saya menoleh . Mbak Maya . Dia menempelkan telunjuknya di bibirnya . “ Belum bobo ? “  tanyanya lirih . Jantung saya berdenyut keras . “ Belum . “  Jawab saya . “ Kita ngobrol di luar yuk ? “  “ Di sini saja Mbak . “  Saya seperti mendapat inspirasi . “ Ihh . Di teras aja . Udah ngantuk belum ? “  Mbak Maya segera menghilang . Dengan hanya bersarung telanjang dada dan CD saya mengikuti Mbak Maya ke teras . Saya memang terbiasa tidur bertelanjang dada dan bersarung . Rumah telah senyap . TV telah dimatikan . Keluarga ini memang terbiasa tidur sebelum jam 22 .00 . Hanya aku yang betah melek .

Mbak Maya mengenakan daster tanpa lengan . Ujung atas hanya berupa seutas tali tipis . Daster kuning yang agak ketat . Saya kini memperhatikan betul lekuk tubuh perempuan yang berjalan di depan saya itu . Pantat menonjol . Singset . Kulitnya paling putih di antara semua sadaranya . Umurnya berselisih tiga tahun dengan Yeni . Mbak Maya duduk di bangku teras yang gelap . Bangku ini dulu sering saya gunakan bercumbu dengan Yeni . Wajah Mbak Maya hanya terlihat samar-samar oleh cahaya lampu TL 10 watt milik tetangga sebelah . Itupun terhalang oleh daun-daun angsana yang rimbun .

Dia memberi tempat kepada saya . Kami duduk hampir berhimpitan . Saya memang sengaja . Ketika dia mencoba menggeser sedikit menjauh , perlahan-lahan saya mendekakan diri . “ Dik Andy “  Mbak Maya membuka percakapan . “ Nasib kamu itu sebenernya tak jauh beda dengan Mbak . “  Saya mengernyitkan dahi . Menunggu Mbak Maya menjelaskan . Tapi perempuan itu diam saja . tangannya memilin-milin ujung rambut . “ Maksud Mbak apa sih ? “  “ Tidak bahagia dalam urusan tempat tidur . Ih . Gimana sih . “  Mbak Maya mencubit paha saya . Saya mengaduh . Memang sakit , Tapi saya senang . Perlahan-lahan penis saya bergerak . “ Kok bisa ? “  “ Nggak tahu tuh . Mas Wib itu loyo abis . “  “ Impoten ? “  Saya agak kaget . “ Ya enggak sih . Tapi susah diajakin . Banyak nolaknya . Malas saya . Perempuan kok dibegituin , “  “ Hihihi . . Tadi kok kasih nasihat ke saya ? “  Saya tersenyum kecil . Mbak Maya mencoba mendaratkan lagi cubitannya . Tapi saya lebih sigap . Saya tangkap tangan itu , dan saya amankan dalam genggaman . Saya mulai berani . Saya remas tangan Mbak Maya . Penis saya terasa menegang . Badan mulai panas dingin . Mungkinkan malam ini saya dan Mbak Maya . .

“ Terus cara pelampiasan Mbak gimana ? Swalayan juga ? “  Tanya saya . Saya taruh sebelah tangan di atas pahanya . Mbak Maya mencoba menghindar , tapi tak jadi . “ Enggak dong . Malu . Risih . Ya ditahan aja . “  “ Kapan terakhir Mbak Maya tidur sama Mas Wib ? “  Saya mencium punggung tangan Mbak Maya . Lalu tangan itu saya taruh perlahan-lahan di antara pahaku , sedikit menyentuh penis . “ Dua minggu lalu . “  “ Heh ? “  Saya menatap matanya . Bener enggak sih . Kok jawabannya sama dengan saya ? Ngeledek apa gimana nih . “ Bener . “  Matanya mengerling ke bawah , melihat sesuatu di dekat tangannya yang kugenggam . “ Mbak . . “  Saya menyusun kekuatan untuk berbicara . Tenggorokan terasa kering . Nafsu saya mulai naik . Perempuan ini bener-bener seperti merpati . Jangan-jangan hanya jinak ketika didekati . Saat dipegang dia kabur .

“ Hm , “  Mbak Maya menatap mata saya . “ Mbak pengin ? “  Dia tak menjawab . Wajahnya tertunduk . Saya raih pundaknya . Saya elus rambutnya . Saya sentuh pipinya . Dia diam saja . Sejurus kemudian mulut kami berpagutan . Lama . Ciuman yang bergairah . Saya remas bagian dadanya . Lalu tali sebelah dasternya saya tarik dan terlepas . Mbak Maya merintih ketika jari saya menyentuh belahan dadanya . Secara spontan tangan kirinya yang sejak tadi di pangkuan saya menggapai apa saja . Dan yang tertangkap adalah penis . Dia meremasnya . Saya menggesek-gesekkan jari saya di dadanya . Kami kembali berciuman . “ Di kamar aja yuk Mbak ? “  ajak saya . Lalu kami beranjak . Setengah berjingkat-jingkat menuju kamar Mbak Maya . Kamar ini terletak bersebarangan dengan kamar saya . Di sebelah kamar Mbak Maya adalah kamar mertua saya .

Malam itu tumpahlah segalanya . Kami bermain dengan hebatnya . Berkali-kali . Ini adalah perselingkuhan saya yang pertama sejak saya kawin . Belakangan saya tahu , itu juga perselingkuhan pertama Mbak Maya . Sebelum itu tak terbetik pikiran untuk selingkuh , apalagi tidur dengan laki-laki lain selain Mas Wib .

Bermacam gaya kami lakukan . Termasuk oral , dan sebuah sedotan kuat menjelang saya orgasme . Semprotan mani menerjang tenggorokan Mbak Maya . Itulah pertama kali mani saya diminum perempuan . Yeni pun tidak pernah . Tidak mau . Jijik katanya . Menjelang pagi , saat tulang kami seperti dilolosi , saya kembali ke kamar . Tidur .

Saya tidak berani mengulanginya lagi . Perasaan menyesal tumpah-ruah ketika saya bertemu istri saya . Mungkin itu juga yang dirasakan Mbak Maya . Selepas itu dia mencoba menghindari pembicaraan yang menjurus ke tempat tidur . Kami bersikap biasa-biasa , seolah tidak pernah terjadi apa pun .

Ketika tidur di samping istri saya , saya berjanji dalam hati Tidak akan selingkuh lagi . Ternyata janji tinggal janji . Nafsu besar lebih mengusik saya . Terutama saat istri saya ke luar kota dan keinginan bersetubuh mendesak-desak dalam diri saya . Rasanya ingin mengulanginya dengan Mbak Maya . Tapi tampaknya mustahil . Mbak Maya benar-benar tidak memberi kesempatan kepada saya . Dia tidak lagi mau masuk kamar saya . Jika ada perlu di menyuruh Rosi , atau berteriak di luar kamar , memanggil saya . Bahkan mulai jarang menginap .

Akhirnya saya kembali ke sasaran awal saya . Rosi . Mungkinkah saya menyetubuhi adik istri saya ? Uhh . Mustahil . Kalau hamil ? Beda dengan Mbak Maya . Kepada dia saya tidak ragu untuk mengeluarkan benih saya ke dalam rahimnya . Kalaupun hamil , tak masalah kan . Paling-paling kalau anaknya lahir dan mirip dengan saya yaa banyak cara untuk menepis tuduhan . Lagian masak sih pada curiga ? Kehidupan terus berjalan . Usia kandungan istri saya menginjak bulan ke-4 . Tahu sendirilah bagaimana kondisi perempuan kalau sedang hamil muda . Bawaannya malas melulu . Tapi untuk urusan pekerjaan dia sangat bersemangat . Dia memang pekerja yang ambisius . Berdedikasi , disiplin , dan penuh tanggung jawab . Karena itu jadwal keluar kota tetap dijalani . Kualitas hubungan seks kami makin buruk . Dia seakan benar-benar tak ingin disentuh kecuali pada saat benar-benar sedang relaks . Saya juga tak ingin memaksa . Karenanya saya makin sering beronani diam-diam di kamar mandi . Kadang-kadang saya kasihan terhadap diri sendiri . Kata-kata Mbak Maya sering terngiang-ngiang , terutama sesaat setelah sperma memancar dari penis saya . “ Kacian adik iparku ini . . “  Tapi saya tak punya pilihan lain . Saya tak suka “ jajan “  . Maaf , saya agak jijik dengan perempuan lacur .

Tiap kali beronani , yang saya bayangkan adalah wajah Mbak Maya atau si bungsu Rosi , bergantian . Rosi telah tumbuh menjadi gadis yang benar-benar matang . Montok , lincah . Cantik penuh gairah , dan terkesan genit . Meskipun masih bersikap manja terhadap saya , tetapi sudah tidak pernah lagi bergayutan di tubuh saya seperti semasa saya ngapelin kakaknya . Saya sering mencuri pandang ke arah payudaranya . Ukurannya sangat saya idealkan . Sekitar 34 . Punya istri saya sendiri hanya 32 .

Seringkali , di balik baju seragam SMU-nya saya lihat gerakan indah payudara itu . Keinginan untuk melihat payudara itu begitu kuatnya . Tapi bagaimana ? Mengintip ? Di mana ? Kamar mandi kami sangat rapat . Letak kamar saya dengannya berjauhan . Dia menempati kamar di sebelah gudang . Yang paling ujung kamar Mak Jah , pembantu kami . Setelah kamar Mayang , kakak Rosi , baru kamar saya . Kamar kami seluruhnya terbuat dari tembok . Sehingga tak mugkin buat ngintip . Tapi tunggu ! Saya teringat gudang . Ya , kalau tidak salah antara gudang dengan kamar Rosi terdapat sebuah jendela . Dulunya gudang ini memang berupa tanah kosong semacam taman . Karena mertua butuh gudang tambahan , maka dibangunlah gudang . Jendela kamar Rosi yang menghadap ke gudang tidak dihilangkan . Saya pernah mengamati , dari jendela itu bisa mengintip isi kamar Rosi .

Sejak itulah niat saya kesampaian . Saya sangat sering diam-diam ke gudang begitu Rosi selesai mandi . Memang ada celah kecil tapi tak cukup untuk mengintip . Karenanya diam-diam lubang itu saya perbesar dengan obeng . Saya benar-benar takjub melihat sepasang payudara montok dan indah milik Rosi . Meski sangat jarang , saya juga pernah melihat kemaluan Rosi yang ditumbuhi bulu-bulu lembut .

Tiap kali mengintip , selalu saya melakukan onani sehingga di dekat lubang intipan itu terlihat bercak-bercak sperma saya . Tentu hanya saya yang tahu kenapa dan apa bercak itu . Keinginan untuk menikmati tubuh Rosi makin menggelayuti benak saya . Tetapi selalu tak saya temukan jalan . Sampai akhirnya malam itu . Mertua saya meminta saya mendampingi Rosi untuk menghadiri Ultah temannya di sebuah diskotik . Ibu khawatir terjadi apa-apa . Dengan perasaan luar biasa gembira saya antar Rosi . Istri saya menyuruh saya membawa mobil . Tapi saya menolak . “ Kamu kan harus detailing . Pakai saja . Masa orang hamil mau naik motor ? “  Padahal yang sebenarnya , saya ingin merapat-rapatkan tubuh dengan Rosi .

Kami berangkat sekitar pukul 19 .00 . Dia membonceng . Kedua tangannya memeluk pinggang saya . Saya rasakan benda kenyal di punggung saya . Jantung saya berdesir-desir . Sesekali dengan nakal saya injak pedal rem dengan mendadak . Akibatnya terjadi sentakan di punggung . Saya pura-pura tertawa ketika Rosi dengan manja memukuli punggung saya . “ Mas Andy genit , “  katanya . Pada suatu ketika , mungkin karena kesal , Rosi bahkan tanpa saya duga sengaja menempelkan dadanya ke puggung saya . Menekannya . “ Kalau mau gini , bilang aja terus terang , “  katanya . “ Iya iya mau , “  sahut saya . Tidak ada tanggapan . Rosi bahkan menggeser duduknya , merenggang . Sialan .

Malam itu Rosi mengenakan rok span ketat dan atasan tank top , dibalut jaket kulit . Benar-benar seksi ipar saya ini . Di diskotik telah menunggu teman-teman Rosi . Ada sekitar 15-an orang . Saya membiarkan Rosi berabung dengan teman-temannya . Saya memilih duduk di sudut . Malu dong kalau nimbrung . Sudah tua , ihh . Saya hanya mengawasi dari kejauhan , menikmati tubuh-tubuh indah para ABG . Tapi pandangan saya selalu berakhir ke tubuh Rosi . She is the most beautiful girl . Di antara saudara istri saya Rosi memang yang paling cantik . Tercantik kedua ya Mbak Maya , baru Yeni , istri saya . Mayang yang terjelek . Tubuhnya kurus kering sehingga tidak menimbulkan nafsu .

Sesekali Rosi menengok ke arah tempat duduk saya sambil melambai . Saya tersenyum mengangguk . Mereka turun ke arena . Sekitar tiga lagu Rosi menghampiri saya . “ Mas Andy udah pesan minum ? “  tanyanya . Dagu saya menunjuk gelas berisi lemon tea di depan saya . Saya tak berani minum minuman beralkohol , meski hanya bir . Saya pun bukan pecandu . “ Kamu kok ke sini , udah sana gabung temen-temen kamu , “  kata saya . Janjinya Rosi dkk pulang pukul 22 .00 . Tadi ibu mertua juga bilang supaya pulangnya jangan larut . “ Nggak enak liat Mas Andy mencangkung sendirian , “  kata Rosi duduk di sebelah saya . “ Sudah nggak pa-pa . “  “ Bener ? “  Saya mengangguk , dan Rosi kembali ke grupnya . Habis satu lagu , dia mendatangi saya . Menarik tangan saya . Saya memberontak . “ Ayo . Nggak apa-apa , sekalian saya kenalin ama temen-temen . Mereka juga yang minta kok . “  Saya menyerah . Saya ikut saja bergoyang-goyang . Asal goyang . Dunia diskotik sudah sangat lama tidak saya kunjungi . Dulupun saya jarang sekali . Hampir tidak pernah . Saya ke diskotik sekedar supaya tahu saja kayak apa suasananya . Sesekali tangan Rosi memegang tangan saya dan mengayun-ayunkannya . Musik bener-benr hingar-bingar . Lampu berkelap-kelip , dan kaki-kaki menghentak di lantai disko . Sesekali Rosi menuju meja untuk minum .

Menjelang pukul 22 .00 sebagian teman Rosi pulang . Saya segera mengajak Rosi pulang juga . “ Bentar dong Mas Andy , please , “  kata Rosi . Astaga . Tercium aroma alkohol dari mulutnya . “ Heh . Kamu minum apa ? Gila kamu . Sudah ayo pulang . “  Segera saya gelandang dia . “ Yee Mas Andy gitu deh . “  Dia merajuk tapi saya tak peduli . Ruangan ini mulai menjemukan saya . “ Udah dulu ya bro , sis . Satpam ngajakin pulang neh . “  “ Satpam-mu itu . “  Saya menjitak lembut kepala Rosi . Rosi memang minum alkohol . Tak tahu apa yang diminumnya tadi . Dia pun terlihat sempoyongan . Saya jadi cemas . Takut nanti kena marah mertua . Disuruh jagain kok tidak bisa . Tapi ada senangnya juga sih . Rosi jadi lebih sering memeluk lengan saya supaya tidak sempoyongn .

Kami menuju tempat parkir untuk mengambil motor . Saya bantu Rosi mengenakan jaket yang kami tinggal di motor . Saya bantu dia mengancing resluitingnya . Berdesir darah saya ketika sedikit tersentuk bukit di dadanya . “ Hayoo , nakal lagi , “  katanya . “ Hus . Nggak sengaja juga . “  “ Sengaja nggak pa-pa kok Mas . “  Omongan Rosi makin ngaco . Dia tarik ke bawah resluitingnya . Dan sebelum saya berkomentar dia sudah berkata , “ Masih gerah . Ntar kalau dingin Rosi kancingin deh . “  Segera mesin kunyalakan , dan motor melaju meninggalkan diskotik SO .

Sungguh menyenangkan . Rosi yang setengah mabuk ini seakan merebahkan badannya di punggung saya . Kedua tangannya memeluk erat perut saya . Jangan tanya bagaimana birahi saya . Penis saya menegang sejak tadi . Dagu Rosu disadarkan ke pundak saya . Lembut nafasnya sesekali menyapu telinga saya . Saya perlambat laju motor . Benar-benar saya ingin menikmati . Lalu saya seperti merasa Rosi mencium pipi saya . Saya ingin memastikan dengan menoleh . Ternyata memang dia baru saja mencium pipi saya . Bahkan selanjutnya dia mengecup pipi saya . Saya kira dia benar-benar mabuk .

“ Mas Andy , Rosi pengin pacaran dulu , “  katanya mengejutkan saya . “ Pacaran sama Mas Andy ? Gila kamu ya . “  Penis saya makin kencang . “ Mau enggak ? “  “ Kamu mabuk ya ? “  Dia tak menjawab . Hanya pelukannya tambah erat . “ Mas . . “  “ Hmm “  “ Mas masih suka coli ? “  “ Hus . Napa sih ? “  “ Pengen tahu aja . Mbak Yeni nggak mau melayani ya ? “  “ Tahu apa kamu ini . “  Saya sedikit berteriak . Saya kaget sendiri . Entah kenapa saya tidak suka dia omong begitu , Mungkin reflek saja karena saya dipermalukan . “ Sorry . Gitu aja marah . “  Rosi kembali mencium pipi saya . Bahkan dia tempelkan terus bibirnya di pipi saya , sedikit di bawah telinga . “ Saya horny Ros . “  “ Kapan ? Sekarang ? Ahh masak . Belum juga diapa-apain “

Saya raih tangannya dan saya taruh di penis saya yang menyodok celana saya . Terperanjat dia . Tapi diam saja . Tangannya merasakan sesuatu bergerak-gerak di balik celana saya . “ Pacaran ama Rosi mau nggak ? “  kata Rosi . Aroma alkohol benar-benar menyengat . “ Di mana ? Lagian udah malam . Nanti Ibu marah kalau kita pulang kemalaman . “  “ Kalau ama Mas Andy dijamin Ibu gak marah . “  “ Sok tahu . “  “ Bener . Ayuk deh . Ke taman aja . Tuh deket SMA I ajak . Asyik lagi . Bentar aja . “  Tanpa menunggu perintah , motor saya arahkan ke Taman KB di seberang SMU I . Taman ini memang arena asyik bagi mereka yang seang berpacaran . Meski di sekitarnya lalu lintas ramai , tapi karena gelap , yaa tetap enak buat berpacaran . Kami mencari bangku kosong di taman . Sudah agak sepi jadi agak mudah mencarinya . Biasanya cukup ramai sehingga banyak yang berpacaran di rumputan . Begitu duduk . Langsung saja Rosi merebahkan kepalanya di dada saya . Saya tak mengira anak ini akan begini agresif . Atau karena pengaruh alkohol makin kuat ? Entahlah . Kami melepas jaket dan menaruhnya di dekat bangku .

“ Kamu kan belum punya pacar , kok sudah segini berani Ros ? “  tanya saya . “ Enak aja belum punya pacar . “  Dia protes . “ Habis siapa pacar kamu ? “  Saya genggam tangannya . Dia mengelus-elus dada saya . “ Yaa ini . “  Dia membuka kancing kemeja saya . Saya makin yakin dia diracuni alkohol . Tapi apa peduli saya . Inilah saatnya . Saya kecup keningnya . Matanya . Hidung , pipi , lalu bibirnya . Dia tersentak , dan memberikan pipinya . Saya kembali mencari bibirnya . Saya kecup lagi perlahan . Dia diam . Saya kulum . Dia diam saja . Benarkah anak ini belum pernah berciuman bibir dengan cowok ? “ Kamu belum pernah melakukan ya ? “  kata saya . Dia tak menjawab . Saya cium lagi bibirnya . Saya julurkan lidah saya . Tangannya meremas pinggang saya . Saya hisap lidahnya , saya kulum . Tangan saya kini menjalar mencari payudara . Dia menggelinjang tetapi membiarkan tangan saya menyusiup di antara celah BH-nya . Ketika saya menemukan bukit kenyal dan meremasnya , dia mengerang panjang . Kedua kakinya terjatuh dari bangku dan menendang-nendang rumputan . Saya buka kancing BH-nya yang terletak di bagian depan . Saya usap-usap lembut , ke kiri , lalu ke kanan . Saya remas , saya kili-kili . Dia mengaduh . Tangannya terus meremasi pinggang dan paha saya .

“ Mas Andy . . “  “ Hmm “  “ Please . . Please . “  Saya mengangsurkan muka saya menciumi bukit-bukit itu . Dia makin tak terkendali . Lalu , srrt srrt . .srrt . Sesuatu keluar dari penis saya . Busyet . Masa saya ejakulasi ? Tapi benar , mani saya telah keluar . Anehnya saya masih bernafsu . Tidak seperti ketika bersetubuh dengan Yeni . Begitu mani keluar , tubuh saya lemas , dan nafsu hilang . Saya juga masih merasakan penis saya sanggup menerima rangsangan . Saya masih menciumi payudara itu , menghisap puting , dan tangan saya mengelus paha , menyelinap di antara celap CD . Membelai bulu-bulu lembut . Menyibak , dan merasakan daging basah . Mulut Rosi terus mengaduh-aduh . Saya rasakan kemaluan saya digeggamnya . Diremas dengan kasar , sehingga terasa sakit . Saya perlu menggeser tempat duduk karena sakitnya . Agaknya dia tahu , dan melonggarkan cengkeramannya .

Lalu dia membuka resluiting celana saya , merogoh isinya . Meremas kuat-kuat . Tapi dia berhenti sebentar . “ Kok basah Mas ? “  tanyanya . Saya diam saja . “ Ehh ,ini yang disebut mani ya ? “  Sejenak situasi kacau . Ini anak malah ngajak diskusi sih . Dia cium penis saya tapi tidak sampai menempel . Kayaknya dia mencoba membaui . “ Kok gini baunya ya ? Emang kayak gini ya ? “ Heeh , “  jawab saya lalu kembali memainkan kelaminnya . “ Asin juga ya ? “  Dia mengocok penis saya dengan tangannya . “ Pelan-pelan Ros . Enakan kamu ciumin deh , “  kata saya .

Tanpa perintah lanjutan Rosi mencium dan mengulum penis saya . Uhh , kasarnya minta ampun , Tidak ada enaknya . Jauhh dengan yang dilakukan Mbak Maya . Berkali-kai saya meminta dia untuk lebih pelan . Bahkan sesekali dia menggigit penis saya sampai saya tersentak . Akhirnya saya kembali ejakulasi . Bukan oleh mulutnya tapi karena kocokan tangannya . Setelah itu sunyi . Saya lemas . Saya benahi pakaian saya . Dia juga membenahi pakaiannya . Tampaknya dia telah terbebas dari pengaruh alkohol . Wajahnya yang belepotan mani dibersihkan dengan tissu . “ Makasih pelajarannya ya Mas . “  Dia mengecup pipi saya . “ Tapi kamu janji jaga rahasia kan ? “  Saya ingin memastikan . “ Iyaah . Emang mau cerita ama siapa ? Bunuh diri ? “  “ Siapa tahu . Pokoknya just for us ! Nobody else may knows . “  Dia mengangguk . Kami bersiap-siap pulang . Sepanjang perjalanan dia memeluk erat tubuh saya . Menggelendot manja . Dan pikiran waras saya mulai bekerja . Saya mulai dihinggapi kecemasan .

“ Ros . . “  “ Yaa “  “ Kamu nggak jatuh cinta ama Mas Andy kan ? Everyting just for sex kan ? “  “ Tahu deh . “  “ Please Ros . Kita nggak boleh keterusan . Anggap saja tadi kita sedang mabuk . “  Saya menghentikan motor . “ Iya deh . “  “ Bener ya ? Ingat , Mas Andy ini suami Mbak Yeni . “  Dia mengangguk mengerti . “ Makasih Ros . “  Saya kembali menjalankan motor . “ Apa yang terjadi malam ini , tidak usahlah terulang lagi , “  kata saya . Saya benar-benar takut sekarang . Saya sadari , Rosi masih kanak-kanak . Masih labil . Dia amat manja . Bisa saja dia lepas kendali dan tak mengerti apa arti hubungan seks sesaat . Lalu saya dengar dia sesenggukan . Menangis . Untunglah dia menepati janji . Segalanya berjalan seperti yang saya harapkan . Saya tak berani lagi mengulangi , meskipun kesempatan selalu terbuka dan dibuka oleh Rosi . Saya benar-benar takut akibatnya . Saya tidak mau menhancurkan keluarga besar istri saya . Tak mau menghancurkan rumah tangga saya .

Saya hanya menikmati Rosi di dalam bayangan . Ketika sedang onani atau ketika sedang bersetubuh dengan Yeni . Sesekali saja saya membayangkan Mbak Maya .

Jumat, 13 September 2013

Cerita Dewasa | Ngentot Janda Muda yang Jablay

silakan langsung aja simak ceritanya dibawah ini!!! 


Peristiwa itu bermula ketika aku berkeinginan untuk mencari tempat kos-kosan di Bandung . Pada saat itu , pencarian tempat kost-kostan ternyata membuahkan hasil . Setelah aku menetap di tempat kost-kostan yang baru , aku berkenalan dengan seorang wanita , sebut saja namanya Maria . Usia Maria saat itu baru menginjak 29 tahun dengan status janda Tionghoa beranak satu .


Perkenalanku semakin berlanjut . Pada saat itu , aku baru saja habis mandi sore . Aku melihat Maria sedang duduk-duduk di kamarnya sambil nonton TV . Kebetulan , kamarku dan kamarnya bersebelahan . Sehingga memudahkanku untuk mengetahui apa yang diperbuatnya di kamarnya .


Dengan hanya mengenakan handuk , aku mencoba menggoda Maria . Dengan terkejut ia lalu meladeni olok-olokanku . Aku semakin berani mengolok-oloknya . Akhirnya ia mengejarku . Aku pura-pura berusaha mengelak dan mencoba masuk ke kamarku . Eh . . ternyata dia tidak menghentikan niatnya untuk memukulku dan ikut masuk ke kamarku .


" Awas kau . . entar kuperkosa baru tahu . . " gertaknya .


" Coba kalau berani . . " tantangku penuh harap .


Aku menatap matanya , kulihat , ada kerinduan yang selama ini terpendam , oleh jamahan lelaki . Kemudian , tanpa dikomando ia menutup kamarku . Aku yang sebenarnya juga menahan gairah tidak membuang-buang kesempatan itu .


Aku meraih tangannya , Maria tidak menolak . Kemudian kami sama-sama berpagutan bibir . Ternyata , wanita cantik ini sangat agresif . Belum lagi aku mampu berbuat lebih banyak , ternyata ia menyambar handuk yang kukenakan . Ia terkejut ketika melihat kejantananku sudah setengah berdiri . Tanpa basa-basi , ia menyambar kejantananku serta meremas-remasnya .



" Oh . . ennaakk . . terussh . . " desisanku ternyata mengundang gairahnya untuk berbuat lebih jauh . Tiba-tiba ia berjongkok , serta melumat kepala penisku .


" Uf . . Sshh . . Auhh . . Nikmmaat . . " Ia sangat mahir seperti tidak memberikan kesempatan kepada untuk berbuat tanya .


Dengan semangat , ia terus mengemut dan mengocok penisku . Aku terus dibuai dengan sejuta kenikmatan . Sambil terus mengocok , mulutnya terus melumat dan memaju-mundurkan kepalanya .


" Oh . . aduhh . . " teriakku kenikmatan .


Sekitar 15 menitan aku mulai merasakan ada yang mendesak hendak keluar dari penisku .


" Oh . . tahann . . sshh . Uh . . aku mau kkeluaar . . Oh . . "


Dengan seketika muncratlah air maniku ke dalam mulutnya . Sambil terus mencok dan mengemut kepala penisku , Maria berusaha membersihkan segala mani yang masih tersisa .


Aku merasakan nikmat yang luar biasa . Maria tersenyum . Lalu aku mencium bibirnya . Kami berciuman kembali . Lidahnya terus dimasukkan ke dalam mulutku . Aku sambut dengan mengemut dan menghisap lidahnya .


Perlahan-lahan kejantananku bangkit kembali . Kemudian , tanpa kuminta , Maria melepaskan seluruh pakaiannya termasuk BH dan celana dalamnya . Mataku tak berkedip . toketnya yang montok berwarna putih mulus dengan puting yang kemerahan terasa menantang untuk kulumat . Kuremas-remas lembut toketnya yang semakin bengkak .


" Ohh . . Teruss Ded . . Teruss . . " desahnya .


Kuhisap-hisap pentilnya yang mengeras , semnetara tangan kiriku menelusuri pangkal pahanya . Akhirnya aku berhasil meraih belahan yang berada di celah-celah pahanya . Tanganku mengesek-geseknya . Desahan kenikmatan semakin melenguh dari mulutnya . Kemudian ciumanku beralih ke perut dan terus ke bawah pusar . Aku membaringkan tubuhnya ke kasur . Tanpa dikomando , kusibakkan pahanya . Aku melihat memeknya berwarna merah muda dengan rumput-hitam yang tidak begitu tebal .


Dengan penuh nafsu , aku menciumi memeknya dan kujilati seluruh bibir kemaluannya .


" Oh . . teruss . . Ded . . Aduhh . . Nikmat . . "


Aku terus mempermainkan klitorisnya yang lumayan besar . Seperti orang yang sedang mengecup bibir , bibirku merapat dibelahan memeknya dan kumainkan lidahku yang terus berputar-putar di kelentitnya seperti ular coBH .


" Ded . . oh . . teruss sayangg . . Oh . . Hhh . "


Desis kenikmatan yang keluar dari mulutnya , semakin membuatku bersemangat . Kusibakkan bibir kemaluannya tanpa menghentikkan lidah dan sedotanku beraksi .


" Srucuup-srucuup . . oh . . Nikmat . . Teruss . . Teruss . . " teriakannya semakin merintih .


Tiba-tiba ia menekankan kepalaku ke memeknya , kuhisap kuat lubang memeknya . Ia mengangkat pinggul , cairan lendir yang keluar dari memeknya semakin banyak .


" Aduhh . . Akku . . keluuaarr . . Oh . . Oh . . Croot . . Croot . "


Ternyata Maria mengalami orgasme yang dahsyat . Sebagaimana yang ia lakukan kepadaku , aku juga tidak menghentikan hisapan serta jilatan lidahku dari memeknya . Aku menelan semua cairan yang kelyuar dari memeknya . Terasa sedikit asin tapi nikmat .


Maria masih menikmati orgasmenya , dengan spontan , aku memasukkan penisku ke dalam memeknya yang basah . Bless . .


" Oh . . enakk . . "


Tanpa mengalami hambatan , penisku terus menerjang ke dalam lembutnya memek Maria .


" Oh . . Mariaa . . sayang . . enakk . "


Batang penisku sepeti dipilin-pilin . Maria yang mulai bergairah kembali terus menggoyangkan pinggulnya .


" Oh . . Ded . . Terus . . Sayang . . Mmhhss . . "


penisku kuhujamkan lagi lebih dalam . Sekitar 15 menit aku menindih Maria . . Lalu ia meminta agar aku berada di bawah .


" Kamu di bawah ya , sayang . . " bisiknya penuh nikmat .


Aku hanya pasra . Tanpa melepaskan hujaman penisku dari memeknya , kami merobah posisi . Dengan semangat menggelora , penisku terus digoyangnya . Maria dengan hentakan pinggulnya yang maju-mundur semakin menenggelamkan penisku ke liang memeknya .


" Oh . . Remas dadaku . . Sayaangg . Terus . . Oh . . Au . . Sayang enakk . . " erangan kenikmatan terus memancar dari mulutnya .


" Oh . . Maria . . terus goyang sayang . . " teriakku memancing nafsunya .


Benar saja . Kira-kira 15 menit kemudian goyang pinggulnya semakin dipercepat . Sembari pinggulnya bergoyang , tangannya menekan kuat ke arah dadaku . Aku mengimbanginya dengan menaikkan pinggulku agar penisku menghujam lebih dalam .


" Dedii . . Ah . . aku . . Keluuaarr , sayang . . Oh . . "


Ternyata Maria telah mencapai orgasme yang kedua . Aku semakin mencoba mengayuh kembali lebih cepat . Karena sepertinya otot kemaluanku sudah dijalari rasa nikmat ingin menyemburkan sperma .


Kemudian aku membalikkan tubuh Maria , sehingga posisinya di bawah . Aku menganjal pinggulnya dengan bantal . Aku memutar-mutarkan pinggulku seperti irama goyang dangdut .


" Oh . . Maria . . Nikmatnya . . Aku keluuarr . . "


Crott . . Crott . . Tttcrott .


Aku tidak kuat lagi mempertahankan sepermaku . . Dan langsung saja memenuhi liang memek Maria .


" Oh . . Ded . . kau begitu perkasa . "


Telah lama aku menantikan hal ini . Ujarnya sembari tangannya terus mengelus punggungku yang masih merasakan kenikmatan karena , Maria memainkan otot kemaluannya untuk meremas-remas penisku .


Kemudian , tanpa kukomando , Maria berusaha mencabut penisku yang tampak mengkilat karena cairan spermaku dan cairan memeknya . Dengan posisi 69 , kemudian ia meneduhi aku dan langsung mulutnya bergerak ke kepala penisku yang sudah mulai layu . Aku memandangi lobang memeknya . Maria terus mengemut dan memainkan lidahnya di leher dan kepala penisku . Tangan kanannya terus mengocok-ngocok batang penisku . Sesekali ia menghisap dengan keras lobang penisku . Aku merasa nikmat dan geli .


" Ohh . . Maria . . Geli . . " desahku lirih .


Namun Maria tidak peduli . Ia terus mengecup , mengemut dan mengocok-ngocok penisku . Aku tidak tinggal diam , cairan rangsangan yang keluar dari memek Maria membuatku bergairah kembali . Aku kemudian mengecup dan menjilati lobang memeknya . Kelentitnya yang berada di sebelah atas tidak pernah aku lepaskan dari jilatan lidahku . Aku menempelkan bibirku dikelentit itu .


" Oh . . Ded . . nikmat . . ya . . Oh . . " desisnya .


Maria menghentikan sejenak aksinya karena tidak kuat menahan kenikmatan yang kuberikan .


" Oh . . Terus . . Sss . " desahnya sembari kepalanya berdiri tegak .


Kini mememeknya memenuhi mulutku . Ia menggerak-gerakkan pinggulnya .


" Ohh . . Yaahh . Teruss . . Oh . . Ooohh " aku menyedot kuat lobang memeknya .


" Ded . . Akukk ohh . . Keluuaarra . . Ssshhss . . "


Ia menghentikan gerakannya , tapi aku terus menyedot-nyedot lobang memeknya dan hampir senmua cairan yang keuar masuk kemulutku . Kemudian dengan sisa-sisa tenaganya , penisku kembali menjadi sasaran mulutnya . Aku sangat suka sekali dan menikmatinya . Kuakui , Maria merupakan wanita yang sangat pintar membahagiakan pasangannya .


Maria terus menghisap dan menyedoti penisku sembari mengocok-ngocoknya . Aku merasakan nikmat yang tiada tara .


" Oh . . Maria . . Teruss . . Teruss . . " rintihku menahan sejuta kenikmatan . Maria terus mempercepat gerakan kepalanya .


" Au . . Maria . . Aku . . Keluuarr . . Oh . . "


Croott . . Croott . . Croot . .


Maniku tumpah ke dalam mulutnya . Sementara Maria seakan tidak merelakan setetespun air maniku meleleh keluar .


" Terimakasih sayang . . " ucapku . .


Aku merasa puas . . Ia mengecup bibirku .


" Ded . . mungkinkah selamanya kita bisa seperti ini . Aku sangat puas dengan pelayananmu . Aku tidak ingin perbuatan ini kau lakukan dengan wanita lain . Aku sangat puas . Biarlah aku saja yang menerima kepuasan ini . " Aku hanya terdiam .


Sejak saat itu , aku sering meniduri di kamarnya , selalu dalam keadaan telanjang bulat , terkadang dia juga tidur di dalam kamar kostku , tentu saja dengan mengendap-endap . Terkadang , kami tidur saling tumpang tindih , membentuk posisi 69 , aku tertidur dengan menghirup aroma segar kemaluannya , sedangkan Maria mengemut penisku . Di kala pagi , penisku selalu ereksi , diemut-emutnya penisku yang ereksi itu , sementara aku dengan cueknya tetap tidur sambil menikmati oralnya , terkadang aku jilat kemaluannya karena gemas .

Senin, 09 September 2013

Cerita Sex Dewasa Terbaru Paling Hot | Nikmatnya Meki Tante Yuni yang Genit | TAnte Girang

Cerita Sex Dewasa Terbaru Paling Hot | Nikmatnya Meki Tante Yuni yang Genit | TAnte Girang

langsung aja simak ceritanya dibawah ini!!


Cerita sex Dewasa paling hot ( tanteku ngajak ML ) Pada cerita sex dewasa ini bercerita tentang pengalaman temanku yang berhasil menikmati tubuh seorang tante girang bernama Yuni. Silahkan dibaca cerita dewasa tante girang selengkapnya dibawah ini. Sejak setelah menikah, ibu tinggal di rumah kecil kami beberapa bulan sambil menunggu bangunan rumah baru mereka selesai. Lagi-lagi, rumah baru mereka tidak jauh dari bengkel ayah. Ayah menolak tinggal di rumah tante Yulina karena alasan pribadi ayah. Setelah banyak process yang dilakukan antara ayah dan ibu, akhirnya bengkel tempat ayah bekerja, kini menjadi milik ayah dan ibu sepenuhnya. Ayah pernah memohon kepada ibu agar dia ingin tetap dapat bekerja di bengkel, dan terang saja bengkel itu langsung ibu putuskan untuk dibeli saja. Maklum ibu adalah ‘business-minded person’.

Aku semakin sayang dengan ibu, karena pada akhirnya cita-cita ayah untuk memiliki bengkel sendiri terkabulkan. Kini bengkel ayah makin besar setelah ibu ikut berperan besar di sana. Banyak renovasi yang mereka lakukan yang membuat bengkel ayah tampak lebih menarik. Pelanggan ayah makin bertambah, dan kali ini banyak dari kalangan orang-orang kaya. Ayah tidak memecat pegawai-pegawai lama di sana, malah menaikkan gaji mereka dan memperlakukan mereka seperti saat dia diperlakukan oleh pemilik bengkel yang lama. Kehidupan dan gaya hidupku & ayah benar-benar berubah 180 derajat. Kini ayah sering melancong ke luar negeri bersama ibu, dan aku sering ditinggal di rumah sendiri dengan pembantu. Alasan aku ditinggal mereka karena aku masih harus sekolah. Ibu sering mengundang teman-teman lamanya bermain di rumah. Salah satu temannya bernama tante Yuni. tante Yuni saat itu hanya 15 tahun lebih tua dariku. Semestinya dia pantas aku panggil kakak daripada tante, karena wajahnya yang masih terlihat seperti orang berumur 20 tahunan. Tanti Yuni adalah pelanggan tetap salon kecantikan ibu, dan kemudian menjadi teman baik ibu. 

Wajah tante Yuni tergolong cantik dengan kulitnya yang putih bersih. Dadanya tidak begitu besar, tapi pinggulnya indah bukan main. Maklum anak orang kaya yang suka tandang ke salon kecantikan. tante Yuni sering main ke rumah dan kadang kala ngobrol atau gossip dengan ibu berjam-jam. Tidak jarang tante Yuni keluar bersama kami sekeluarga untuk nonton bioskop, window shopping atau ngafe di mall. Aku pernah sempat bertanya tentang kehidupan pribadi tante Yuni. Ibu bercerita bahwa tante Yuni itu bukanlah janda cerai atau janda apalah. Tapi tante Yuni sempat ingin menikah, tapi ternyata pihak dari laki-laki memutuskan untuk mengakhiri pernikahan itu. Alasan-nya tidak dijelaskan oleh ibu, karena mungkin aku masih terlalu muda untuk mengerti hal-hal seperti ini. Pada suatu hari ayah dan ibu lagi-lagi cabut dari rumah. Tapi kali ini mereka tidak ke luar negeri, tapi hanya melancong ke kota Bandung saja selama akhir pekan. Lagi-lagi hanya aku dan pembantu saja yang tinggal di rumah. Saat itu aku ingin sekali kabur dari rumah, dan menginap di rumah teman. Tiba-tiba bel rumah berbunyi dan waktu itu masih jam 5:30 sore di hari Sabtu. Ayah dan ibu baru 1/2 jam yang lalu berangkat ke Bandung. Aku pikir mereka kembali ke rumah mengambil barang yang ketinggalan. Sewaktu pintu rumah dibuka oleh pembantu, suara tante Yuni menyapanya. Aku hanya duduk bermalas-malasan di sofa ruang tamu sambil nonton acara TV. Tiba-tiba aku disapanya. 'Bernas kok ngga ikut papa mama ke Bandung??' tanya tante Yuni. 'Kalo ke Bandung sih Bernas malas, tante. Kalo ke Singapore Bernas mau ikut.' jawabku santai. 'Yah kapan-kapan aja ikut tante ke Singapore. tante ada apartment di sana' tungkas tante Yuni. Aku pun hanya menjawab apa adanya 'Ok deh. Ntar kita pigi rame-rame aja. tante ada perlu apa dengan mama?? Nyusul aja ke Bandung kalo penting.'. 'Kagak ada sih. tante cuman pengen ajak mamamu makan aja. Yah sekarang tante bakalan makan sendirian nih. Bernas mau ngga temenin tante??'. 'Emang tante mau makan di mana??' 'tante sih mikir Pizza Hut.' 'Males ah ogut kalo Pizza Hut.' 'Trus Bernas maunya pengen makan apa??' 'Makan di Muara Karang aja tante. Di sono kan banyak pilihan, ntar kita pilih aja yang kita mau.' 'Oke deh. Mau cabut jam berapa??' 'Entaran aja tante. Bernas masih belon laper. Jam tujuh aja berangkat. tante duduk aja dulu.' Kami berdua nonton bersebelahan di sofa yang empuk. Sore itu tante Yuni mengenakan baju yang lumayan sexy. Dia memakai rok ketat sampai 10 cm di atas lutut, dan atasannya memakai baju berwarna orange muda tanpa lengan dengan bagian dada atas terbuka (kira-kira antara 12 sampai 15cm kebawah dari pangkal lehernya). Kaki tante Yuni putih mulus, tanpa ada bulu kaki 1 helai pun.

Mungkin karena dia rajin bersalon ria di salon ibu, paling tidak seminggu 2 kali. Bagian dada atasnya juga putih mulus. Kami nonton TV dengan acara/channel seadanya saja sambil menunggu sampai jam tujuh malam. Kami juga kadang-kadang ngobrol santai, kebanyakan tante Yuni suka bertanya tentang kehidupan sekolahku sampai menanyakan tentang kehidupan cintaku di sekolah. Aku mengatakan kepada tante Yuni bahwa aku saat itu masih belum mau terikat dengan masalah percintaan jaman SMA. Kalo naksir sih ada, cuma aku tidak sampai mengganggap terlalu serius. 

Semakin lama kami berbincang-bincang, tubuh tante Yuni semakin mendekat ke arahku. Bau parfum Chanel yg dia pakai mulai tercium jelas di hidungku. Tapi aku tidak mempunyai pikiran apa-apa saat itu. Tiba-tiba tante Yuni berkata, 'Bernas, kamu suka dikitik-kitik ngga kupingnya??'. 'Huh?? Mana enak??' tanyaku. 'Mau tante kitik kuping Bernas??' tante Yuni menawarkan/ 'Hmmm…boleh aja. Mau pake cuttonbud??' tanyaku sekali lagi. 'Ga usah, pake bulu kemucing itu aja' tundas tante Yuni. 'Idih jorok nih tante. Itu kan kotor. Abis buat bersih-bersih ama mbak.' jawabku spontan. 'Alahh sok bersihan kamu Bernas. Kan cuman ambil 1 helai bulunya aja. Lagian kamu masih belum mandi kan?? Jorok mana hayo!!!' tangkas tante Yuni. 'Percaya tante deh, kamu pasti demen. Sini baring kepalanya di paha tante.' lanjutnya. Seperti sapi dicucuk hidungnya, aku menurut saja dengan tingkah polah tante Yuni. Ternyata memang benar adanya, telinga ‘dikitik-kitik’ dengan bulu kemucing benar-benar enak tiada tara.

Baru kali itu aku merasakan enaknya, serasa nyaman dan pengen tidur aja jadinya. Dan memang benar, aku jadi tertidur sampe sampai jam sudah menunjukkan pukul tujuh lewat. Suara lembut membisikkan telingaku. 'Bernas, bangun yuk. tante dah laper nih.' kata tante. 'Erghhhmmm … jam berapa sekarang tante.' tanyaku dengan mata yang masih setengah terbuka. 'Udah jam tujuh lewat Bernas. Ayo bangun, tante dah laper. Kamu dari tadi asyik tidur tinggalin tante. Kalo dah enak jadi lupa orang kamu yah.' kata tante sambil mengelus lembut rambutku. 'Masih ngantuk nih tante … makan di rumah aja yah?? Suruh mbak masak atau beli mie ayam di dekat sini.' 'Ahhh ogah, tante pengen jalan-jalan juga kok. Bosen dari tadi bengong di sini.' 'Oke oke, kasih Bernas lima menit lagi deh tante.' mintaku. 'Kagak boleh. tante dah laper banget, mau pingsan dah.' Sambil malas-malasan aku bangun dari sofa. Kulihat tante Yuni sedang membenarkan posisi roknya kembali. Alamak gaya tidurku kok jelek sekali sih sampe-sampe rok tante Yuni tersingkap tinggi banget. Berarti dari tadi aku tertidur di atas paha mulus tante Yuni, begitulah aku berpikir. Ada rasa senang juga di dalam hati. Setelah mencuci muka, ganti pakaian, kita berdua berpamitan kepada pembantu rumah kalau kita akan makan keluar. Aku berpesan kepada pembantu agar jangan menunggu aku pulang, karena aku yakin kita pasti bakal lama. Jadi aku membawa kunci rumah, untuk berjaga-jaga apabila pembantu rumah sudah tertidur. 'Nih kamu yang setir mobil tante dong.' 'Ogah ah, Bernas cuman mau setir Baby Benz tante.

Kalo yang ini males ah.' candaku. Waktu itu tante Yuni membawa sedan Honda, bukan Mercedes-nya. 'Belagu banget kamu. Kalo ngga mau setir ini, bawa itu Benz-nya mama.' balas tante Yuni. 'No way … bisa digantung ogut ama papa mama.' jawabku. 'Iya udah kalo gitu setir ini dong.' jawab tante Yuni sambil tertawa kemenangan. Mobil melaju menyusuri jalan-jalan kota Jakarta. tante Yuni seperti bebek saja, ngga pernah stop ngomong and gossipin teman-temannya. Aku jenuh banget yang mendengar. Dari yang cerita pacar teman-temannya lah, sampe ke mantan tunangannya. Sesampai di daerah Muara Karang, aku memutuskan untuk makan bakmi bebeknya yang tersohor di sana. Untung tante Yuni tidak protes dengan pilihan saya, mungkin karena sudah terlalu lapar dia. Setelah makan, kita mampir ke tempat main bowling. Abis main bowling tante Yuni mengajakku mampir ke rumahnya. tante Yuni tinggal sendiri di apartemen di kawasan Taman Anggrek. Dia memutuskan untuk tinggal sendiri karena alasan pribadi juga. Ayah dan ibu tante Yuni sendiri tinggal di Bogor. Saat itu aku tidak tau apa pekerjaan sehari-hari tante Yuni, yang tante Yuni tidak pernah merasa kekurangan materi. Apartemen tante Yuni lumayan bagus dengan tata interior yang classic.

Di sana tidak ada siapa-siapa yang tinggal di sana selain tante Yuni. Jadi aku bisa maklum apabila tante Yuni sering keluar rumah. Pasti jenuh apabila tinggal sendiri di apartemen. 'Anggap rumah sendiri Bernas. Jangan malu-malu. Kalau mau minum ambil aja sendiri yah.' 'Kalo begitu, Bernas mau yang ini.' sambil menunjuk botol Hennessy V.S.O.P yang masih disegel. 'Kagak boleh, masih dibawah umur kamu.' cegah tante Yuni. 'Tapi Bernas dah umur 1tujuh tahun. Mestinya ngga masalah' jawabku dengan bermaksud membela diri. 'Kalo kamu memaksa yah udah. Tapi jangan buka yang baru, tante punya yang sudah dibuka botolnya.'. Tiba-tiba suara tante Yuni menghilang dibalik master bedroomnya. Aku menganalisa ruangan sekitarnya. Banyak lukisan-lukisan dari dalam dan luar negeri terpampang di dinding.

Lukisan dalam negerinya banyak yang bergambarkan wajah-wajah cantik gadis-gadis Bali. Lukisan yang berbobot tinggi, dan aku yakin pasti bukan barang yang murahan. 'Itu tante beli dari seniman lokal waktu tante ke Bali tahun lalu' kata tante Yuni memecahkan suasana hening sebelumnya. 'Bagus tante. High taste banget. Pasti mahal yah??!!!' jawabku kagum. 'Ngga juga sih. Tapi tante tidak pernah menawar harga dengan seniman itu, karena seni itu mahal. Kalo tante tidak cocok dengan harga yang dia tawarkan, tante pergi saja.' Aku masih menyibukkan diri mengamati lukisan-lukisan yang ada, dan tante Yuni tidak bosan menjelaskan arti dari lukisan-lukisan tersebut. tante Yuni ternyata memiliki kecintaan tinggi terhadap seni lukis. 'Ok deh. Kalo begitu Bernas mau pamit pulang dulu tante. Dah hampir jam 11 malam. tante istirahat aja dulu yah.' kataku. 'Ehmmm … tinggal dulu aja di sini. tante juga masih belum ngantuk. Temenin tante bentar yah.' mintanya sedikit memohon. Aku juga merasa kasihan dengan keadaan tante Yuni yang tinggal sendiri di apartemen itu. Jadi aku memutuskan untuk tinggal 1 atau 2 jam lagi, sampai nanti tante Yuni sudah ingin tidur. 'Kita main UNO yuk??!!!' ajak tante Yuni. 'Apa itu UNO??!!!' tanyaku penasaran. 'Walah kamu ngga pernah main UNO yah??' tanya tante Yuni. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala. 'Wah kamu kampung boy banget sih.' canda tante Yuni. Aku hanya memasang tampak cemburut canda. tante Yuni masuk ke kamarnya lagi untuk membawa kartu UNO, dan kemudian masuk ke dapur untuk mempersiapkan hidangan bersama minuman. tante Yuni membawa kacang mente asin, segelas wine merah, dan 1 gelas Hennessy V.S.O.P on rock (pake es batu). Setelah mengajari aku cara bermain UNO, kamipun mulai bermain-main santai sambil makan kacang mente. Hennesy yang aku teguk benar-benar keras, dan baru 2 atau 3 teguk badanku terasa panas sekali. Aku biasanya hanya dikasih 1 sisip saja oleh ayah, tapi ini skrg aku minum sendirian.

Kepalaku terasa berat, dan mukaku panas. Melihat kejadian ini, tante Yuni menjadi tertawa, dan mengatakan bahwa aku bukan bakat peminum. Terang aja, ini baru pertama kalinya aku minum 1 gelas Hennessy sendirian. 'tante, anterin Bernas pulang yah. Kepala ogut rada berat.' 'Kalo gitu stop minum dulu, biar ngga tambah pusing.' jawab tante Yuni. Aku merasa tante Yuni berusaha mencegahku untuk pulang ke rumah. Tapi lagi-lagi, aku seperti sapi dicucuk hidung-nya, apa yang tante Yuni minta, aku selalu menyetujuinya. Melihat tingkahku yang suka menurut, tante Yuni mulai terlihat lebih berYuni lagi. Dia mengajakku main kartu biasa saja, karena bermain UNO kurang seru kalau hanya berdua. Paling tepat untuk bermain UNO itu berempat. Tapi permainan kartu ini menjadi lebih seru lagi. tante mengajak bermain blackjack, siapa yang kalah harus menuruti permintaan pemenang. Tapi kemudian tante Yuni ralat menjadi ‘Truth & Dare’ game. Permainan kami menjadi seru dan terus terang aja tante Yuni sangat menikmati permainan ‘Truth & Dare’, dan dia sportif apabila dia kalah. Pertama-tama bila aku menang dia selalu meminta hukuman dengan ‘Truth’ punishment, lama-lama aku menjadi semakin berYuni menanyakan yang bukan-bukan. Sebaliknya dengan tante Yuni, dia lebih suka memaksa aku untuk memilih ‘Dare’ agar dia bisa lebih leluasa mengerjaiku.

Dari yang disuruh pushup 1 tangan, menari balerina, menelan es batu seukuran bakso, dan lain-lain. Mungkin juga tidak ada pointnya buat tante Yuni menanyakan the ‘Truth’ tentang diriku, karena kehidupanku terlihat lurus-lurus saja menurutnya. Ini adalah juga kesempatan untuk menggali the ‘Truth’ tentang kehidupan pribadinya. Aku pun juga heran kenapa aku menjadi tertarik untuk mencari tahu kehidupannya yang sangat pribadi. Mula-mula aku bertanya tentang mantan tunangannya, kenapa sampai batal pernikahannya. Sampai pertanyaan yang menjurus ke sex seperti misalnya kapan pertama kali dia kehilangan keperawanan. Semuanya tanpa ragu-ragu tante Yuni jawab semua pertanyaan-pertanyaan pribadi yang aku lontarkan. Kini permainan kami semakin wild dan berYuni. tante Yuni mengusulkan untuk mengkombinasikan ‘Truth & Dare’ dengan ‘Strip Poker’. Aku pun semakin bergairah dan menyetujui saja usul tante Yuni. 'Yee, tante menang lagi. Ayo lepas satu yang menempel di badan kamu.' kata tante Yuni dengan senyum kemenangan. 'Jangan gembira dulu tante, nanti giliran tante yang kalah. Jangan nangis loh yah kalo kalah.' jawabku sambil melepas kaus kakiku. Selang beberapa lama … 'Nahhh, kalah lagi … kalah lagi … lepas lagi … lepas lagi.'. tante Yuni kelihatan gembira sekali. Kemudian aku melepas kalung emas pemberian ibu yang aku kenakan. 'Ha ha ha … two pairs, punya tante one pair. Yes yes … tante kalah sekarang. Ayo lepas lepas …' candaku sambil tertawa gembira. 'Jangan gembira dulu. tante lepas anting tante.' jawab tante sambil melepas anting-anting yang dikenakannya. Aku makin bernapsu untuk bermain. Mungkin bernapsu untuk melihat tante Yuni bugil juga. Aku pengen sekali menang terus. 'Full house … yeahhh … kalah lagi tante. Ayo lepas … ayo lepas …'. Aku kini menari-nari gembira. Terlihat tante Yuni melepas jepit rambut merahnya, dan aku segera saja protes 'Loh, curang kok lepas yang itu??'. 'Loh, kan peraturannya lepas semuanya yang menempel di tubuh. Jepit tante kan nempel di rambut dan rambut tante melekat di kepala. Jadi masih dianggap menempel dong.' jawabnya membela. Aku rada gondok mendengar pembelaan tante Yuni. Tapi itu menjadikan darahku bergejolak lebih deras lagi. 'Straight … Bernas … One Pair … Yes tante menang. Ayo lepas!!! Jangan malu-malu!!!' seru tante Yuni girang. Aku pun segera melepas jaket aku yang kenakan. Untung aku selalu memakai jaket tipis biar keluar malam.

Lihatlah pembalasanku, kataku dalam hati. 'Bernas Three kind … tante … one pair … ahhh … lagi-lagi tante kalah' sindirku sambil tersenyum. Dan tanpa diberi aba-aba dan tanpa malu-malu, tante melepas baju atasannya. Aku serentak menelan ludah, karena baju atasan tante telah terlepas dan kini yang terlihat hanya bra putih tante. Belahan payudara-nya terlihat jelas, putih bersih. Bernas junior dengan serentak langsung menegang, dan kedua mataku terpaku di daerah belahan dadanya. 'Hey, lihat kartu dong. Jangan liat di sini.' canda tante sambil menunjuk belahan dadanya. Aku kaget sambil tersenyum malu. 'Yes Full House, kali ini tante menang. Ayo buka … buka'. Tampak tante Yuni girang banget bisa dia menang. Kali ini aku lepas atasanku, dan kini aku terlanjang dada. 'Ck ck ck … pemain basket nih. Badan kekar dan hebat. Coba buktikan kalo hokinya juga hebat.' sindir tante Yuni sambil tersenyum. Setelah menegak habis wine yang ada di gelasnya, tante Yuni kemudian beranjak dari tempat duduknya menuju ke dapur dengan keadaan dada setengah terlanjang. Tak lama kemudian tante Yuni membawa sebotol wine merah yang masih 3/4 penuh dan sebotol V.S.O.P yang masih 1/2 penuh. 'Mari kita bergembira malam ini. Minum sepuas-puasnya.' ucap tante Yuni. Kami saling ber-tos ria dan kemudian melanjutkan kembali permainan strip poker kami. 'Yesss … ' seruku dengan girangnya pertanda aku menang lagi. Tanpa disuruh, tante Yuni melepas rok mininya dan aduhaiii, kali ini tante Yuni hanya terliat mengenakan bra dan celana dalam saja.

Malam itu dia mengenakan celana dalam yang kecil imut berwarna pink cerah. Tidak tampak ada bulu-bulu pubis disekitar selangkangannya. Aku sempat berpikir apakah tante Yuni mencukur semua bulu-bulu pubisnya. Muka tante Yuni sedikit memerah. Kulihat tante Yuni sudah menegak abis gelas winenya yang kedua. Apakah dia berniat untuk mabuk malam ini?? Aku kurang sedikit perduli dengan hal itu. Aku hanya bernafsu untuk memenangkan permainan strip poker ini, agar aku bisa melihat tubuh terlanjang tante Yuni. 'Yes, yes, yes …' senyum kemenangan terlukis indah di wajahku. tante Yuni kemudian memandangkan wajahku selang beberapa saat, dan berkata dengan nada genitnya 'Sekarang Bernas tahan napas yah. Jangan sampai seperti kesetrum listrik loh'. Kali ini tante Yuni melepaskan bra-nya dan serentak jatungku ingin copot. Benar apa kata tante Yuni, aku seperti terkena setrum listrik bertegangan tinggi. Dadaku sesak, sulit bernapas, dan jantungku berdegup kencang. Inilah pertama kali aku melihat payudara wYunita dewasa secara jelas di depan mata. Payudara tante Yuni sungguh indah dengan putingnya yang berwarna coklat muda menantang. 'Aih Bernas, ngapain liat susu tante terus. tante masih belum kalah total. Mau lanjut ngga??' tanya tante Yuni. Aku hanya bisa menganggukkan kepala pertanda ‘iya’. 'Pertama kali liat susu cewek yah?? Ketahuan nih. Dasar genit kamu.' tambah tante Yuni lagi. Aku sekali lagi hanya bisa mengangguk malu. Aku menjadi tidak berkonsentrasi bermain, mataku sering kali melirik kedua payudaranya dan selangkangannya. Aku penasaran sekali ada apa dibalik celana dalam pinknya itu.

Tempat di mana menurut teman-teman sekolah adalah surga dunia para lelaki. Aku ingin sekali melihat bentuknya dan kalo bisa memegang atau meraba-raba. Akibat tidak berkonsentrasi main, kali ini aku yang kalah, dan tante Yuni meminta aku melepas celana yang aku kenakan. Kini aku terlanjang dada dengan hanya mengenakan celana dalam saja. tante Yuni hanya tersenyum-senyum saja sambil menegak wine-nya lagi. Aku sengaja menolak tawaran tante Yuni untuk menegak V.S.O.P-nya, dengan alasan takut pusing lagi. Karena kami berdua hanya tinggal 1 helai saja di tubuh kami, permainan kali ini ada finalnya. Babak penentuan apakah tante Yuni akan melihat aku terlanjang bulat atau sebaliknya. Aku berharap malam itu malaikat keberuntungan berpihak kepadaku. Ternyata harapanku sirna, karena ternyata malaikat keberuntungan berpihak kepada tante Yuni. Aku kecewa sekali, dan wajah kekecewaanku terbaca jelas oleh tante Yuni. Sewaktu aku akan melepas celana dalamku dengan malu-malu, tiba-tiba tante Yuni mencegahnya. 'Tunggu Bernas. tante ngga mau celana dalam mu dulu. tante mau Dare Bernas dulu. Ngga seru kalo game-nya cepat habis kayak begini' kata tante Yuni. Setelah meneguk wine-nya lagi, tante Yuni terdiam sejenak kemudian tersenyum genit. Senyum genitnya ini lebih menantang daripada yang sebelum-sebelumnya. 'tante dare Bernas untuk … hmmm … cium bibir tante sekarang.' tantang tante Yuni. 'Ahh, yang bener tante??' tanyaku. 'Iya bener, kenapa ngga mau?? Jijik ama tante??' tanya tante Yuni. 'Bukan karena itu. Tapi … Bernas belum pernah soalnya.' jawabku malu-malu. 'Iya udah, kalo gitu cium tante dong. Sekalian pelajaran pertama buat Bernas.' kata tante Yuni.

Tanpa berpikir ulang, aku mulai mendekatkan wajahku ke wajah tante Yuni. tante Yuni kemudian memejamkan matanya. Pertamanya aku hanya menempelkan bibirku ke bibir tante Yuni. tante Yuni diam sebentar, tak lama kemudian bibirnya mulai melumat-lumat bibirku perlahan-lahan. Aku mulai merasakan bibirku mulai basah oleh air liur tante Yuni. Bau wine merah sempat tercium di hidungku. Aku pun tidak mau kalah, aku berusaha menandinginya dengan membalas lumatan bibir tante Yuni. Maklum ini baru pertama, jadi aku terkesan seperti anak kecil yang sedang melumat-lumat ice cream. Selang beberapa saat, aku kaget dengan tingkah baru tante Yuni. tante Yuni dengan serentak menjulurkan lidahnya masuk ke dalam mulutku. Anehnya aku tidak merasa jijik sama sekali, malah senang dibuatnya. Aku temukan lidahku dengan lidah tante Yuni, dan kini lidah kami kemudian saling berperang di dalam mulutku dan terkadang pula di dalam mulut tante Yuni. Kami saling berciuman bibir dan lidah kurang lebih 5 menit lamanya.

Nafasku sudah tak karuan, dah kupingku panas dibuatnya. tante Yuni seakan-akan menikmati betul ciuman ini. Nafas tante Yuni pun masih teratur, tidak ada tanda sedikitpun kalau dia tersangsang. 'Sudah cukup dulu. Ayo kita sambung lagi pokernya' ajak tante Yuni. Aku pun mulai mengocok kartunya, dan pikiranku masih terbayang saat kita berciuman. Aku ingin sekali lagi mencium bibir lembutnya. Kali ini aku menang, dan terang saja aku meminta jatah sekali lagi berciuman dengannya. tante Yuni menurut saja dengan permintaanku ini, dan kami pun saling berciuman lagi. Tapi kali ini hanya sekitar 2 atau 3 menit saja. 'Udah ah, jangan ciuman terus dong. Ntar Bernas bosan ama tante.' candanya. 'Masih belon bosan tante. Ternyata asyik juga yah ciuman.' jawabku. 'Kalo ciuman terus kurang asyik, kalo mau sih …' seru tante Yuni kemudian terputus. Kalimat tante Yuni ini masih menggantung bagiku, seakan-akan dia ingin mengatakan sesuatu yang menurutku sangat penting. Aku terbayang-bayang untuk bermain ‘gila’ dengan tante Yuni malam itu. Aku semakin berYuni dan menjadi sedikit tidak tau diri. Aku punya perasaan kalo tante Yuni sengaja untuk mengalah dalam bermain poker malam itu. Terang aja aku menang lagi kali ini. Aku sudah terburu oleh napsuku sendiri, dan aku sangat memanfaatkan situasi yang sedang berlangsung. 'Bernas menang lagi tuh. Jangan minta ciuman lagi yah. Yang lain dong …' sambut tante Yuni sambil menggoda. 'Hmm … apa yah.' pikirku sejenak. 'Gini aja, Bernas pengen emut-emut susu tante Yuni.' jawabku tidak tau malu. Ternyata wajah tante Yuni tidak tampak kaget atau marah, malah balik tersenyum kepadaku sambil berkata 'Sudah tante tebak apa yang ada di dalam pikiran kamu, Bernas.'. 'Boleh kan tante??!!!' tanyaku penasaran. tante Yuni hanya mengangguk pertanda setuju. Kemudian aku dekatkan wajahku ke payudara sebelah kanan tante Yuni.

Bau parfum harum yang menempel di tubuhnya tercium jelas di hidungku. Tanpa ragu-ragu aku mulai mengulum puting susu tante Yuni dengan lembut. Kedua telapak tanganku berpijak mantap di atas karpet ruang tamu tante Yuni, memberikan fondasi kuat agar wajahku tetap bebas menelusuri payudara tante Yuni. AKu kulum bergantian puting kanan dan puting kiri-nya. Kuluman yang tante Yuni dapatkan dariku memberikan sensasi terhadap tubuh tante Yuni. Dia tampak menikmati setiap hisapan-hisapan dan jilatan-jilatan di puting susu-nya. Nafas tante Yuni perlahan-lahan semakin memburu, dan terdengar desahan dari mulutnya. Kini aku bisa memastikan bahwa tante Yuni saat ini sedang terangsang atau istilah modern-nya ‘horny’. 'Bernasss … kamu nakal banget sih!!! … haahhh … tante kamu apain??' bisik tante Yuni dengan nada terputus-putus. Aku tidak mengubris kata-kata tante Yuni, tapi malah semakin bersemangat memainkan kedua puting susunya. tante Yuni tidak memberikan perlawanan sedikitpun, malah seolah-olah seperti memberikan lampu hijau kepadaku untuk melakukan hal-hal yang tidak senonoh terhadap dirinya. Aku mencoba mendorong tubuh tante Yuni perlahan-lahan agar dia terbaring di atas karpet. Ternyata tante Yuni tidak menahan/menolak, bahkan tante Yuni hanya pasrah saja. Setelah tubuhnya terbaring di atas karpet, aku menghentikan serangan gerilyaku terhadap payudara tante Yuni. Aku perlahan-lahan menciumi leher tante Yuni, dan oh my, wangi betul leher tante Yuni. tante Yuni memejamkan kedua matanya, dan tidak berhenti-hentinya mendesah. Aku jilat lembut kedua telinganya, memberikan sensasi dan getaran yang berbeda terhadap tubuhnya. Aku tidak mengerti mengapa malam itu aku seakan-akan tau apa yang harus aku lakukan, padahal ini baru pertama kali seumur hidupku menghadapi suasana seperti ini. Kemudian aku melandaskan kembali bibirku di atas bibir tante Yuni, dan kami kembali berciuman mesra sambil berperang lidah di dalam mulutku dan terkadang di dalam mulut tante Yuni. Tanganku tidak tinggal diam. Telapak tangan kiriku menjadi bantal untuk kepala belakang tante Yuni, sedangkan tangan kananku meremas-remas payudara kiri tante Yuni. Tubuh tante Yuni seperti cacing kepanasan. Nafasnya terengah-engah, dan dia tidak berkonsentrasi lagi berciuman denganku. Tanpa diberi komando, tante Yuni tiba-tiba melepas celana dalamnya sendiri. Mungkin saking ‘horny’-nya, otak tante Yuni memberikan instinct bawah sadar kepadanya untuk segera melepas celana dalamnya. Aku ingin sekali melihat kemaluan tante Yuni saat itu, namun tante Yuni tiba-tiba menarik tangan kananku untuk mendarat di kemaluannya. 'Alamak …', pikirku kaget. Ternyata kemaluan/meki tante Yuni mulus sekali. Ternyata semua bulu jembut tante Yuni dicukur abis olehnya.

Dia menuntun jari tengahku untuk memainkan daging mungil yang menonjol di mekinya. Para pembaca pasti tau nama daging mungil ini yang aku maksudkan itu. Secara umum daging mungil itu dinamakan biji etil atau biji etel atau itil saja. Aku putar-putar itil tante Yuni berotasi searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam. Kini meki tante Yuni mulai basah dan licin. 'Bernasss … kamu yah … aaahhhh … kok berYuni ama tante??' tanya tante Yuni terengah-engah. 'Kan tante yang suruh tangan Bernas ke sini??' jawabku. 'Masa sihhh … tante lupa … aahhh Bernasss … Bernasss … kamu kok nakal??' tanya tante Yuni lagi. 'Nakal tapi tante bakal suka kan??' candaku gemas dengan tingkah tante Yuni. 'Iyaaa … nakalin tante pleasee …' suara tante Yuni mulai serak-serak basah. Aku tetap memainkan itil tante Yuni, dan ini membuatnya semakin menggeliat hebat. Tak lama kemudian tante Yuni menjerit kencang seakaan-akan terjadi gempa bumi saja. Tubuhnya mengejang dan kuku-kuku jarinya sempat mencakar bahuku. Untung saja tante Yuni bukan tipe wYunita yang suka merawat kuku panjang, jadi cakaran tante Yuni tidak sakit buatku. 'Bernasss … tante datangggg uhhh oohhh …' erang tante Yuni.

Aku yang masih hijau waktu itu kurang mengerti apa arti kata ‘datang’ waktu itu. Yang pasti setelah mengatakan kalimat itu, tubuh tante Yuni lemas dan nafasnya terengah-engah. Dengan tanpa di beri aba-aba, aku lepas celana dalamku yang masih saja menempel. Aku sudah lupa sejak kapan batang kontolku tegak. Aku siap menikmati tubuh tante Yuni, tapi sedikit ragu, karena takut akan ditolak oleh tante Yuni. Keragu-raguanku ini terbaca oleh tante Yuni. Dengan lembutnya tante Yuni berkata, 'Bernas, kalo pengen tidurin tante, mendingan cepetan deh, sebelon gairah tante habis. Tuh liat kontol Bernas dah tegak kayak besi. Sini tante pegang apa dah panas.'. Aku berusaha mengambil posisi diatas tubuh tante. Gaya bercinta traditional. Perlahan-lahan kuarahkan batang kontolku ke mulut vagina tante Yuni, dan kucoba dorong kontolku perlahan-lahan. Ternyata tidak sulit menembus pintu kenikmatan milik tante Yuni. Selain mungkin karena basahnya dinding-dinding meki tante Yuni yang memuluskan jalan masuk kontolku, juga karena mungkin sudah beberapa batang kontol yang telah masuk di dalam sana. 'Uhhh … ohhh … Bernasss … ahhh …' desah tante Yuni. Aku coba mengocok-kocok meki tante Yuni dengan kontolku dengan memaju-mundurkan pinggulku. tante Yuni terlihat semakin ‘horny’, dan mendesah tak karuan. 'Bernasss … Bernasss … aduhhh Bernasss … geliiii tante … uhhh … ohhhh …' desah tante Yuni. Di saat aku sedang asyik memacu tubuh tante Yuni, tiba-tiba aku disadarkan oleh permintaan tante Yuni, sehingga aku berhenti sejenak. 'Bernasss … kamu dah mau keluar belum … ' tanya tante Yuni. 'Belon sih tante … mungkin beberapa saat lagi … ' jawabku serius. 'Nanti dikeluarin di luar yah, jangan di dalam. tante mungkin lagi subur sekarang, dan tante lupa suruh kamu pake pengaman. Lagian tante ngga punya stock pengaman sekarang. Jadi jangan dikeluarin di dalam yah.' pinta tante Yuni. 'Beres tante.' jawabku. 'Ok deh … sekarang jangan diam … goyangin lagi dong …' canda tante Yuni genit. Tanpa menunda banyak waktu lagi, aku lanjutkan kembali permainan kami. Aku bisa merasakan meki tante Yuni semakin basah saja, dan aku pun bisa melihat bercak-bercak lendir putih di sekitar bulu jembutku.

Aku mulai berkeringat di punggung belakangku. Muka dan telingaku panas. tante Yuni pun juga sama. Suara erangan dan desahan-nya makin terdengar panas saja di telingaku. Aku tidak menyadari bahwa aku sudah berpacu dengan tante Yuni 20 menit lama-nya. Tanda-tanda akan adanya sesuatu yang bakalan keluar dari kontolku semakin mendekat saja. 'Bernasss … ampunnn Bernasss … kontolnya kok kayak besi aja … ngga ada lemasnya dari tadi … tante geliii banget nihhh …' kata tante Yuni. 'tante … Bernasss dah sampai ujung nih …' kataku sambil mempercepat goyangan pinggulku. Puting tante Yuni semakin terlihat mencuat menantang, dan kedua payudara pun terlihat mengeras. Aku mendekatkan wajahku ke wajah tante Yuni, dan bibir kami saling berciuman. Aku julur-julurkan lidahku ke dalam mulutnya, dan lidah kami saling berperang di dalam. Posisi bercinta kami tidak berubah sejak tadi. Posisiku tetap di atas tubuh tante Yuni. Aku percepat kocokan kontolku di dalam meki tante Yuni. tante Yuni sudah menjerit-jerit dan meracau tak karuan saja. 'Bernasss … tante datangggg … uhhh … ahhhhhh …' jerit tante Yuni sambil memeluk erat tubuhku. Ini pertanda tante Yuni telah ‘orgasme’. Aku pun juga sama, lahar panas dari dalam kontolku sudah siap akan menyembur keluar. Aku masih ingat pesan tante Yuni agar spermaku dilepas keluar dari meki tante Yuni. 'tante … Bernassss datangggg …' jeritku pYunik. Kutarik kontolku dari dalam meki tante Yuni, dan kontolku memuncratkan spermanya di perut tante Yuni. Saking kencangnya, semburan spermaku sampai di dada dan leher tante Yuni. 'Ahhh … ahhhh … ahhhh …' suara jeritan kepuasanku. 'Idihhh … kamu kecil-kecil tapi spermanya banyak bangettt sih …' canda tante Yuni. Aku hanya tersenyum saja. Aku tidak sempat mengomentari candaan tante Yuni. Setelah semua sperma telah tumpah keluar, aku merebahkan tubuhku di samping tubuh tante Yuni. Kepalaku masih teriang-iang dan nafasku masih belum stabil. Mataku melihat ke langit-langit apartment tante Yuni.

Aku baru saja menikmati yang namanya surga dunia. tante Yuni kemudian memelukku manja dengan posisi kepalanya di atas dadaku. Bau harum rambutku tercium oleh hidungku. 'Bernas puas ngga??' tanya tante Yuni. 'Bukan puas lagi tante … tapi Bernas seperti baru saja masuk ke surga' jawabku. 'Emang meki tante surga yah??' canda tante Yuni. 'Boleh dikata demikian.' jawabku percaya diri. 'Kalo tante puas ngga??' tanyaku penasaran. 'Hmmm … coba kamu pikir sendiri aja … yang pasti meki tante sekarang ini masih berdenyut-denyut rasanya. Diapain emang ama Bernas??' tanya tante Yuni manja. 'Anuu … Bernas kasih si Bernas Junior … tuh tante liat jembut Bernas banyak bercak-bercak lendir. Itu punya dari meki tante tuh. Banjir keluar tadi.' kataku. 'Idihhh … mana mungkin …' bela tante Yuni sambil mencubit kontolku yang sudah mulai loyo. 'Bernas sering-sering datang ke rumah tante aja. Nanti kita main poker lagi. Mau kan??' pinta tante Yuni. 'Sippp tante.' jawabku serentak girang. Malam itu aku nginap di rumah tante Yuni. Keesokan harinya aku langsung pulang ke rumah. Aku sempat minta jatah 1 kali lagi dengan tante Yuni, namum ajakanku ditolak halus olehnya karena alasan dia ada janji dengan teman-temannya. Sejak saat itu aku menjadi teman sex gelap tante Yuni tanpa sepengetahuan orang lain terutama ayah dan ibu. tante Yuni senang bercinta yang bervariasi dan dengan lokasi yang bervariasi pula selain apartementnya sendiri. Kadang bermain di mobilnya, di motel kilat yang hitungan charge-nya per jam, di ruang VIP spa kecantikan ibuku (ini aku berusaha keras untuk menyelinap agar tidak diketahui oleh para pegawai di sana). tante Yuni sangat menyukai dan menikmati sex. Menurut tante Yuni sex dapat membuatnya merasa enak secara jasmYuni dan rohYuni, belum lagi sex yang teratur sangatlah baik untuk kesehatan. Dia pernah menceritakan kepadaku tentang rahasia awet muda bintang film Hollywood tersohor bernama Elizabeth Taylor, yah jawabannya hanya singkat saja yaitu sex dan diet yang teratur. tante Yuni paling suka ‘bermain’ tanpa kondom. Tapi dia pun juga tidak ingin memakai sistem pil sebagai alat kontrasepsi karena dia sempat alergi saat pertama mencoba minum pil kontrasepsi. Jadi di saat subur, aku diharuskan memakai kondom. Di saat setelah selesai masa menstruasinya, ini adalah saat di mana kondom boleh dilupakan untuk sementara dulu dan aku bisa sepuasnya berejakulasi di dalam mekinya. Apabila di saat subur dan aku/tante Yuni lupa menyetok kondom, kita masih saja nekat bermain tanpa kondom dengan berejakulasi di luar (meskipun ini rawan kehamilannya tinggi juga). Hubungan gelap ini sempat berjalan hampir 4 tahun lamanya. Aku sempat memiliki perasaan cinta terhadap tante Yuni. Maklum aku masih tergolong remaja/pemuda yang gampang terbawa emosi. Namun tante Yuni menolaknya dengan halus karena apabila hubunganku dan tante Yuni bertambah serius, banyak pihak luar yang akan mencaci-maki atau mengutuk kami. tante Yuni sempat menjauhkan diri setelah aku mengatakan cinta padanya sampai aku benar-benar ‘move on’ dari-nya. Aku lumayan patah hati waktu itu (hampir 1.5 tahun), tapi aku masih memiliki akal sehat yang mengontrol perasaan sakit hatiku. Saat itu pula aku cuti ‘bermain’ dengan tante Yuni.

Saat ini aku masih berhubungan baik dengan tante Yuni. Kami kadang-kadang menyempatkan diri untuk ‘bermain’ 2 minggu sekali atau kadang-kadang 1 bulan sekali. Tergantung dari mood kami masing-masing. tante Yuni sampai sekarang masih single. Aku untuk sementara ini juga masih single. Aku putus dengan pacarku sekitar 6 bulan yang lalu. Sejak putus dengan pacarku, tante Yuni sempat menjadi pelarianku, terutama pelarian sex. Sebenarnya ini tidak benar dan kasihan tante Yuni, namun tante Yuni seperti mengerti tingkah laku lelaki yang sedang patah hati pasti akan mencari seorang pelarian. Jadi tante Yuni tidak pernah merasa bahwa dia adalah pelarianku, tapi sebagai seorang teman yang ingin membantu meringkankan beban perasaan temannya